Pengertian External Dan Internal Public Relations
Tuesday, March 24, 2020
Edit
Internal Public Relations
Untuk membuat suasana menyenangkan dan bagi laba suatu lembaga, komunikasi yang bersifat “two-way communication” penting sekali dan mutlak harus ada, yaitu komunikasi antara pimpinan dengan bawahan dan antara bawahan dengan pimpinan, yang merupakan “feed back”, yang berdasarkan pada “good human relations” sesuai dengan prinsip semua public relations.
Oleh alasannya yaitu itu, yaitu kiprah seorang PRO (Public Relations Officer) untuk menyelenggarakan komunikasi yang sifatnya persuasif dan informatif. Seorang PRO harus mengadakan analisa mengenai apa yang telah dilaksanakan di dalam internal public relations, mengadakan survey wacana “attitudes” para karyawan terhadap instansinya, kebijaksanaan instansi dan kegiatan-kegiatannya.
Menurut Oemi Abdurrachman komunikasi yang informatif dan persuasif sanggup dilaksanakan dengan :
- Tertulis, yaitu memakai surat-surat, papers, bulletin, brosur dan lain-lain.
- Lisan, yaitu dengan mengadakan briefing, rapat-rapat, diskusi, ceramah.
- Conselling, dengan meyediakan beberapa anggota staf yang telah menerima latihan atau pendidikan untuk menawarkan nasehat-nasehat kepada karyawan, turut memecahkan masalah-masalah pribadi mereka atau mendiskusikannya bersama-sama. (Abdurrachman, 2001:35).
Adalah penting untuk memahami individu-individu, latar belakang dan sikap menyerupai yang mereka lakukan. Penting untuk memahami keinginan-keinginannya, harapan-harapannya dan ambisi-ambisinya, bahkan memahami prasangka-prasangkanya.
Dengan demikian, maka seorang PRO harus mengetahui dan memahami wacana segala sesuatu yang ada hubungannya dengan kepentingan atau kebutuhan para karyawan sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dan kepentingan instansi atau lembaga.
Internal Public Relations yang baik yaitu yang memperlakukan tiap karyawan dengan sikap yang sama, tanpa membeda-bedakan tingkat, pendidikan dan lain-lain. Salah satu perjuangan Internal Public Relations yang sanggup memperlihatkan perhatian terhadap kemajuan atau kepentingan karyawan diantaranya mengadakan upgrading atau memberi kesempatan pada mereka untuk mengikuti pendidikan lainnya yang secara psikologis sanggup menaikkan martabat mereka.
B. External Public Relations
Tugas penting External Public Relations yaitu mengadakan komunikasi yang efektif, yang sifatnya informatif dan persuasif, yang ditujukan kepada publik di luar instansi tersebut. Informasi harus diberikan dengan jujur, berdasarkan fakta dan harus teliti. Sebab publik mempunyai hak untuk mengetahui keadaan yang bahwasanya wacana sesuatu yang menyangkut kepentingannya.
Publik adakala sangat kritis. Oleh alasannya yaitu itu sikap yang correct dan ramah merupakan salah satu syarat dalam berkomunikasi dengan publik, tanpa terpengaruh oleh “appearance”, “personality”, kata-kata mereka dan sebagainya. Penilaian publik terhadap suatu forum bukan saja soal pelayanannya, kegiatan-kegiatannya, dan para anggotanya, tapi juga mengenai keseluruhan yang mencakup tubuh tersebut.
Menurut Oemi Abdurrachman komunikasi dengan external public sanggup diselenggarakan diantaranya dengan:
- Kontak Pribadi (Personal contact)
- Press release
- Press relations
- Press conference & press briefing
- Publicity
- Radio dan Televisi
- Film
- Media komunikasi dan informasi lainnya.(Abdurrachman,2001: 40).
Kutipan diatas jika diuraikan yaitu sebagai berikut :
1. Kontak Pribadi (Personal contact)
Unsur yang penting dalam korelasi ini yaitu perlakuan terhadap perorangan-perorangan yang berafiliasi dengan tubuh atau instansi. Di dalam “government public relations” hal ini perlu mendapatkan perhatian yang serius dan harus ditekankan kepada para karyawan, bahwa “government public relations” itu tidak cukup hanya dengan menawarkan penjelasan-penjelasan pada seseorang baik secara verbal maupun secara tertulis. Yang sangat penting yaitu perlu adanya perhatian terhadap reaksi tiap individu sebagai seorang warga negara terhadap para karyawan wacana bagaimana mereka melaksanakan kewajibannya.
