Pengertian Akhlat
Saturday, May 16, 2020
Edit
A. Pengertian Akhlak
Akhlak dari kata Al-Akhlak, jamak dari Al-khuluq yang artinya kebiasaan, perangai, watak dan agama.
Menurut Al Gazali, kata watak sering diidentikkan dengan kata kholqun (bentuk lahiriyah) dan Khuluqun (bentuk batiniyah), jika dikaitkan dengan seseorang yang anggun berupa kholqun dan khulqunnya, maka artinya ialah anggun dari bentuk lahiriah dan rohaniyah. Dari dua istilah tersebut sanggup kita pahami, bahwa insan terdiri dari dua susunan jasmaniyah dan batiniyah. Untuk jasmaniyah insan sering memakai istilah kholqun, sedangkan untuk rohaniyah insan memakai istilah khuluqun. Kedua komponen ini menentukan gerakan dan bentuk sendiri-sendiri, ada kalanya bentuk buruk (Qobi’ah) dan adakalanya bentuk baik (jamilah). Akhlak yang baik disebut adab. Kata budbahasa juga digunakan dalam arti etiket, yaitu tata cara sopan santun dalam masyarakat guna memelihara korelasi baik antar mereka.
Akhlak disebut juga ilmu tingkah laris / perangai (Imal-Suluh) atau Tahzib al-akhlak (Filsafat akhlak), atau Al-hikmat al-Amaliyyat, atau al-hikmat al- khuluqiyyat. Yang dimaksudkan dengan ilmu tersebut ialah pengetahuan ihwal kehinaan-kehinaan jiwa untuk mensucikannya. Dalam bahasa Indonesia watak sanggup diartikan dengan moral, etika, watak, budi pekertim, tingkah laku, perangai, dan kesusilaan.
B. Ruang Lingkup Akhlak
1. Akhlak pribadi
Yang paling akrab dengan seseorang itu ialah dirinya sendiri, maka hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, alasannya hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan watak yang utama, budi yang tinggi.
Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu insan telah mempunyai fitrah sendiri, dengan semuanya itu insan mempunyai kelebihan dan dimanapun saja insan mempunyai perbuatan.
2. Akhlak Berkeluarga
Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat.
Kewjiban orang bau tanah terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang bau tanah dan pendidik untuk memperhatikan bawah umur secara sempurna, dengan anutan –ajaran yang bijak, islam telah memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk mempunyai watak yang luhur, perilaku lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara istiqomah, terdidik untuk berani bangun sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan.
Seorang anak haruslah menyayangi kedua orang tuanya alasannya mereka lebih berhak dari segala insan lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati. Karena keduanya memelihara,mengasuh, dan mendidik,menyekolahkan engkau, menyayangi dengan tulus biar engkau menjadi seseorang yang baik, berkhasiat dalam masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat. Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu pria dan permpuan ialah putera ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu dalam mendidikmu, mereka bangga bilamana engkau bangga dan membelamu bilamana perlu. Pamanmu, bibimu dan anak-anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin biar engkau selamat dan berbahagia, alasannya mereka menyayangi ayah dan ibumu dan menolong keduanya disetiap keperluan
3. Akhlak Bermasyarakat
Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang tuamu susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan menolak kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga.
Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak sanggup terlepas dari pendidikan sosial kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul didalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak dahulu insan tidak sanggup hidup sendiri–sendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling membutuhkan dan saling mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat. Kehidupan dan perkembangan masyarakat sanggup lancar dan tertib jika tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan norma- norma kesusilaan yang berlaku.
4. Akhlak Bernegara
Mereka yang sebangsa denganmu ialah warga masyarakat yang berbahasa yang sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib dab penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa engkau ialah salah seorang dari mereka dan engkau timbul karam bersama mereka.
5. Akhlak Beragama
Akhlak ini merupakan watak atau kewajiban insan terhadap tuhannya, alasannya itulah ruang lingkup watak sangat luas meliputi seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan.
Berangkat dari sistematika diatas dengan sedikit modifikasi penulis membagi pembahasan ruang lingkup watak antar lain:
- Akhlak terhadap Allah SWT
- Akhlak terhadap Rasullah Swt
- Akhlak Pribadi
- Akhlak dalam keluarga
- Akhlak bermasyarakat
- Akhlak bernegara
Dalam konsep watak segala sesuatu dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela, semata-mata alasannya syara (Qu’an dan Sunah) yang menilainya demikian. Namun watak dalam anutan agama tidak sanggup disamakan dengan etika, jikqa etika dibatasi pada sopan santun antar sesame manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laris lahiriah.
