Pengertian Kreativitas Dan Penemuan Dalam Berwirausaha
Tuesday, March 24, 2020
Edit
Pengertian Kreativitas Dan Inovasi
Kreativitas diartikan sebagai penggunaan imaginasi dan budi untuk mencapai sesuatu atau untuk mendapatkan solusi yang unik dalam mengatasi problem (Sahid Susanto, 1999: 3). Kreatif bukan bawaan dari lahir melainkan sesuatu yang sanggup diciptakan dan dilatih dengan menawarkan stimulus atau pancingan kepada otak. Permainan, atau membuat gambar-gambar sanggup merangsang otak untuk berpikir kreatif. Dengan berlatih berpikir kreatif, maka ilham untuk melakukan, membuat, dan membuat sesuatu terbuka lebar sehingga sanggup menghasilkan sesuatu yang inovatif.
Inovasi merupakan proses menyebarkan ide gres atau memasukkan ide gres dalam kegiatan mudah sehingga terjadi konversi ide gres dalam aplikasi yang bermanfaat. Aplikasi ide gres terjadi dalam bentuk proses penemuan yang menghasilkan cara atau metode yang lebih baik dalam mengerjakan sesuatu akan menghasilkan sesuatu yang inovatif.
Potensi kreativitas ada pada semua orang. Kewirausahaan erat kaitannya dengan kreativitas dan penemuan karena: 1) inti dari kewirausahaan ialah kemampuan untuk membuat sesuatu yang gres dan berbeda (create new dan different) melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk membuat peluang. Oleh alasannya ialah itu wirausaha erat hubungannya dengan kreativitas (Suryana, 2003:2); 2) berdasarkan Milgram (Munandar, 1995) intelegensi atau IQ semata-mata tidak sanggup meramalkan kreativitas dalam kehidupan nyata; 3) selanjutnya Rowe (2004) menyampaikan bahwa kecerdasan umum mendukung beberapa tipe kreativitas, tapi belum tentu bisa mendukung atau menjamin semua tipe kreativitas. Kecerdasan kreatif sifatnya terbuka, inovatif, inventif, tak terbatas, berani, spontan, fantasis, imajinatif, tak terduga, revolusioner dan berjiwa bebas, sedangkan kecerdasan umum mempunyai karakteristik fokus, disiplin, logis, terbatas, bersahaja, realistis, praktis, serius, stabil dan konservatif (Susiana, 2005: 13).
Hal utama yang diharapkan untuk mengasah dan menyebarkan kreativitas ialah menyiapkan otak untuk selalu terbuka mendapatkan impuls atau rangsangan dari luar. Karena otak itu luar biasa hebatnya, sehingga sangat disayangkan jika tidak menggunakannya semaksimal mungkin. Setiap peristiwa, pengalaman hidup, bahkan hal-hal kecil yang terjadi dan ada disekitar kita sanggup dipakai untuk menyebarkan kreativitas. Selain itu telah tersedia produk-produk yang sanggup dipakai untuk meningkatkan dan menyebarkan kreativitas seseorang.
Pengertian kreativitas (Munandar,1995:47-51) antara lain :
a. Kreativitas ialah kemampuan untuk membuat kombinasi gres berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada.
b. Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) ialah kemampuan berda-sarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan balasan terhadap suatu perkara yang penekanannya pada ketepatgunaan dan keragaman jawaban.
c. Secara operasional kreativitas sanggup dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), orisinal dalam berpikir, dan kemampusan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, mem-perinci) suatu gagasan.
Proses kreativitas dan penemuan mahasiswa dalam menyebarkan gagasan sanggup dilihat melalui (Munandar, 1995):
a. Kelancaran, sebagai kemampuan untuk mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan, menawarkan banyak cara atau saran untuk melaksanakan aneka macam hal, dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
b. Keluwesan, sebagai kemampuan untuk: 1) menghasilkan gagasan, balasan atau pertanyaan yang bervariasi, 2) sanggup melihat perkara dari sudut pandang yang berbeda-beda, 3) mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, dan 4) bisa mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran .
c. Keaslian, sebagai kemampuan untuk: 1) melahirkan ungkapan yang gres dan unik, 2) memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, dan 3) bisa membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
d. Keterperincian, kemampuan untuk sanggup menyebarkan suatu gagasan, merincinya sehingga menjadi lebih menarik.