2. Press release
Dalam menyiapkan press release hendaknya diperhatikan soal-soal teknis mengenai penyusunan dan pengetikan “message” dan distribusinya. Formula ”who, what, where, when, why” dilarang dilupakan dalam penyajian press release.
3. Press relations
Penting sekali dalam Hubungan Masyarakat bagi seorang pelaksana Humas untuk mempunyai korelasi yang baik dengan para pemimpin atau wakil surat-surat kabar, majalah-majalah, kolumnis-kolumnis, penulis-penulis feature, pemimpin radio dan televisi dan sebagainya.tetapi perlu dicatat, korelasi pribadi antara seorang PRO dengan petugas-petugas pers tadi tidak berarti bahwa PRO itu harus mendapatkan pelayanan yang istimewa dari mereka. Hubungan pribadi harus dipelihara dan harus berdasarkan integritas profesi. Seorang Humas harus melaksanakan semua media sama.
4. Press conference & press briefing
Dalam keadaan-keadaan tertentu dan mengenai pengumuman-pengumuman tertentu, dianjurkan untuk menyelenggarakan pers conference daripada hanya menawarkan press release saja. Pers conference hanya diselenggarakan bila ada peristiwa-peristiwa penting saja di suatu instansi atau badan. Instansi sanggup mengadakan pers conference atas inisiatifnya sendiri atau atas seruan wakil-wakil pers sendiri.
5. Publicity
Pada hakekatnya publicity yaitu gosip yang ditulis dalam surat-surat kabar atau majalah-majalah atau yang disiarkan melalui radio atau televisi, yang penuh dengan Human Interest dan menarik perhatian publik mengenai kegiatan-kegiatan atau pernyataan-pernyataan orang-orang yang prominently involved.
6. Radio dan Televisi
Dengan radio dan transistor, merupakan satu-satunya penghubung antara insan dengan dunia, satu-satunya saluran untuk memberikan informasi, pendidikan dan hiburan tanpa mengenal jarak dan illiteracy (buta huruf).
7. Film
Ini sanggup berupa film dokumentasi, hiburan yang berisi informasi-informasi, pendidikan dan sebagainya. Pada sampaumur ini film banyak dipakai dalam public relations, bukan saja untuk internal public tapi juga untuk external public.
8. Media komunikasi dan informasi lainnya.
Selain dengan memakai media yang telah dikemukakan di atas, masih banyak cara-cara lain untuk membuatkan suatu informasi dan mengadakan korelasi dengan publik. Diantaranya dengan memakai kartu pos bergambar, telepon, ceramah, mengadakan kunjungan-kunjungan dan sebagainya.
1.5. Proses Humas
Di dalam prakteknya usaha-usaha pengorganisasian suatu proyek kegiatan, intinya diarahkan untuk mencapai adaptasi secara serasi antara forum di satu pihak dengan publiknya di lain pihak. Penyesuaian-penyesuaian itu ditandai dengan pertukaran opini dan informasi antara kedua unsur tersebut.
Pengertian, Tujuan dan Fungsi Hubungan Masyarakat (Humas)
Pengertian, Tujuan dan Fungsi Hubungan Masyarakat (Humas)
Begitu pula langkah-langkah awal tindakan Humas bahwasanya memahami dulu medan tempur yang akan menjadi sasaran tujuan kegiatannya. Model ini merupakan konsepsi strategis yang sudah usang dikenal dan dipelajari orang. Menurut Lincoln menyerupai yang dikutip oleh Ali Syarief, menyampaikan bahwa :
“Apabila pertama kita memahami dimana kita berada dan kemana arah tujuan kita, kita sanggup memutuskan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana pelaksanaannya” (Syarief, 1989:12)
Memahami konsepsi di atas, maka di dalam proses tindakan awal kegiatan Humas, pertama-tama kita harus memahami betul permasalahan-permasalahan yang menyangkut dengan kedua khalayak sasaran Humas, yaitu dengan melaksanakan :
1. Pengumpulan Fakta (Fact Finding)
Langkah pengumpulan data, fakta dan informasi mengenai kasus publik internal dan publik eksternal begitu penting adanya. Suatu permasalahan atau problema organisasi yang harus dipecahkan, hanya akan sanggup terselesaikan dengan tuntas mana kala upaya-upaya pemecahannya sempurna mengenai sasarannya. Disini tentu dituntut kemampuan dan keahlian dalam pengambilan keputusan untuk menentukan alternatif yang baik. Esensi dari pengambilan keputusan atau decision making yaitu tersedianya informasi, data dan fakta yang benar-benar mempunyai nilai validitas yang tinggi. Ketajaman diagnosa terhadap kasus yang dihadapi akan sangat tergantung kepada tersedianya data, fakta dan informasi yang akurat.
