Pengertian Nilai, Norma, Dan Tabiat Dalam Pandangan Pancasila
Tuesday, March 24, 2020
Edit
Pengertian Nilai, Norma, Dan Moral
Nilai
Dalam bidang filsafat, nilai digunakan untuk menunjuk kata benda abstrak, artinya “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness) dan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melaksanakan penilaian. (Frankena, 229)
Dalam Dictionary of Sociology and Related Sciences nilai yaitu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok.
Jadi, nilai = sifat yang menempel pada objek, contohnya bunga itu indah, perbuatan itu susila dan kenyataan yang tersembunyi di balik kenyataan-kenyataan lainnya.
Indah è sifat / kualitas yang menempel pada bunga dan perbuatan.
Menilai = menimbang, suatu kegiatan insan untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, lalu selanjutnya mengambil keputusan, yang berupa keputusan nilai yang sanggup menyatakan:
1. Berguna / tidak berguna
2. Benar / tidak benar
3. Baik / tidak baik
4. Indah / tidak indah
Sesuatu dinyatakan bernilai jika sesuatu itu berharga, berguna, benar, indah, baik, dsb.
Dalam nilai terkandung cita-cita, harapan, dambaan, dan keharusan. Maka dikala kita bicara perihal nilai, bahu-membahu kita sedang bicara perihal hal yang ideal (hal yang merupakan cita-cita, harapan dan keharusan), mengenai das sollen, bukan das sein. Kita masuk dunia ideal, bukan dunia real. Meskipun begitu, antara dunia ideal dan real ada kekerabatan / kaitan yang erat. Das sollen itu harus bermetamorfosis menjadi das sein, yang ideal harus menadi real, yang bermakna normatif harus direalisasikan dalam perbuatan sehari=hari.
Yang mengandung nilai tidak hanya yang berwujud material saja, tapi juga yang non-material / immaterial.
Nilai material = lebih gampang diukur dengan memakai alat indra / alat pengukur (berat, panjang, luas, dsb).
Nilai immaterial / kerohanian / spiritual = lebih sulit mengukurnya. Alat ukurnya yaitu hati nurani insan yang dibantu oleh alat indra, rasa, karsa dan keyakinan manusia.
Hirarki Nilai:
Pada hakikatnya, segala sesuatu itu bernilai. Hanya, nilai apa yang ada dan apa hubungannya dengan manusia.
Ada sekelompok nilai yang berkedudukan / hirarki lebih tinggi dari yang lain.
Kalangan materialis = nilai tertinggi yaitu nilai material
Kalangan hedonis = nilai tertinggi yaitu nilai kenikmatan
Kalangan sekuler = nilai tertinggi yaitu nalar pikiran manusia.
Usaha menggolongkan nilai:
Max Sceler : nilai-nilai yang ada tidak sama luhur dan sama tingginya. Nilai-nilai bisa dikelompokkan dalam:
1. Nilai-nilai kenikmatan à gugusan nilai yang mengenakkan / tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang bahagia / menderita tidak enak.
2. Nilai-nilai kehidupan à nilai-nilai yang penting bagi kehidupan, contohnya kesehatan, kesejukan jasmani, kesejahteraan umum.
3. Nilai-nilai kejiwaan à nilai-nilai kejiwaan yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan, yaitu keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.
4. Nilai-nilai kerohanian à terdapat modalitas nilai dari yang suci / tidak suci, terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi.
Walter G. Everet:
1. Nilai-nilai ekonomis
2. Nilai-nilai kejasmanian
3. Nilai-nilai hiburan
4. Nilai-nilai sosial
5. Nilai-nilai watak
6. Nilai-nilai estetis
7. Nilai-nilai intelektual
8. Nilai-nilai keagamaan
Notonagoro :
1. Nilai material à segala sesuatu yang berkhasiat bagi kehidupan jasmani insan / kebutuhan material ragawi manusia
2. Nilai vital à segala sesuatu yang berkhasiat bagi insan untuk sanggup mengadakan kegiatan / aktivitas
3. Nilai kerohanian à segala sesuatu yang berkhasiat bagi rohani manusia, yang sanggup dibedakan menjadi 4 macam :
± Nilai kebenaran à bersumber pada nalar (ratio, budi, cipta) manusia
± Nilai keindahan / estetis à bersumber pada unsur perasaan (estetis, gevoel, rasa) manusia
± Nilai kebaikan / moral à bersumber pada unsur kehendak (will, wollen, karsa) manusia
± Nilai religius à merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Bersumber pada doktrin atau keyakinan manusia.
PANCASILA DALAM PANDANGAN NILAI
Notonagoro è nilai-nilai Pancasila tergolong nilai-nilai kerohanian yang tetap mengakui nilai material dan vital.
Pancasila sebagai falsafah hidup à mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini paling benar, paling adil, paling bijaksana.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat = merupakan sistem nilai è sumber segala pembagian terstruktur mengenai norma-norma hukum, norma moral, maupun norma kenegaraan lainnya.
Sebagai suatu nilai, Pancasila menunjukkan dasar mendasar bagi dan universal bagi insan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Supaya nilai-nilai itu bisa dijabarkan dalam kehidupan praktis/kehidupan nyata, nilai-nilai itu dijabarkan dalam norma-norma yang terperinci sehingga menjadi suatu pedoman.
1. Norma moral = yang berkaitan dengan tingkah laris insan yang sanggup diukur (baik / buruk, sopan / tidak sopan, susila / tidak susila).
2. Norma aturan = sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dalam kedudukan ini, Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber aturan di Indonesia.
Jadi, sila-sila Pancasila intinya bukan merupakan fatwa pribadi yang bersifat normatif / praksis, melainkan sistem nilai-nilai susila yang merupakan sumber norma moral dan norma hukum, yang harus dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma etika, moral maupun hukum.