Tugas Dan Fungsi Pendidikan Islam Sebagai Pengembang Potensi
Tuesday, March 24, 2020
Edit
Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam
Muhammad S.A. Ibrahimy, sarjana pendidikan Islam Bangladesh dalam salah satu penerbitan media massa "Islamic Gazette" menguraikan wacana wawasan dan pengertian serta jangkauan pendidikan Islam sebagaimana dikutip oleh M. Arifin, sebagai berikut:
"Islamic education in true sense of the term, is a system of education which enables a man too lead his life according to the Islamic ideologi, so that he may easily could his life in accordence which tenets of Islam. The scope of Islamic education has been changing at different times. In view of demans of the age and development of science and theologi is scope has also widened".[13]
Pendidikan Islam berdasarkan pandangannya, dalam pengertian bahwasanya ialah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang sanggup mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam (cita Islami) sehingga ia dengan gampang sanggup membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan aliran Islam.
Pendidikan Islam ialah pendidikan tanpa batas waktu dan akan berjalan dinamis sesuai dengan keuniversalan Islam itu sendiri. Sehingga dalam tugasnya pendidikan Islam ialah harus berjalan sesuai dengan kebutuhan insan secara luas dari banyak sekali aspek kehidupan. Menurut Muhaimin dan Abdul Mujib dalam bukunya "Pemikiran Pendidikan Islam" menyatakan bahwa, “tugas dari pendidikan Islam mencakup tiga unsur, yaitu sebagai pengembang potensi, pewarisan budaya dan sebagai interaksi antara potensi dan budaya”.[14] Untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan satu demi satu.
1. Pendidikan Islam Sebagai Pengembang Potensi
Allah SWT telah membuat insan di dunia, kecuali bertugas pokok menyembah Khaliknya juga bertugas mengelola dan memanfaatkan kekayaan yang terdapat di bumi biar insan sanggup hidup sejahtera dan makmur lahir batin.
Manusia diciptakan Allah selain menjadi hamba-Nya juga menjadi penguasa (khalifah) di atas bumi. Selaku hamba dan khalifah, insan telah diberi kelengkapan kemampuan jasmani (fisiologis) dan rohaniah (mental psikologis) yang sanggup dikembangtumbuhkan seoptimal mungkin, sehingga menjadi alat yang berdaya guna dalam ikhtiar kemanusiaannya untuk melakukan kiprah pokok kehidupan di dunia.
Untuk mengembangtumbuhkan kemampuan dasar jasmaniah dan rohaniah tersebut, pendidikan merupakan sarana (alat) yang memilih hingga di mana titik optimal kemampuan-kemampuan tersebut sanggup dicapai. Pendidikan ialah proses untuk menemukan dan menyebarkan potensi yang dimiliki manusia, dalam arti untuk menampakkan atau mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimiliki manusia.
Pendidikan Islam telah memperlihatkan resep kehidupan yang menyeluruh untuk dipakai sebagai landasan hidup insan dalam segala jaman dan dalam segenap bidang kehidupan manusia. Resep demikian tidak akan mempunyai kegunaan bila mana insan itu sendiri sebagai konsumernya tidak dibekali kemampuan untuk mengaktualisasikannya melalui proses pendidikan yang sesuai dengan aliran agama yang telah diperintahkan Allah kepada hamba-Nya.
Pengertian, Konsep dan Hakekat Pendidikan Islam
Pengertian, Konsep dan Hakekat Pendidikan Islam
Oleh alasannya ialah itu simpulan dari tujuan pendidikan Islam berada di garis yang sama dengan misi tersebut yaitu membentuk kemampuan dan talenta insan biar bisa membuat kesejahteraan dan kebahagiaan yang penuh rahmat dan berkat Allah di seluruh penjuru alam. Hal ini berarti bahwa potensi yang dimiliki insan akan sanggup diapresiasikan melalui ikhtiarnya yang bersifat kependidikan secara terarah dan tepat.
Selain pendidikan, dalam rangka menyebarkan potensi atau kemampuan dasar, insan juga membutuhkan adanya pinjaman dari orang lain untuk membimbing, mendorong dan mengarahkan biar banyak sekali potensi tersebut sanggup tumbuh dan berkembang secara masuk akal dan optimal, sehingga kelak hidupnya sanggup berdaya guna dan berhasil guna. Dengan demikian insan akan sanggup memenuhi kebutuhan hidupnya dan sanggup beradaptasi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya.
Lingkungan fisik ialah lingkungan alam ibarat keadaan geografis, iklim, kondisi ekologi dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial ialah lingkungan yang berupa orang-orang yang berada di sekitar insan yang berinteraksi dengan mereka ibarat orang tuanya, saudara-saudaranya, tetangganya dan lain-lain. [15]
Dari uraian tersebut, jelaslah bahwa pendidikan itu berusaha untuk menyebarkan semua potensi yang dimiliki manusia, baik jasmaniah maupun rohaniah, sehingga dengan pendidikan akan tercapai kehidupan yang harmonis, seimbang antara kebutuhan fisik material dengan kebutuhan mental spiritual dan antara kehidupan dunia dan akhirat.