Nilai suatu data, fakta dan informasi yang mempunyai validitas tinggi itu akan ditentukan oleh nilai-nilai relevansinya dengan kasus yang dihadapi, akurasi, sempurna waktu dan tidak mempunyai unsur kecurigaan terhadap data, fa kta dan informasi tersebut. Karena itu, cara pemilihan dan pengumpulan data, fakta dan informasi tersebut harus benar-benar baik, yaitu sumbernya sanggup dipercaya, isi atau information content nya benar dan sempurna waktu.
2. Perencanaan (Planning)
Proses kedua dari Humas ini, sesudah menumpulkan data dan informasi tadi yaitu menyusun planning tindakan untuk memecahkan banyak sekali kasus dan mencapai tujuan yang telah dirumuskan definisinya, kemudian disusun pula usaha-usaha penanggulangannya, dengan kata lain telah diketahui terapinya, maka barulah disusun suatu planning yang baik.
Perencanaan yang baik yaitu kemampuan mengantisipasi masa depan dengan tepat. Sesuai dengan pendapat spesialis perencanaan R.A Ackoff menyerupai yang dikutip oleh Ali Syarief bahwa : “Perencanaan yaitu suatu proses antisipasi pengambilan keputusan” (Syarief, 1989:13).
Suatu planning yang baik bukan hanya ramalan-ramalan masa depan atau suatu studi masa depan yang tidak realistis, melainkan suatu proses penghayatan terhadap masa lalu, penelitian yang tajam terhadap kasus yang timbul dan berorientasi ke masa depan.
Hal yang penting dalam penyusunan planning yaitu perumusan tujuan dengan jelas, penentuan waktu dengan tepat, penentuan kriteria atau tolak ukur keberhasilannya dan penentuan alokasi sumber-sumber pendukungnya.
3. Pelaksanaan Program (Implementasi)
Pada tahap ketiga ini yaitu pelaksanaan atau implementasi planning proyek kegiatan Humas. Pada fase ketiga ini bahwasanya tidak lebih dari pengorganisasian, penataan dan pelaksanaannya itu sendiri.
Implementasi ini hendaknya mengacu kepada perencanan yang telah dibuat. Ikuti setiap kegiatan berdasarkan Flow chart yang telah disusun. Sesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan dan mobilisir semua potensi yang sudah disiapkan untuk mendukung kegiatan-kegiatan tadi dengan baik.
Suatu implementasi yang baik, biasanya mengawali kegiatan tersebut dengan mengadakan suatu pembinaan khusus kepada seluruh personel yang akan terlibat dengan kegiatan tadi. Ini dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa acara berjalan dengan baik dan personel yang terlibat benar-benar terlatih dengan baik pula. Tinjau kembali kegiatan-kegiatan inti yang mungkin perlu proteksi khusus atau fasilitas-fasilitas lebih yang diharapkan untuk menjamin keberhasilan acara kegiatan.
4. Penilaian atau Evaluasi
Proses simpulan dari suatu operasi Humas yaitu tahap penilaian atau evaluasi. Evaluasi atau penilaian itu dimaksudkan sebagai upaya untuk mengukur dan melihat sejauhmana suatu acara itu sanggup kuat atau mencapai harapan-harapan yang diinginkan atau ditentukan sebelumnya. Karena itu penilaian dekat kaitannya dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya.
Pelaksanaan penilaian harus sudah dimulai sebelum suatu acara dilaksanakan hingga acara dilaksanakan. Evaluasi yang biasa dilakukan sebelum acara dimulai biasa disebut “pre test” atau penilaian awal. Kemudian penilaian yang dilaksanakan sesudah acara selesai dilakukan biasa disebut dengan “post test” atau penilaian tahap akhir.