C. Pembinaan Akhlak
Pembinaan ialah suatu perjuangan untuk membina. Membina ialah memelihara dan mendidik, sanggup diartikan sebagai bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Anak didik ialah anak yang masih dalam proses perkembangan menuju kearah kedewasaan. Hal ini berarti bahwa anak harus bermetamorfosis insan yang sanggup hidup dan menyesuaikan dari dalam masyarakat, yang penuh dengan aturan-aturan dan norma-norma kesusilaan. Oleh alasannya itu perlulah anak di didik, dipimpin kearah yang sanggup dan sanggup hidup menuruti aturan-aturan dan norma-norma kesusilaan. Kaprikornus maksud dari tujuan pendidikan watak atau kesusilaan ialah memimpin anak setia serta mengerjakan segala sesuatu yang baik dan meninggalkan yang buruk atas kemauan sendiri dalam segala hal dan setiap waktu.
Pada masa kini ini demoralisasi telah merajalela dalam kehidupan masyarakat, maka dari itu diharapkan usaha-usaha pendidikan dalam mengupayakan training watak terutama pada masa remaja, alasannya pada masa pubertas dan usia baligh anak mengalami kekosongan jiwa yang merupakan tanda-tanda kegoncangan pikiran, keragu-raguan, keyakinan agama, atau kehilangan agama. Menurut Al-Gazaly ialah memperlihatkan suatu pesan tersirat bahwa anak puber tersebut memerlukan bekal untuk mengisi kekosongan jiwanya melalui sublimasi dan “way out” dari problema yang dihindarinya.
D. Metode Pendidikan Akhlak
Yang dimaksud dengan metode disini ialah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Adapun metode Islam dalam upaya perbaikan terhadap watak ialah mengacu pada dua hal pokok, yakni pengajaran dan pembiasaan. Yang dimaksud dengan pengajaran ialah sebagai dimensi teoritis dalam upaya perbaikan dan pendidikan. Sedangkan yang dimaksud dengan adaptasi untuk dimensi simpel dalam upaya pembentukan (pembinaan) dan persiapan.
Ali Kholil Abu’Ainin didalam kitabnya : Falsafahtul Tarbiyatul Islamiyahtu Al-Qur’anil karim” mengemukakan secara panjang lebar ihwal metode pendidikan Islam, yang diringkasnya menjadi 11 (sebelas) macam, yaitu :
- Pengajaran ihwal cara berinfak dan pengalaman / ketrampilan.
- Metode ini sanggup dilakukan melalui ibadah shalat, zakat, puasa, haji dan ijtihad.
- Mempergunakan akal
- Contoh yang baik dan jujur
- Perintah kepada kebaikan, larangan perbuatan munkar, saling berwasiat kebenaran, kesabaran dan kasih sayang.
- Nasihat-nasihat
- Kisah-kisah
- Tamsil
- Menggemarkan dan seram atau dorongan dan ancaman.
- Menanamkan atau menghilangkan kebiasaan.
- Menyalurkan bakat.
- Peristiwa-peristiwa yang berlalu.
Menurut al-Nahlawi metode pendidikan yang diajurkan, antara lain :
1) Metode Hiwar Qur’ani dan Nabawi
Hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai suatu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki (dalam hal ini oleh guru). Dalam percakapan itu materi omongan tidak dibatasi, sanggup digunakan banyak sekali konsep sains, filsafat, seni, wahyu, dll. Kadang-kadang pembicaraan hingga pada satu kesimpulan, kadang-kadang tidak hingga pada kesimpulan, alasannya salah satu pihak tidak puas terhadap pendapat pihak lain. Yang manapun ditemukan kesannya dari segi pendidikan tidak jauh berbeda, masing-masing mengambil pelajaran untuk menentukan perilaku pada dirinya.
Metode Hiwar pada ketika ini masih efektif digunakan dalam berguru mengajar, yakni sama dengan diskusi pada zaman kini ini, dan memang cukup efektif untuk melatih anak didik lebih berdikari alasannya mereka sanggup berdialog dari hasil bacaan mereka sendiri pada tema yang telah di tentukan oleh gurunya.
