Pengertian Dan Cara Kinerja Pegawai
Monday, March 23, 2020
Edit
Pengertian Kinerja Pegawai
Setiap pegawai dalam organisasi dituntut untuk memperlihatkan bantuan positif melalui kinerja yang baik, mengingat kinerja organisasi tergantung pada kinerja pegawainya (Gibson, et all, 1995:364). Kinerja ialah tingkat terhadapnya para pegawai mencapai persyaratan pekerjaan secara efisien dan efektif (Simamora, 2006:34). kinerja pegawai merupakan prestasi kerja, yakni perbandingan antara hasil kerja yang sanggup dilihat secara positif dengan standar kerja yang telah ditetapkan organisasi. Kemudian Robbins (2008) mendefinisikan kinerja yaitu suatu hasil yang dicapai oleh pegawai dalam pekerjaanya berdasarkan kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan.
Lalu Mangkunegara (2005:67) kinerja ialah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan kiprah sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan Rivai (2009:532) kinerja diartikan kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melaksanakan suatu kegiatan, dan menyempurnakannya sesuai tanggung jawabnya dengan hasil menyerupai yang diharapkan.
Berdasarkan pengertian-pengertian kinerja dari beberapa pendapat diatas, sanggup disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja baik itu secara kualitas maupun kuantitas yang telah dicapai pegawai, dalam menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan organisasi, dan hasil kerjanya tersebut diubahsuaikan dengan hasil kerja yang diharapkan organisasi, melalui kriteria-kriteria atau standar kinerja pegawai yang berlaku dalam organisasi.
Adapun tujuan kinerja pegawai berdasarkan Rivai (2009:549):
- Untuk perbaikan hasil kinerja pegawai, baik secara kualitas ataupun kuantitas.
- Memberikan pengetahuan gres dimana akan membantu pegawai dalam memecahan masalah yang kompleks, dengan serangkaian aktifitas yang terbatas dan teratur, melalui kiprah sesuai tanggung jawab yang diberikan organisasi.
- Memperbaiki kekerabatan antar personal pegawai dalam acara kerja dalam organisasi.
Kinerja pegawai dipengaruhi oleh aneka macam faktor (Gibson, et all, 1995:375), antara lain:
- Faktor individu, yaitu kemampuan dan keterampilan (mental dan fisik), latar belakang (pengalaman, keluarga, dst), dan demografis (umur, asal usul, dll).
- Faktor organisasi, ialah sumber daya, kepemimpinan, imbalan (kompensasi), struktur organisasi, dan diskripsi pekerjaan (job description).
- Faktor psikologis, ialah persepsi, sikap, kepribadian, contoh belajar, dan motivasi.
Dalam suatu organisasi pegawai dituntut untuk bisa memperlihatkan kinerja yang produktif, untuk itu pegawai harus mempunyai ciri individu yang produktif. Ciri ini berdasarkan Sedarmayanti (2001:51) harus ditumbuhkan dalam diri pegawai untuk meningkatkan kinerjanya.
Adapun ciri-ciri atau karakteristik dari individu yang produktif antara lain:
- Kepercayaan diri
- Rasa tanggung jawab
- Rasa cinta terhadap pekerjaan
- Pandangan ke depan
- Mampu menuntaskan persoalan
- Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang berubah
- Memberi bantuan yang positif terhadap lingkungan
- Kekuatan untuk memperlihatkan potensi diri.
Indikator Kinerja Pegawai
Kinerja pegawai secara objektif dan akurat sanggup dievaluasi melalui tolak ukur tingkat kinerja. Pengukuran tersebut berarti memberi kesempatan bagi para pegawai untuk mengetahui tingkat kinerja mereka. Memudahkan pengkajian kinerja pegawai, lebih lanjut Mitchel dalam buku Sedarmayanti (2001:51) yangberjudul Manajemen Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja,mengemukakan indikator-indikator kinerja yaitu sebagai berikut :
- Kualitas Kerja (Quality of work)
- Ketetapan Waktu (Pomptnees)
- Inisiatif (Initiative)
- Kemampuan (Capability)
- Komunikasi (Communication)
Indikator kinerja pegawai di atas akan dibahas di bawah untuk lebihmempermudah dalam memahami kinerja pegawai, yaitu sebagai berikut :
- Kualitas Kerja (Quality of work) ialah kualitas kerja yang dicapaiberdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya yang tinggi pada gilirannya akan melahirkan penghargaan dan kemajuan serta perkembangan organisasi melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan secara sistematis sesuai tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang pesat.