2. Pendidikan Islam sebagai Internalisasi Nila-nilai Islamiah
Tugas pendidikan Islam selanjutnya ialah mewariskan nilai-nilai Islam. Hal ini dikarenakan nilai-nilai Islam akan mati bila nilai-nilai dan norma-norma agama tidak berfungsi dan belum sempat diwariskan ke generasi berikutnya.
Nilai-nilai Islam dan peradaban tidak sanggup dipisahkan dengan kelahiran Islam itu sendiri. Maka dari itu lembaga-lembaga pendidikan mempunyai kiprah selain menyebarkan perolehan pengalaman, forum pendidikan harus bisa mengupayakan perolehan pengalaman generasi terdahulu melalui transfer tradisi. Islam mengemban kiprah menghidupkan kembali tradisi, konsep keagamaan dan mewariskan ilmu-ilmu yang diperoleh dari kitab-kitab usang ke generasi selanjutnya.
Pendidikan Islam sebagai alat internalisasi nilai-nilai agama Islam dalam masyarakat, mempunyai tabiat elastis terhadap perkembangan aspirasi kehidupan insan sepanjang jaman. Dengan tanpa menghilangkan prinsip-prinsip nilai yang mendasarinya, pendidikan Islam akan bisa mengakomodasikan tuntutan hidup insan dari jaman ke jaman termasuk tuntutan di bidang ilmu dan teknologi.
Islam yang hendak diwujudkan dalam sikap insan melalui proses pendidikan, bukanlah semata-mata sistem teologinya saja, melainkan lebih dari itu yaitu termasuk peradabannya yang lebih sempurna. Oleh alasannya ialah itu “Islam berhadapan dengan segala bentuk kemajuan dan modernisasi masyarakat, tidaklah akan mengalami kesulitan mengingat wataknya yang elastis dalam menghadapi perkembangan kebudayaan manusia.”[16]
Pendidikan sesungguhnya produk dari kebudayaan insan sendiri. Rancangan suatu pendidikan dalam suatu masyarakat sepenuhnya ditentukan oleh tingkat perkembangan dan kemajuan dari kebudayaan masyarakat itu sendiri.
Melalui kualitas pendidikan maka tingkat kebudayaan suatu masyarakat akan ditentukan kualitasnya. Oleh alasannya ialah itu dalam seni administrasi pengembangan kebudayaan Islam. Pendidikan menjadi “bagian fundamental, sehingga merancang seni administrasi kebudayaan Islam pada hakekatnya ialah merancang suatu pendidikan. Dalam kekerabatan ini pendidikan Islam ialah pendidikan yang bercorak tauhid.”[17]
Pendidikan sebagai sentra pengembangan kebudayaan ialah sentra kajian kebudayaan dan ilmu-ilmu. Dalam hubungannya dengan pendidikan Islam maka yang perlu dirumuskan ialah konsep ilmu-ilmu dalam Islam. Dengan demikian kajian ilmu-ilmu dalam konsep Islam pada hakekatnya untuk menemukan dan menyebarkan hukum-hukum yang ada dalam setiap ciptaan Allah dan melalui penguasaan kebenaran hukum-hukum itulah sesungguhnya proses pembentukan suatu kebudayaan mulai digulirkan.
Oleh alasannya ialah itu kebudayaan Islam haruslah mencerminkan nilai-nilai akhlakul karimah dan menjadi bab dari ibadah sebagai wujud kolaborasi kreatif antara Allah dan insan sebagai hamba-Nya di muka bumi. “Nilai-nilai kebudayaan ialah pencapaian nilai spiritual yang memperkaya kehidupan batin manusia”.[18] Dengan demikian, pendidikan Islam sebagai pewaris budaya harus bisa mewariskan harapan bangsa.
3. Pendidikan Islam Sebagai Interaksi Antara Potensi Dan Budaya
Dalam rangka mewujudkan kebudayaan Islam, potensi dasar insan harus dididik sebaik mungkin. Suatu didikan yang menekankan perhatiannya pada kemaslahatan umum, akan lebih gampang menyebarkan potensi atau kemampuan dasar manusia. Pendidikan mempunyai kiprah yang sangat besar dalam meluruskan dan menyebarkan potensi dasar manusia. Tanpa pendidikan potensi tidak akan mengalami perkembangan lebih sempurna.
Selanjutnya kebudayaan Islam sebagai produk dari potensi dasar tersebut haruslah berisi muatan-muatan paedagogis. Artinya, suatu kebudayaan yang sanggup mengakibatkan kondisi sosio-kultural, mengarah pada bentuk teladan kehidupan yang positif berdasarkan nilai dan norma aliran Islam. Sehingga nilai-nilai Islam didalamnya sanggup dipahami dan diwujudkan kebenarannya sebagai pembeda dari jenis kebudayaan lainnya.