Tindakan penilaian sanggup dilakukan pada waktu pelaksanaan disusun di tahap perencanaan, hingga pada tahap simpulan implementasinya. Ini dimaksudkan supaya setiap deviasi dari planning atau penyimpangan-penyimpangan sanggup diluruskan kembali sesuai dengan aliran atau pola pelaksanaan program.
Komponen-komponen penilaian biasa terdiri dari empat hal yang dinilai, yaitu :
- Jangkauan audience yang dituju, yaitu untuk mengetahui sejauhmana khalayak sasaran yang dituju atau siapa saja yang menjadi sasaran, menyangkut kawasan wilayah domosili mereka, agama serta strata social lainnya.
- Respons audience, untuk mengetahui sejauhmana tanggapan audience terhadap acara yang sedang dan telah dilaksanakan. Karena, tingkat tinggi rendahnya respon seseorang terhadap acara yang dilaksanakan menentukkan keberhasilan acara itu sendiri.
- Pengaruh-pengaruh komunikasi, ini tentu saja sesuai dengan maksud yang dikandung sendiri oleh simpulan dari suatu kegiatan komunikasi, yaitu perubahan sikap dan sikap seseorang.
- Proses influence, disini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana seseorang sanggup merubah perilakunya alasannya yaitu jawaban dari acara yang dilaksanakan. Apakah berubah alasannya yaitu imbas eksklusif atau berubah alasannya yaitu imbas atau dorongan lingkungan sosialnya atau alasannya yaitu proses sadar yang ada dalam dirinya, dan lain-lain.
Proses Humas menyerupai yang telah dijelaskan di atas, sanggup dilihat pada sketsa 2.1 berikut :
PROSES HUMAS
2. Tinjuan Tentang Peranan
Peranan dalam kamus Bahasa Indonesia yaitu :
“Tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa” (kamus B. Indonesia, 2000:751).
Menurut Onong Uchjana Effendy, dalam kamus Komunikasi peranan yaitu :
“Sesuatu yang menjadi penggalan atau yang memegang pimpinan secara menonjol dalam suatu peristiwa” (Effendy, 1986:315).
Menurut Dozier, D. M sebagaimana dikutip oleh Rosady Ruslan menyampaikan bahwa :
“Peranan praktisi PR dalam suatu organisasi atau perusahaan merupakan salah satu kunci untuk memahami fungsi PR dan komunikasi organisasi, disamping itu juga merupakan kunci untuk pengembangan peranan praktisi PR atau Humas dan pencapaian professional dalam PR” (Ruslan, 1997: 21)
Semakin maju dan berkembangnya suatu perusahaan maka acara yang terjadi pun akan semakin komplek, dengan adanya pengendalian yang sangat besar pula pengaruhnya terhadap pimpinan suatu perusahaan yang dikelolanya. Di dalam suatu perusahaan peranan Humas sangat diharapkan alasannya yaitu merupakan salah satu kunci perusahaan yang tahu bagaimana keadaan administrasi lembaga.
Peranan yang dibahas dalam penelitian ini ialah peranan yang terjadi dalam bentuk perubahan persepsi dan sikap, untuk mencapai tujuan penelitian itu sendiri yaitu untuk mengetahui bagaimana peranan Humas Kantor Departemen Agama Kabupaten Cianjur dalam Menanggapi Opini Publik pada Instansinya, maka dari itulah Humas Kantor Departemen Agama Kabupaten Cianjur harus bisa menanggapi opini publik secara persuasif dan informatif supaya terjalin korelasi yang serasi antara Humas dengan publiknya..
3. Tinjauan Tentang Opini Publik
3.1. Pengertian Opini
Opini atau pendapat merupakan jawaban terbuka terhadap suatu duduk kasus atau isu ataupun jawaban yang dinyatakan berdasarkan kata-kata yang diajukan secara tertulis ataupun lisan.
Opini sanggup dinyatakan secara aktif maupun secara pasif. Opini juga sanggup dinyatakan secara verbal (overt opinion), terbuka dengan kata-kata yang sanggup ditafsirkan secara jelas, ataupun melalui plihan-pilihan kata yang sangat halus dan tidak secara eksklusif sanggup diartikan.