- Ketetapan Waktu (Pomptnees) yaitu berkaitan dengan sesuai atau tidaknya waktu penyelesaian pekerjaan dengan sasaran waktu yang direncanakan. Setiap pekerjaan diusahakan untuk selesai sesuai dengan planning biar tidak mengganggu pada pekerjaan yang lain.
- Inisiatif (Initiative) yaitu mempunyai kesadaran diri untuk melaksanakan sesuatu dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab. Bawahan atau pegawai sanggup melaksanakan kiprah tanpa harus bergantung terus menerus kepada atasan.
- Kemampuan (Capability) yaitu diantara beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, ternyata yang sanggup diintervensi atau diterapi melalui pendidikan dan latihan ialah faktor kemampuan yangdapat dikembangkan.
- Komunikasi (Communication) merupakan interaksi yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan untuk mengemukakan saran dan pendapatnya dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Komunikasi akan menimbulkan kerjasama yang lebih baik dan akan terjadi hubunganhubungan yang semangkin serasi diantara para pegawai dan para atasan, yang juga sanggup menimbulkan perasaan senasib sepenanggungan.
Pendapat tersebut menyampaikan bahwa untuk mendapat kinerja pegawai yang optimal yang menjadi tujuan organisasi harus memperhatikan aspek-aspek kualitas pekerjaan, ketetapan waktu, inisiatif, kemampuan serta komunikasi.
Gaya Kepemimpinan
Menurut Robbins (2011:410), kepemimpinan ialah “Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk pencapaian suatu visi atau tujuan”.
Kepemimpinan merupakan salah satu dari tiga acara dalam tindakan supervisi. Supervisi merupakan salah satu unsur pengendalian mutu. Supervisi terdapat dalam standar pekerjaan lapangan poin pertama yang berbunyi “Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika dipakai ajun harus disupervisi dengan semestinya” (Agoes, 2008:36). Standar ini berisi anutan bagi auditor dalam melaksanakan perencanaan dan supervisi. Supervisi terdiri atas tiga aspek yaitu:aspek kepemimpinan dan mentoring ,aspek kondisi kerja, dan aspek penugasan . Berdasarkan beberapa pengertian di atas sanggup ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi seseorang, sehingga mereka bertindak dan berperilaku sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pemimpin tersebut.
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai tujuan organisasi, hal ini terjadi lantaran berdasarkan Oemar (2001:166) dalam Indrasari “Seseorang yang menduduki jabatan pemimpin dalam manajerial suatu
organisasi mempunyai peranan penting, tidak hanya secara internal bagi organisasi yang bersangkutan akan tetapi juga dalam menghadapi pihak luar organisasi”. Peran-peran tersebut yaitu : kiprah sebagai katalisator, kiprah sebagai fasilitator, kiprah sebagai pemecah masalah, kiprah sebagai penghubung sumber, dan kiprah sebagai komunikator. Gaya kepemimpinan merupakan salah satu hal yang sanggup membuat perusahaan sanggup berhasil dalam mencapai tujuannya.
Salah satu pendekatan kepemimpinan yang paling banyak diteliti ialah teori jalur sasaran (Path-goal theory). Dasar dari teori ini ialah bahwa kiprah seorang pemimpin ialah membantu anggotanya dalam memberi informasi, dukungan, dan sumber daya lain yang penting dalam mencapai tujuan mereka
(Robbins, 2011:418). Menurut teori ini, suatu sikap pemimpin sanggup diterima oleh bawahan pada tingkatan yang ditinjau oleh mereka sebagai sumber kepuasan ketika itu atau masa tiba (Robbins, 2002:173).