Menurut Cropley (Utami Munandar, 1995:9) kemampuan kreatif ialah kemampuan membuat gagasan, mengenal kemungkinan alternatif, melihat kombinasi yang tidak diduga dan mempunyai keberanian untuk mencoba sesuatu yang tidak lazim. Atau dengan kata lain kreativitas mahasiswa ialah kemam-puan untuk menawarkan gagasan-gagasan gres yang sanggup diterapkan dalam pemecahan masalah.
Inovasi ialah proses menerjemahkan ide dan merubahnya menjadi suatu produk, jasa atau metode yang mempunyai kegunaan (Robbins dan Coulter, 1999). Terdapat beberapa hal yang menjadi faktor pendorong inovasi, yaitu:
1. variabel struktur, meliputi struktur organisasi, sumber daya yang dimiliki, dan komunikasi yang terjadi dalam organisasi.
2. variabel budaya, meliputi penerimaan terhadap ambiguitas, toleransi terhadap hal-hal yang tidak praktis, rendahnya kontrol ekstrenal, toleransi terhadap resiko, toleransi terhadap konflik, berfokus terhadap hasil, dan sistem yang terbuka.
3. variabel sumber daya manusia, meliputi akad tinggi terhadap training dan pengembangan, tingkat keamanan pekerjaan, dan sumber daya orang yang kreatif.
Menurut Munandar (1995:150), kegiatan berguru mengajar yang menumbuhkan gagasan kreatif anak sanggup dilaksanakan melalui penciptaan lingkungan kelas yang merangsang berguru kreatif dan mengajukan pertanyaan. Penciptaan lingkungan kelas yang merangsang berguru kreatif sanggup dilakukan melalui hal-hal sebagai berikut.
1. Memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang menimbulkan minat dan merangsang rasa ingin tahu mahasiswa. Pertanyaan dosen diajukan bersama demon-strasi pada awal pembelajaran (fase pendahuluan).
2. Pengaturan fisik, contohnya pengaturan daerah duduk sesuai kegiatan-kegiatan mahasiswa. Dosen mengelompokkan mahasiswa menjadi delapan kelompok. Mahasiswa duduk berhadapan pada kelompok masing-masing ketika praktikum (fase penggalian) dan siswa duduk terfokus menghadap ke depan ketika fase pendahuluan, penjelasan, penerapan konsep, dan evaluasi.
3. Kesibukan di dalam kelas yang mengasyikkan, contohnya kegiatan praktikum secara kelompok dan pengalaman eksklusif dengan benda-benda konkrit.
Berwirausaha
Dalam pengertian secara estimologis wira berarti utama, gagah, mulia dan luhur, sedangkan swa berarti pribadi atau kekuatan sendiri dan sta berarti berdiri, berjuang untuk hidup sendiri dengan bijaksana, mulia dan merdeka. Dengan demikian wiraswasta sanggup diartikan sebagai sifat-sifat keberanian dan keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kekuatan dan kemampuan sendiri.
Dari pengertian tersebut sanggup diperoleh citra bahwa wirausaha ialah perjuangan yang dilakukan oleh orang yang berani mengambil resiko dan berani berdiri sendiri untuk lapangan pekerjaaan atau nafkah untuk hidupnya sendiri serta orang lain yang sanggup ditampungnya.
Kewirausahaan ialah semangat, sikap dan kemampuan untuk menawarkan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh laba untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik, serta membuat dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan penemuan serta kemampuan manajemen.