Menurut Vincent Price menyerupai yang dikutip Djoenaesih, mengemukakan bahwa overt opinion yaitu “menyatakan pendapat dengan banyak sekali macam kegiatan atau mengemukakan kegiatan-kegiatan yang menjadi perhatian bersama dengan tata cara sikap yang khas”. (Djoenaesih, 1996: 88)
Memahami opini seseorang, apalagi opini publik, bukanlah hal yang sederhana. Opini sendiri mempunyai kaitan yang dekat dengan sikap (attitude). R.P. Abelson menyerupai yang dikutip oleh Djoenaesih, menyebutkan bahwa opini mempunyai unsur sebagai molekul opini yaitu:
- Belief (kepercayaan wacana sesuatu)
- Attitude (apa yang bahwasanya dirasakan seseorang)
- Perception (persepsi), yaitu proses memberi makna pada sesuatu, sehingga memperoleh pengetahuan yang baru.(Djoenaesih, 1996: 88).
3.2. Pengertian Publik
Pengertian Publik menyerupai yang dikemukakan oleh Oemi Abdurrachman, dalam bukunya Public Relations (2001:28) yaitu sekelompok orang yang menaruh perhatian pada sesuatu hal yang sama, mempunyai minat dan kepentingan yang sama. Public sanggup merupakan group kecil, terdiri atas orang-orang dengan jumlah sedikit, juga sanggup merupakan kelompok besar.
Adapun terdapat beberapa pendapat yang berbeda dari para andal mengenai pengertian Publik diantaranya yaitu sebagai berikut :
Menurut Soerjono Soekamto SH, MA :
“Publik berupa kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak eksklusif melalui media komunikasi, baik media komunikasi secara umum contohnya pembicaraan-pembicaraan secara pribadi, desas-desus, melalui media komunikasi massa menyerupai pers, radio, televisi dan sebagainya”.
Menurut Herbert Blumer, yang dikutip oleh Dr. Phil Astrid S. Susanto :
Perkataan Publik melukiskan kelompok insan yang berkumpul secara impulsif dengan syarat-syarat :
- Dihadapi oleh suatu duduk kasus (issue).
- Berbeda pendapatnya mengenai duduk kasus ini dan berusaha untuk mengatasi persoalannya.
- Sebagai jawaban keinginan mengadakan diskusi dengan mencari jalan keluar.
Menurut Emory S. Bogardus :
“Publik yaitu sejumlah orang yang dengan suatu cara mempunyai pandangan yang sama mengenai suatu kasus atau setidaknya mempunyai kepentingan bersama dalam sesuatu hal. Sejumlah orang tersebut antara yang satu dan yang lain sanggup tidak kenal mengenal satu sama lain, akan tetapi bahwasanya mempunyai perhatian dan minat yang sama terhadap sesuatu masalah”.
Dari banyak sekali pendapat tersebut, Djoenaesih S. Sunarjo, dalam bukunya Opini Publik, menyampaikan bahwa apabila disimpulkan pengertian publik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
- Suatu kelompok insan yang tidak merupakan kesatuan (kelompok tidak teratur).
- Interaksi terjadi secara tidak eksklusif biasanya melalui media massa.
- Perilaku publik didasarkan kepada sikap individu.
- Tidak saling kenal mengenal satu sama lain dan terdiri dari banyak sekali lapisan masyarakat..
- Mempunyai minat yang sama tersebut belum tentu mempunyai opini tau pendapat yang sama terhadap sesuatu masalah.
- Berusaha untuk mengatasi kasus tersebut.
- Adanya diskusi social alasannya yaitu itu publik ada “kecenderungan untuk berpikir secara rasional” (Djoenaesih, 1996:22).
3.3. Pengertian Opini Publik
Opini publik berasal dari bahasa Inggris Public Opinion yang sering diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi pendapat umum.
Leonard W Doob menyerupai yang dikutip Djoenaesih, mengemukakan bahwa “ public opinion refers to people’s attitude on an issue they are members of the same social group”. Artinya, opini publik yang dimaksudkan yaitu sikap orang-orang mengenai suatu hal, di mana mereka merupakan anggota dari sebuah masyarakat yang sama. (Djoenaesih, 1996: 28).
Menurut William Albig sebagaimana dikutip oleh Oemi Abdurrachman opini publik yaitu : “hasil daripada interaksi antara individu-individu dalam kelompok apa saja”. Artinya :
- Opini publik timbul alasannya yaitu adanya interaksi antara individu-individu yang menyatakan pendapatnya.