Sesungguhnya kebudayaan itu, secara ontologis ialah nafs insan itu sendiri. Manusia sebagai wujud dari eksistensi nafs yang kreatif yang bertindak sebagai subyek dalam proses penciptaan menjadi khalifah Allah di muka bumi. Oleh alasannya ialah itu, “Kebudayaan merupakan proses pergulatan kesatuan kepercayaan dan kreatifitas dalam menghadapai tantangan realitas dengan karya dan tindakan keshalihan. Maka insan memilih derajatnya dalam kehidupan ini”.[19]
Dengan demikian, kebudayaan Islam jika dilihat sebagai proses dan produk ialah :
Proses eksistensi kreatif diri insan sebagai aktualisasi dari penyerahan diri, untuk mematuhi hukum-hukum Tuhan sehingga memperoleh keselamatan, kesejahteraan dan kedamaian hidup. Sedangkan kebudayaan Islam sebagai produk ialah konsep atau gagasan, acara serta benda-benda yang dibentuk untuk dedikasi penyerahan diri terhadap Tuhan serta untuk tercapainya keselamatan dan kesejahteraan bersama.[20]
Potensi dasar yang telah disalurkan secara optimal dan dilapisi pesan-pesan Islam merupakan kekuatan yang potensial dalam membangun kebudayaan Islam. Jenis kebudayaan ini sanggup ditumbuhkembangkan melalui bekal potensi dasar tersebut sehingga terdapat kekerabatan kausal yaitu, potensi dasar sebagai variabel penentu sedang kebudayaan Islam sebagai variabel yang ditentukan. Dengan potensi yang dimiliki, insan dibutuhkan untuk menegakkan peradaban dan kebudayaan Islam sebagai wujud khalifah Allah di muka bumi.
Muhaimin dan Abdul Mujib dalam buku “Pemikiran Pendidikan Islam” mengutip pendapat Langeveld yang menyatakan bahwa, “Tugas pendidikan ialah mendewasakan anak melalui bimbingan dan pengarahan”.[21] Bimbingan dan pengarahan tersebut menyangkut potensi predesposisi (kemampuan dasar) serta talenta insan yang mengandung kemungkinan-kemungkinan berkembang ke arah kematangan yang lebih optimal.
Potensi atau kemampuan dasar yang berkembang dalam diri manusia, “kemungkinan gres sanggup berkembang dengan baik bilamana diberi kesempatan yang cukup baik melalui pendidikan yang terarah.”[22] Kemampuan potensi pada diri insan itu, gres sanggup diwujudkan dan sanggup difungsikan bila disediakan kesempatan untuk berkembang dengan menghilangkan segala gangguan yang sanggup menghambatnya.
Dalam rangka menyebarkan potensi yang ada pada manusia, pendidikan merupakan faktor utama. Oleh alasannya ialah itu sanggup disimpulkan bahwa kiprah pokok pendidikan Islam ialah “pembinaan anak didik, pada ketaqwaan dan penanaman akhlakul karimah yang dijabarkan dari enam aspek keimanan, lima aspek keislaman dan multi aspek keinsanan.”[23]
Muhaimin dan Abdul Mujib menyatakan bahwa kiprah pendidikan Islam ialah :
Mempertinggi kecerdasan dan kemauan dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang membawa manfaat dan aplikasinya sanggup meningkatkan kualitas hidup dengan memelihara dan menyebarkan budaya, lingkungan serta memperluas pandangan hidup insan yang komunikatif terhadap keluarga, masyarakat, bangsa dan sesama insan serta sesama makhluk yang lain. [24]
Adapun fungsi pendidikan Islam ialah menyediakan fasilitas yang sanggup memungkinkan kiprah pendidikan Islam tersebut tercapai dan berjalan lancar. Penyediaan fasilitas yang dimaksud adalah, “fasilitas yang bersifat struktural dan institusional”. [25]
Arti dari fasilitas yang bersifat struktural ialah menuntut adanya organisasi yang mengatur jalannya proses kependidikan. Sedang arti dari tujuan institusional mengandung implikasi bahwa proses kependidikan yang terjadi dalam struktur organisasi yang dilembagakan, sehingga menjamin proses kependidikan sanggup berjalan dengan lancar secara konsisten dan berkesinambungan pada tingkat yang optimal.
Dari beberapa uraian mengenai kiprah dan fungsi pendidikan Islam karenanya penulis sanggup mengambil kesimpulan bahwa antara kiprah dan fungsi pendidikan Islam, keduanya saling berkaitan. Oleh alasannya ialah itu, pendidikan Islam harus sanggup melakukan tugasnya sesuai dengan fungsi pendidikan Islam itu sendiri. Jika pendidikan Islam sanggup melakukan tugasnya dengan berdasarkan nilai-nilai dan norma aliran Islam maka pendidikan Islam akan bisa mewujudkan tercapainya kehidupan yang harmonis, seimbang antara duniawiyah dan ukhrowiyah. Dengan demikian jelaslah bahwa insan dalam hidup dan kehidupannya membutuhkan adanya pendidikan.