Pengertian di atas meliputi esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positip terhadap peluang untuk memperoleh laba untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara yang etis dan produktif untuk mencapai tujuan serta sikap mental untuk merealisasikan tanggapan yang positip tersebut. Semangat, sikap dan kemampuan wirausaha tentunya bervariasi satu sama lain dan atas dasar itu wirausaha dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu: wirausaha awal, wirausaha tangguh, wirausaha unggul. Wirausaha yang sikap dan kemampuannya yang lebih menonjol dalam memobilisasi sumber daya dan dana, serta mentransformasikannya menjadi output dan memasarkannya secara efisien lazim disebut Administrative Entrepreneur. Sebaliknya wirausaha yaitu sikap dan kemampuannya menonjol dalam kreativitas, penemuan serta mengantisipasi dan menghadapi resiko lazim disebut Innovative Entrepreneur.
Mata Kuliah Kewirausahaan
Mata kuliah Kewirausahaan merupakan mata kuliah wajib bagi setiap mahasiswa di Jurusan Pendidikan Teknik Boga Busana, baik pada jenjang S-1 maupun D-3. Mata kuliah ini terdiri dari teori yang membahas perihal konsep-konsep umum dan jiwa kewirausahaan, kunci sukses, sikap dan kepribadian wirausahawan, penggalian kemampuan manajerial, perhitungan dan analisis keuangan dan kontrol anggaran perjuangan kecil yang didirikan. Standar kompetensi yang diharapkan ialah mahasiswa sanggup menyusun perencanaan bisnis (business plan) atas suatu perjuangan yang ingin didirikan.
Selama ini, pelaksanaan perkuliahan Kewirausahaan masih terbatas pada teori saja, belum pada tataran praktek, sehingga mahasiswa belum mempunyai pengalaman dan implementasi kewirausahaan yang sesungguhnya.
Cooperative learning
Bagaimana setiap mahasiswa satu sama lainnya berinteraksi merupakan salah satu aspek penting dari sebuah aba-aba kiprah dalam kelas. Terdapat beberapa cara mahasiswa sanggup berinteraksi dengan mahasiswa lainnya. Mereka sanggup berkompetisi untuk mengetahui siapa yang menjadi terbaik, atau mereka sanggup bekerja secara individu untuk meraih tujuan perkuliahan tanpa memperhatikan dan berhubungan dengan mahasiswa lainnya, atau mereka berhubungan dengan menetapkan kepentngan yang sama sebagai pembelajaran satu sama lainnya. Hal yang terakhir ialah inti dari metode pembelajaran cooperative learning. Cooperative learning melibatkan kerjama antarmahasiswa dengan berguru untuk berjuang bersama, menuntaskan suatu pekerjaan bersama, mendukung satu sama lain, merayakan kesuksesan bersama, dengan mengabaikan latar belakang budaya dan jenis kelamin (Roger T. and David W. Johnson, 2004).
Beberapa hal yang mengkondisikan terjadinya cooperative learning adalah:
1. Adanya positive interdependence yang jelas.
2. Terjadi interaksi face-to-face (promotive interaction).
3. Adanya akuntabilitas dan tanggung jawab individu untuk meraih tujuan bersama dalam kelompok (positive relationship).
4. Penggunaan kemampuan interpersonal dalam kelompok kecil (phsycological, adjustment, social competence).
5. Terdapat proses perbaikan keefektifan masa depan(effort to achieve).
Gambar Elemen Cooperative learning
Positive Interdependence
Persyaratan utama dari cooperative learning yang efektif ialah ketika setiap mahasiswa dalam kelompoknya percaya bahwa mereka berenang bersama atau mereka karam bersama. Dalam situasi dalam kelas, mahasiswa mempunyai dua (2) tanggung jawab, yaitu mempelajari materi didik dan meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok mempelajari materi didik tersebut. Positive interdependence terjadi ketika anggota kelompok merasa bahwa kesuksesan kelompok tidak akan tercapai jika anggota kelompok lain tidak bekerjasama. Oleh karenanya, setiap mahasiswa dalam kelompok harus berkoordinasi satu sama lain untuk menuntaskan kiprah perkuliahan.
Dengan adanya positive interdependence, bantuan setiap mahasiswa sangat dibutuhkan, yang menimbulkan tidak adanya free-riders dalam kelompok. Selain itu, setiap mahasiswa dalam kelompok akan mempunyai bantuan unik sesuai dengan tanggung jawab dan sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan kelompok.