- Opini publik gres menjadi opini bila hal tersebut telah dinyatakan. (abdurrachman, 2001:51)
Menurut Emory Bogardus menyerupai yang dikutip Oemi Abdurrachman :
”Opini publik yaitu hasil pengintegrasian pendapat berdasarkan diskusi yang dilakukan didalam masyarakat demokratis. Opini publik bukan merupakan seluruh jumlah pendapat individu-individu yang dikumpulkan”. ( abdurrachman, 2001:51).
Dengan demikian, opini publik itu berarti :
- Bukan merupakan kata setuju (seinstemig, unanimous) tetapi merupakan persatuan pendapat atau sinthesa dari pada pendapat yang banyak.
- Tidak merupakan jumlah pendapat yang dihitung secara “numerical” (numerik,menurut jumlah), berapa jumlah orang yang terdapat di masing-masing pihak,
- Opini publik hanya sanggup berkembang di negara-negara demokratis dimana terdapat kebebasan bagi tiap individu untuk menyatakan pendapatnya dengan lisan, tertulis, gambar-gambar, arahan dan lambang-lambang lainnya.
3.4. Istilah-istilah Opini Publik
Terdapat beberapa istilah-istilah yang sangat dekat hubungannya dengan pengertian opini publik. Menurut Emory S Bogardus istilah-istilah tersebut yaitu :
- Opini Persona (Personal Opinion)
- Opini Pribadi (Private Opinion)
- Opini Kelompok (Group Opinion)
- Opini Mayoritas (Majority Opinion)
- Opini Minoritas (Minority Opinion)
- Opini Koalisai (Coalition Opinion
- Opini Konsensus (Concensus Opinion)
- Opini Umum (General Opinion)
Kutipan di atas, jika diuraikan yaitu sebagai berikut :
Opini Persona (Personal Opinion)
Personal opinion yaitu penafsiran individual mengenai banyak sekali kasus di mana terhadapnya tidak terdapat suatu pandangan yang sama. Namun ada pula yang menunjukan bahwa opini persona itu yaitu suatu penafsiran mengenai fakta-fakta yang dihadapi, di mana dalam penafsiran itu terdapat kesulitan untuk memberi pembuktian atau penentangan dengan segera.
Sumber opini persona bahwasanya sangat sulit diketahui bahkan oleh orang yang berkepentingan sendiri, alasannya yaitu seseorang tidak sanggup memastikan berapa banyak ide-ide yang dimilikinya, manakah yang tumbuh dari pikirannya sendiri dan mana pula yang terjadi alasannya yaitu imbas teman-temannya. Dengan demikian, pertumbuhan opini persona berjalan imbas menghipnotis secara timbal balik.
Opini Pribadi (Private Opinion)
Opini pribadi yaitu suatu penggalan dari opini persona yang tidak dinyatakan. Secara jelasnya opini pribadi itu tidak dinyatakan secara terbuka alasannya yaitu adanya alasan-alasan tertentu tersimpan secara pribadi dalam hati sanubari orang yang bersangkutan. Opini pribadi ini merupakan aspek yang sangat penting bagi berkembangnya opini persona.
Opini Kelompok (Group Opinion)
Opini yang dimiliki oleh seseorang yaitu merupakan suatu penggalan dari opini kelompok. Suatu kelompok selalu mempunyai nilai dan norma-norma yang kuat sekali bagi tindakan dan pikiran para anggotanya alasannya yaitu mempunyai sangsi-sangsi sosial. Adanya opini kelompok hanyalah dimungkinkan alasannya yaitu adanya opini persona.
a. Opini Mayoritas (Majority Opinion)
Opini secara umum dikuasai yaitu opini yang dinyatakan atau sedikitnya dirasakan oleh lebih dari setengah dari suatu kelompok atau suatu lingkungan. Opini secara umum dikuasai sangat mungkin didukung oleh orang-orang yang alasannya yaitu suatu kepentingan terpaksa menyatakan opini tertentu meskipun opini tersebut bertentangan dengan opini yang dimilikinya sendiri. Akan tetapi, opini secara umum dikuasai tidak selalu harus dengan cara yang kurang baik alasannya yaitu baik buruknya suatu cara itu tergantung dari mana kita memandangnya, tergantung pula pada kepentingannya.
b. Opini Minoritas (Minority Opinion)
Opini minoritas yaitu suatu konklusi yang didukung oleh kurang lebih separuh jumlah anggota kelompok yang berkepentingan.