2) Metode kisah Qur’ani dan Nabawi
Dalam pendidikan Islam, terutama pendidikan agama Islam (sebagai suatu bidang studi), kisah sebagai suatu metode pendidikan amatlah penting, untuk sanggup merenungkan kisahnya, yang menyentuh hati umat manusia. Kisah Qur’ani ialah untuk mendidik perasaan keimanan.
3) Metode amtsal (perumpamaan)
Metode ini banyak kita temui dalam Al-qur’an, antara lain :
a. Dalam surah Al-Baqarah ayat 17. Perumpamaan orang-orang kafir itu ialah ibarat orang yang menyalakan api.
öNßgè=sVtB È@sVyJx. Ï%©!$# ys%öqtGó$# #Y$tR !$£Jn=sù ôNuä!$|Êr& $tB ¼ã&s!öqym |=yds ª!$# öNÏdÍqãZÎ/ öNßgx.ts?ur Îû ;M»yJè=àß w tbrçÅÇö6ã ÇÊÐÈ
Artinya: ”Perumpamaan mereka ialah ibarat orang yang menyalakan api[, Maka sesudah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak sanggup Melihat”
b. Dalam surah Al-Ankabut ayat 41 Allah mengumpamakan sesembahan atau Tuhan orang kafir dengan sarang laba-laba, Perumpamaan orang-orang yang berlindung kepada selain Allah atau ibarat laba-laba yang menciptakan rumah, padahal rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba.
ã@sWtB úïÏ%©!$# (#räsªB$# `ÏB Âcrß «!$# uä!$uÏ9÷rr& È@sVyJx. ÏNqç6x6Zyèø9$# ôNxsªB$# $\F÷t/ ( ¨bÎ)ur Æyd÷rr& ÏNqãç6ø9$# àMøt7s9 ÏNqç6x6Zyèø9$# ( öqs9 (#qçR$2 cqßJn=ôèt ÇÍÊÈ
Artinya: ”Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah ialah ibarat laba-laba yang menciptakan rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka Mengetahui.”
Kebaikan dari metode ini ialah :
- Memudahkan siswa memahami konsep yang abstrak.
- Perumpamaan sanggup merangsang kesan terhadap makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut.
- Merupakan pendidikan biar bila memakai perumpamaan haruslah logis dan gampang dipahami.
- Perumpamaan Qur’ani dan Nabawi memperlihatkan motivasi kepada pendengarnya untuk berbuat amal baik dan menjauhi kejahatan.
4) Metode Teladan
Secara psikologis anak menang senang meniru, tidak saja yang baik, yang jelekpun ditirunya. Dalam teori tabula rasa (John Lock dan Francis Bacon), bahwa anak yang gres dilahirkan sanggup di umpamakan sebagai kertas putih higienis yang belum ditulisi, segala kecakapan dan pengetahuan insan timbul dari pengalaman yang masuk melalui alat indra.
5) Metode Pembiasaan
Inti dari adaptasi ialah pengulangan, metode mendidik anak murid pada masa kini. Yang menetapkan bahwa dengan cara mengulang –ngulangi pengalaman dalam berbuat sesuatu sanggup meninggalkan kesan-kesan yang baik dalam jiwanya, dan dari aspek inilah anak akan mendapat kenikmatan pada waktu mengulang-ngulangi pengalaman yang baik itu, berbeda dengan pengalaman-pengalaman tanpa melalui praktik.
6) Metode Ibrah dan mau’idah
Ibrah ialah suatu kondisi psikis yang memberikan insan kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi, dengan memakai nalar, yang menimbulkan hati mengakuinya. Adapun Mu’idah ialah pesan tersirat yang lembut yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya.
7) Metode Targib dan Tarhib
Targib ialah kesepakatan terhadap kesenangan, kenikmatan alam abadi yang disertai bujukan. Tarhib ialah bahaya alasannya dosa yang dilakukan.
Sedangkan berdasarkan Prof. Dr.H.M Arifin Med, bahwa dalam Al-Qur’an dan sunah nabi sanggup ditemukan metode-metode untuk pendidikan agama, antara lain :
- Perintah / larangan
- Cerita ihwal orang-orang yang taat dan orang-orang yang berdosa (kotor) serta akibat-akibat dari perbuatannya.
- Peragaan, contohnya insan disuruh melihat insiden dalam alam ini, dengan melihat gunung, laut, hujan, tumbuhan dan sebagainya.
- Instruksional (bersifat pengajaran), contohnya menyebutkan sifat-sifat orang yang beriman, begini dan begitu dan lain sebainya.