Interaksi Face-to-Face (promotive interaction)
Positive Interdependence mempengaruhi terjadinya interaksi face to face. Interaksi ini ditandai dengan kerja sama antaranggota dalam kelompok secara efektif dan efisien untuk saling membantu, saling bertukar informasi dan sumber daya, menawarkan feedback sebagai sarana perbaikan anggota kelompok lain, mempengaruhi satu sama lain untuk saling bekerja sama meraih tujuan, membangun kepercayaan satu sama lain dan lebih mengutamakan pengambilan keputusan yang lebih berkualitas. Dengan adanya interaksi ini motivasi kelompok akan terbangun dan menghindari konflik dan stress dalam kelompok.
Akuntabilitas dan Tanggung Jawab Individu (positive relationship)
Elemen ketiga dari cooperative learning ialah akuntabilitas individu, yang terjadi ketika kinerja individu dinilai, kemudian kesannya diberikan kepada kelompok dan individu tersebut bertanggung jawab atas pencapaian kesuksesan kelompok. Adalah hal yang penting ketika kelompok mengetahui anggota mana yang membutuhkan proteksi dan dukungan untuk menuntaskan tugas.
Tujuan dari cooperative learning ialah membuat setiap anggota kelompok lebih besar lengan berkuasa dalam haknya. Untuk meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok berkontribusi secara adil, dosen harus menawarkan penilaian untuk setiap anggota kelompok, menawarkan feedback, membantu kelompok untuk menghindari konflik/stress, dan meyakinkan bahwa setiap individu bertanggung jawab untuk hasil simpulan kiprah kelompok.
Beberapa cara yang sanggup dilakukan untuk mendapatkan akuntabilitas dan tanggung jawab individu secara optimal adalah:
- membentuk kelompok kecil sehingga sanggup diketahui secara terang anggota kelompok mana yang mempunyai akuntabilitas dan tanggung jawab yang baik,
- memberikan penilaian untuk setiap anggota kelompok,
- menanyakan kinerja seorang anggota kelompok kepada anggota kelompok lain,
- memberikan tutorial/penjelasan kepada anggota kelompok lain ketika seseorang telah mengerti sesuatu (simutaneous explaining).
Penggunaan Kemampuan Interpersonal (phsycological, adjustment, social competence)
Elemen keempat dari cooperative learning ialah penggunaan kemampuan interpersonal yang sempurna dalam kelompok. Untuk mengkoordinasikan perjuangan meraih tujuan kelompok, setiap anggota harus 1) saling mengetahui satu sama lain, 2) saling berkomunikasi secara akurat dan tidak ambigu, 3) saling mendapatkan dan mendukung dan 4) saling memecahkan permasalahan secara konstruktif.
Kemampuan interpersonal bukan bawaan lahir. Kemampuan ini tidak hadir begitu saja, membutuhkan kemampuan sosial untuk kerja sama yang berkualitas tinggi dan dimotivasi untuk lebih produktif. Semakin baik kemampuan sosial anggota kelompok, semakin tinggi peluang ketercapaian tujuan kelompok.
Proses Perbaikan (effort to achieve)
Kinerja kelompok yang efektif dipengaruhi oleh seberapa baik kelompok tersebut berfungsi. Proses kelompok diraih dalam jangka waktu yang cukup lama, dan proses meraih tujuan melibatkan keseluruhan elemen organisasi untuk berjuang bersama. Proses perbaikan kelompok ini mengandung arti: 1) mendiskripsikan apakah sikap anggota kelompok saling membantu atau tidak, 2) penentuan keputusan perihal apakah sesuatu keputusan dilanjutkan atau diubah. Tujuan proses perbaikan kelompok ini ialah untuk mengklarifikasi dan meningkatkan keefektivan anggota kelompok dalam menawarkan bantuan dan perjuangan kolaboratif untuk meraih tujuan kelompok. Salah satu aspek penting dari proses perbaikan kelompok ialah rasa kebersamaan sukses, dihargai dan dihormati satu sama lain sehingga membangun akad pembelajaran, antusiasme terhadap bekerja dalam kelompok, dan rasa percaya diri untuk berhubungan secara kooperatif.