Beberapa jenis gaya kepemimpinan berdasarkan House (1971; dalam Engko dan Gudono, 2007) ialah sebagai berikut: kepemimpinan yang direktif (mengarahkan), memperlihatkan panduan kepada para karyawan mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, menjadwalkan pekerjaan, dan mempertahankan standar kinerja (Robbins, 2008:52), kepemimpinan yang suportif (mendukung), memperlihatkan kepedulian terhadap kesejahteraan dan kebutuhan karyawan, bersikap ramah dan sanggup didekati, serta memperlakukan para pekerja sebagai orang yang setara dengan dirinya (Robbins, 2008:52), kepemimpinan partisipatif, berkonsultasi dengan para karyawan dan secara serius memepertimbangkan gagasan mereka
pada ketika mengambil keputusan (Robbins, 2008:52), kepemimpinan yang berorientasi pada pencapaian, mendorong para karyawan untuk berprestasi pada tingkat tertinggi mereka dengan memutuskan tujuan yang menantang, menekankan kepada kesempurnaan, dan memperlihatkan kepercayaan diri atas kemampuan karyawan (Robbins, 2008:52).
House juga mengemukan bahwa dalam model yang dikembangkannya, yaitu path-goal theory terdapat dua kelompok variabel situasional yaitu variabel bawahan dan variabel lingkungan. Variabel bawahan berupa locus of control, pengalaman dan kemampuan yang dirasakan, sedangkan variabel lingkungan berupa struktur tugas, sistem otoritas formal dan kelompok kerja meliputi tingkat pendidikan dan kualitas kekerabatan diantara pemimpin dan bawahan (Robbins, 2008:53).
Kepemimpinan sangat diharapkan bagi suatu organisasi dalam memilih kemajuan dan kemunduran organisasi, serta tidak ada organisasi yang sanggup maju tanpa kepemimpinan yang baik (Mas’ud, 2004:27). Tanpa kepemimpinan, organisasi hanyalah merupakan kumpulan orang-orang yang tidak teratur dan kacau balau. Kepemimpinan akan merubah sesuatu yang potensial menjadi kenyataan. Dengan demikian keberadaan kepemimpinan dalam organisasi ialah sangat penting dalam mencapai tujuan dan kemajuan organisasi.
Mulyadi dan Rivai (2009:465) menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi dalam memilih tujuan organisasi, memotivasi sikap pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki budaya pengikut, serta proses mengarahkan ke dalam aktivitasaktivitas positif yang ada hubungannya dengan pekerjaan dalam organisasi.
Berdasarkan definisi-definisi kepemimpinan diatas sanggup ditarik
kesimpulan bahwa kepemimpinan ialah belahan yang dianggap penting dalam administrasi organisasi, yang dimana menempel pada diri seorang pemimpin dalam bentuk kemampuan dan atau proses untuk mempengaruhi orang lain atau bawahan perorangan atau kelompok, biar bawahan perorangan atau kelompok itu mau berperilaku menyerupai apa yang dikehendaki pemimpin, dan memperbaiki budayanya, serta memotivasi sikap bawahan dan mengarahkan ke dalam aktivitas-aktivitas positif yang ada hubungannya dengan pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Menurut Mulyadi dan Rivai (2009:472) pemimpin dalam suatu organisasidalam memperlihatkan imbas kepada bawahannya lebih bersifat formal, yaitu berdasarkan posisi yang dimiliki pemimpin dalam organisasi. Dengan demikian pemimpin dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh statusnya, yakni sebagai pimpinan formal. Pimpinan formal sendiri ialah seseorang yang ditunjuk sebagai pemimpin, atas dasar keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku jabatan dalam struktur organisasi, dengan segala hak dan kewajiban yang menempel berkaitan dengan posisinya.