- Acquisition (self : aducation), contohnya menyebutkan tingkah laris orang yang munafik itu merugikan diri mereka sendiri, dengan maksud insan jangan menjadi munafik dan mau mendidik dirinya sendiri kearah kepercayaan yang sesungguhnya.
- Mutual Education (mengajar dalam kelompok), contohnya nabi mengajar sobat ihwal cara-cara sembah yang dengan teladan perbuatan yang mendemonstrasikannya.
- Exposition (dengan menyajikan) yang didahului dengan motivasion (menumbuhkan minat) yakni dengan memperlihatkan muqodimah lebih dahulu, kemudian gres menjelaskan pelajarannya.
- Function (pelajaran dihidupkan dengan praktek) contohnya nabi mengajarkan ihwal hukum-hukum dan syarat-syarat haji, kemudian nabi bersama-sama untuk mempraktekannya.
- Explanation (memberi klarifikasi ihwal hal-hal yang kurang jelas) contohnya nabi memberi penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an, ibarat ayat-ayat yang memerintahkan bersembahyang dan sebagainya.
Konsep pendidikan modern ketika ini sejalan dengan pandangan al-Gazaly ihwal pentingnya adaptasi melaksanakan suatu perbuatan sebagai suatu metode pembentukan watak yang utama, terutama alasannya adaptasi itu sanggup besar lengan berkuasa baik terhadap jiwa manusia, yang memperlihatkan rasa nikmat jika diamalkan sesuai dengan watak yang telah terbentuk dalam dirinya.
Begitu juga metode mendidik anak pada masa kini yang menetapkan bahwa dengan cara mengulang-ulangi pengalaman dalam berbuat sesuatu sanggup meninggalkan kesan-kesan yang baik dalam jiwanya, dan dari aspek inilah anak akan mendapat kenikmatan pada waktu mengulang-ulangi pengalaman yang baik itu, berbeda dengan pengalaman yang diperoleh dengan tanpa melalui praktek, maka kesan yang ditinggalkan ialah jelek.
Pandangan Al-Gazaly tersebut sesuai dengan pandangan andal pendidikan Amerika Serikat, John Dewey, yang menyampaikan “Pendidikan moral itu terbentuk dari proses pendidikan dalam kehidupan dan acara yang dilakukan oleh murid secara terus menerus”.
Oleh alasannya itu pendidikan watak berdasarkan John Dewey ialah pendidikan dengan berbuat dan berkegiatan (learning by doing) yang terdiri dari pada tolong menolong, berbuat kebajikan dan melayani orang lain, sanggup diandalkan dengan jujur. John Dewey beropini bahwa watak (moralitas) tidak sanggup diajarkan kepada anak dengan melalui cerita-cerita yang dikisahkannya, akan tetapi hanya sanggup diajarkan melalui praktek yang manusiawi saja. Sehingga kebajikan dan moralitas dan pengertian yang terkandung didalam cerita-cerita mustahil dipindahkan (transformasikan) kedalam jiwa anak untuk menjadi akhlaknya, yang kemudian berinteraksi dengan anak lain berdasarkan atas pemeliharaan keutamaan-keutamaannya, watak (moralitas) hanya sanggup diajarkan dengan cara membiasakan dengan perbuatan praktis.
E. Tujuan Pembinaan Akhlak
Akhlak dalam anutan agama tidak sanggup disamakan dengan etika, jika etika diatasi pada sopan santun antar sesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laris lahiriah.
Akhlak lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukakan terlebih dahulu serta meliputi pula beberapa hal yang tidak merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan perilaku batin maupun pikiran. Akhlak diniah (agama) meliputi banyak sekali aspek, dimulai dari watak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa).
1. Akhlak Terhadap Allah
Titik tolak watak terhadap Allah atau pengukuran dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia mempunyai sifat-sifat terpuji, demikian Agung sifat terpuji itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan bisa menjunjungkan hakikatnya.
2. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur’an berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melaksanakan hal-hal negatif ibarat membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta hati dengan jalan menceritakan malu seseorang dibelakangnya, tidak peduli malu itu benar atau salah, walaupun sambil memperlihatkan materi kepada yang disakiti hatinya itu.
قول معروف ومغفرة خير من صدقة يتبعهاازى والله غني حليم (البقره 2/: 263)
Artinya : “Perkataan yang baik dan proteksi maaf lebih baik daripada sedekah yang disertai dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan sipenerima)”. (Q.S. Al-Baqarah/2 : 263).