Cooperative learning telah banyak dipakai dalam pembelajaran kelas. Salah satu prinsip dasar dari cooperative learning ialah prinsip dari pengelompokkan secara heterogen. Dalam cooperative learning, keberagaman akan lebih efektif menghasilkan ide-ide yang lebih kaya dan pengalaman berguru yang lebih baik. Selain itu, kemampuan penting ibarat pemikiran kritis, pemecahan perkara yang kreatif dan penciptaan pengetahuan sanggup dengan gampang dicapai melalui kegiatan kelompok.
Beberapa pendapat juga menyatakan bahwa cooperative learning terjadi ketika pembelajaran tujuan kelompok sangat penting dilakukan, task/tugas yang diberikan pada kelompok relatif kompleks, diharapkan analisis pemecahan masalah, kreativitas dan kinerja kelompok yang tinggi dan seni administrasi dinamika kelompok. Tujuan kelompok ialah pencapaian penyelesaian task.tugas yang diberikan, sehingga seluruh anggota kelompok berkonsentrasi untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Cooperative learning akan sangat bermanfaat pada kelompok-kelompok kecil, alasannya ialah dalam kelompok kecil setiap anggota dimungkinkan untuk menawarkan bantuan optimal untuk meraih tujuan/tugas kelompok. Selain itu, setiap anggota akan menyebarkan kemampuan interpersonalnya, terlibat dengan konflik kelompok, namun dengan kejelasan tujuan dan akad bersama maka peningkatan pemahaman pembelajaran akan tercapai. Setiap anggota kelompok tidak hanya bertanggung jawab terhadap dirinya, namun juga harus membantu anggota lain untuk memahami pembelajaran supaya tujuan/tugas kelompok tercapai (http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning.htm).
Kerangka Berfikir
Seseorang yang selalu mengutamakan kiprah dan hasil ialah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, yang merupakan inti dari kewirausahaan. Kegiatan berguru mengajar yang menumbuhkan gagasan kreatif dan inovatif sanggup dilaksanakan melalui penciptaan lingkungan kelas yang merangsang berguru kreatif, salah satunya dengan kegiatan praktikum secara kelompok dan pengalaman eksklusif dengan benda-benda konkrit..
Melalui cooperative learning yang mendasarkan pada pemberian tugas/task untuk kelompok mahasiswa, berupa penyusunan, presentasi dan implementasi business plan, maka jiwa, sikap dan semangat kreativitas dan penemuan mahasiswa untuk berwirausaha akan terbentuk, alasannya ialah mahasiswa akan secara eksklusif mempraktekkan ilmunya dan mengeksplorasi kreativitas dan inovasinya berwirausaha.
DAFTAR PUSTAKA;
- Fibriyanti, R, (2004). Implementasi Modul Model Siklus Belajar Untuk Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Laboratorium UM.
- http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning.htm
- Johnson, D. W., Johnson, R. T., dan Stanne, M. B., (2000). Cooperative learning Methods: A Meta-Analysis. Minnesota: University of Minnesota.
- Johnson, R. T. dan Johnson, D. W., (2004). Improving the Quality of the Teaching and Learning Process through Cooperatie Learning. Baltimore: Brookes Press.
- Komarah, Kokom, (2006). Pengembangan Kewirausahaan yang Terintegrasi Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran pada Mata Kuliah Restoran dan Produksi Busana Perorangan pada Prodi S-1. Yogya: Penelitian A3.
- Munandar, Utami. 1995. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
- Robbins, S dan Coulter, M, (1999). Management. International Edition. New Jersey: Prentice Hall.
- Setyawan, Anton A. (2005). Pengangguran Terdidik vs Kualitas Perguruan Tinggi. FE UMS: Artikel Ekonomi dan Bisnis.
- Susanto, Sahid, (1999). Impelementasi Wawasan Entrepreneurship dalam Penelitian di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
- Susiana, N, (2005). Program Pembelajaran Kimia Untuk Menumbuhkan Sikap Wirausaha Siswa SMA. Jakarta: Universitas Pelita Harapan