Teori-teori Kepemimpinan
Dalam Mulyadi dan Rivai (2009:452) dikemukakan beberapa teori kepemimpinan, yaitu:
1. Teori Sifat,
Teori ini memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat yang tampak dari pemimpin. Asumsi dasar dari teori ini ialah keberhasilan pemimpin disebabkan lantaran sifat atau karakteristik, dan kemampuan yang luar biasa yang dimiliki seorang pemimpin, dan oleh alasannya itu seseorang dirasa layak untuk memimpin. Adapun sifat atau karakteristik, dan kemampuan yang luar biasa yang dimiliki seorang pemimpin, antara lain:
a. Inteligensia.
Seorang pemimpin mempunyai kecerdasan diatas para bawahannya.
Pemimpin dengan kecerdasannya itulah sanggup mengatasi masalah yang timbul dalam organisasi, dengan cepat mengetahui permasalahan apa yang timbul dalam organisasi, menganalisis setiap permasalahan, dan sanggup memperlihatkan solusi yang efektif, serta sanggup diterima semua pihak.
b. Kepribadian.
Seorang pemimpin mempunyai kepribadian yang menonjol yang sanggup dilihat dan dirasakan bawahannya, seperti:
- Memiliki sifat percaya diri, dan rasa penasaran yang besar.
- Memiliki daya ingat yang kuat.
- Sederhana, dan sanggup berkomunikasi dengan baik kepada semua pihak.
- Mau mendengarkan masukan (ide), dan kritikan dari bawahan.
- Peka terhadap perubahan globalisasi, baik itu perubahan lingkungan, teknologi, dan mekanisme kerja.
- Mampu ber pembiasaan dengan perubahan-perubahan yang timbul.Berani dan tegas dalam melaksanakan kiprah pokoknya, dan dalam mengambil sikap, serta mengambil keputusan bagi kepentingan organisasi dan pegawainya.
- Mampu menyatukan perbedaan-perbedaan yang ada dalam organisasi.
c. Karakteristik fisik.
Seorang pemimpin dikatakan layak menjadi pemimpin dengan melihat karakteristik fisiknya, yaitu: usia, tinggi badan, berat badan, dan penampilan.
2. Teori perilaku,
Dalam teori ini sikap pemimpin merupakan sesuatu yang bisa dipelajari.
Makara seseorang yang dilatih dengan kepemimpinan yang tepat akan meraih keefektifan dalam memimpin. Teori ini memusatkan perhatiannya pada dua aspek sikap kepemimpinan, yaitu: fungsi kepemimpinan, dan gaya kepemimpinan.
Terdapat dua fungsi kepemimpinan, yaitu:
- Fungsi yang berorientasi tugas.
- Fungsi yang berorientasi orang atau pemeliharan kelompok (sosial).
Suprayetno dan Brahmasari (2008) menyebutkan beberapa kiprah pemimpin ialah sebagai berikut:
- Peranan yang bersifat interpersonal. Maskudnya ialah seorang pemimpin dalam organisasi ialah simbol akan keberadaan organisasi, bertanggung jawab untuk memotivasi dan mengarahkan bawahannya.
- Peranan yang bersifat informasional. Maksudnya yaitu seorang pemimpin dalam organisasi mempunyai kiprah sebagai pemberi, penerima, dan penganalisis informasi.
- Peranan pengambilan keputusan. Maksudnya ialah seorang pemimpin mempunyai kiprah sebagai penentu kebijakan yang akan diambil berupa startegi-strategi untuk berbagi inovasi, mengambil peluang atau kesempatan, dan bernegosiasi.
3. Teori situasional,
Merupakan suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum memakai suatu gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan ataupun teori ini mensyaratkan pemimpin untuk mempunyai keterampilan diagnostik dalam sikap manusia.
Macam macam Gaya Kepemimpinan
Menurut Robbins (2008:342) terdapat empat macam gaya kepemimpinan yaitu sebagai berikut:
1. Gaya kepemimpianan Kharismatik.
Adalah gaya kepemimpinan yang memicu para pengikutnya dengan memperlihatkan kemampuan heroik atau luar biasa ketika mereka mengamati sikap tertentu pemimpin mereka
2. Gaya kepemimpinan transaksional.
Yaitu gaya kepemimpinan yang memandu atau memotivasi para pengikutnya menuju ke sasaran yang ditetapkan dengan memperjelas persyaratan kiprah dan tugas.
3. Gaya kepemimpinan transformasional.
Ialah gaya kepemimpinan yang menginspirasi para pengikut untuk melampaui kepentingan eksklusif mereka dan bisa membawa dampak yang mendalam dan luar biasa pada eksklusif para pengikut.
4. Gaya kepemimpinan visioner.
Merupakan gaya kepemimpinan yang bisa membuat dan mengartikulasikan visi yang realistis, kredibel, dan menarik mengenai masa depan organisasi atau unit organisasi yang tengah tumbuh dan membaik.
Stoner (1996) menyebutkan faktor-faktor motivasi kerja dalam organisasi ialah:
1. Karakteristik Individu yang berbeda .
Adanya perbedaan-perbedaan individu yang dibawa ke dalam dunia kerja menjadikan motivasi di dalam organisasi bervariasi. Untuk itu pimpinan organisasi harus bisa memahami perbedaan itu dan memahami pula karakteristik individu karayawan dalam motivasi kerjanya seperti: motivasi untuk memproleh uang yang banyak, dan motivasi untuk bekerja keras dan rajin lantaran resiko pekerjaanya tinggi dan penuh tantangan.
2. Karakteristik pekerjaan yang berbeda.
Karakteristik pekerjaan yang berbeda sanggup memotivasi kerja pegawai dalam perusahaaan. Untuk itu pegawai harus mengetahui karakter-karakter pekerjaannya menyerupai : diharapkan kecakapan dalam pekerjaannya, identitas dalam pekerjaannya, dan tingkat besar kecilnya tanggung jawab dalam jenis pekerjaanya, sehingga akan timbul semangat dan tantangan sebagai bentuk motivasi kerja dalam diri pegawai.
3. Karakteristik organisasi.
Karakter ini meliputi kebijakan dan kultur yang berbeda dari masingmasing individu dalam organisasi, serta kekerabatan antar masing-masing individu dalam organisasi. Untuk itu dalam rangka meningkatkan motivasi kerja pegawai sebagai bentuk pencapaian kinerja pegawai yang optimal maka pemimpin organisasi harus bisa mempertimbangkan hubunganhubungan tersebut.
Motivasi Kerja
Terdapat banyak pengertian wacana motivasi, diantaranya ialah Robert Heller (1998:6) yang menyatakan bahwa motivasi ialah keinginan untuk bertindak. Ada pendapat bahwa motivasi harus diinjeksi dari luar, tetapi kini semakin dipahami bahwa setiap orang termotivasi oleh beberapa kekuatan yang berbeda. Di pekerjaan kita perlu mempengaruhi bawahan untuk menyelaraskan motivasinya dengan kebutuhan organisasi.
Motivasi merupakan proses psikologis yang membangkitkan dan mengarahkan sikap pada pencapaian tujuan atau goal-directed behavior (Robert Kreitner dan Angelo Kinicki, 2001:205). Sedangkan Stephen P. Robbins (2003:156) menyatakan motivasi sebagai proses yang mengakibatkan Intensitas (intensity), arah (direction), dan perjuangan terus-menerus (persistence) individu menuju pencapaian tujuan. Motivasi merupakan ukuran berapa usang seseorang sanggup menjaga perjuangan mereka. Individu yang termotivasi akan menjalankan kiprah cukup usang untuk mencapai tujuan mereka.
Sementara itu, Jerald Greenberg dan Robert A. Baroon (2003:190) berpendapat bahwa motivasi merupakan serangkaian proses yang membangkitkan (arouse), Mengarahkan (direct), dan menjaga (Maintain) sikap insan menuju pada pencapaian tujuan. Membangkitkan berkaitan dengan dorongan atau energidi belakang tindakan.
Dari pendapat-pendapat tersebut diatas sanggup disimpulkan bahwa motivasimerupakan dorongan terhadap serangkaian proses sikap insan pada pencapaian tujuan. Sedangkan elemen yang terkandung dalam motivasi meliputi unsur membangkitkan, mengarahkan, menjaga, membuktikan intensitas, bersifat terus-menerus dan adanya tujuan.