Opini Koalisi (Coalition Opinion)
Opini koalisi tumbuh alasannya yaitu pengaruh-pengaruh dari luar yang memerlukan penggabungan opini. Misalnya, dalam suatu kelompok adakala tidak terdapat opini mayoritas, yang ada hanyalah opini minoritas. Untuk itu diharapkan adanya suatu acara bersama, maka beberapa opini minoritas menggabungkan diri supaya sanggup mewujudkan suatu opini mayoritas. Biasanya opini koalisi ini jarang sekali sanggup mewujudkan suatu opini secara umum dikuasai yang benar-benar terintegrasi alasannya yaitu sifatnya yang heterogen.
Opini Konsensus (Concensus Opinion)
Opini konsensus sangat penting alasannya yaitu diwujudkan dengan proses diskusi. konsensus berarti mufakat bersama, alasannya yaitu itu opini konsensus merupakan bentuk opini yang mempunyai kekuatan lebih dari opini mayoritas. Dalam opini konsensus para pendukungnya saling mempunyai empati satu sama lain, segala sesuatu diselesaikan secara mufakat berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bersama sehingga tercapai kata sepakat. Kelemahan opini ini yaitu apabila semua orang telah setuju terhadap suatu kasus maka perhatian selanjutnya akan menurun sedangkan klarifikasi suatu konsensus balasannya akan ditangani oleh sebagian kecil orang yang aktif saja.
Opini Umum (General Opinion)
Bentuk opini lain yang sifatnya lebih kuat di tengah kehidupan masyarakat yaitu opini umum. Opini umum ini merupakan opini yang berakar kepada tradisi serta adapt istiadat, berkembang dari dahulu hingga ketika ini. Opini umum biasanya berdasarkan nilai dan norma-norma yang berwujud sanksi-sanksi sosial. Dengan demikian opini umum merupakan iklim sosial di mana sebagian besar bersumber pada opini persona, opini kelompok dan juga opini publik.
3.5. Proses Pembentukan Opini
Kejadian-kejadian mengenai manusia, baik yang mengenai soal pribadi, maupun kelompok, mengenai “public issues” dan kegiatan-kegiatan lainnya yang “unusual” dan kasatmata selalu merupakan materi omongan atau diskusi dalam keluarga dan didalam masyarakat.
Proses pembentukan awal opini berasal dari keluarga, sehingga dikatakan bahwa keluarga sebagai “The First Molder” dalam pembentukan opini tiap individu.
Problema-problema di dalam Humas berakar dari perbedaan-perbedaan persepsi antara dua orang atau lebih, yang akan membentuk suatu opini publik tertentu. Nilai-nilai individual biasanya berangkat dari sifat-sifat pribadinya.
Masing-masing individu biasanya mengemukakan penilaian dan pendapatnya wacana apa yng mereka lihat dan dengar wacana insan secara individu maupun kelompok. Penilaian-penilaian tersebut berdasarkan fakta, tapi ada juga yang berdasarkan : sentimen, prinsip, cita-cita dan lain sebagainya. Apa yang dilakukan oleh masing-masing individu tersebut tanpa disadarinya, sudah terlibat dalam “proses pembentukan opini publik”.
3.6. Perubahan Opini (Opini Change)
Opini akan cepat berkembang dan cepat pula berubah. Opini akan berubah apabila terjadi suatu stimulasi dari luar dan berkaitan dengan interest-interest yang ada dalam diri seseorang. Suatu teori yang diketengahkan oleh Leon Festinger yaitu “Cognitif Dissonance” perlu dikemukakan untuk membantu memahami kecenderungan-kecenderungan kejiwaan dalam membentuk gugusan opini dan perubahan-perubahan sikap.
Festinger menyerupai yang dikutip oleh Ali Syarief menyatakan teorinya sebagai berikut :
“Setiap ketika seseorang yang mempunyai informasi atau opini dengan pertimbangan dirinya untuk bergabung ke dalam suatu tindakan tertentu, kemudian informasi atau opini ini tidak mempunyai keharmonisan untuk bergabung dalam tindakan tersebut. Ketika ketidakharmonisan eksis, seseorang akan mencoba untuk menurunkannya atau mengalihkan keyakinan dan opininya. Apabila beliau tidak bisa merubah tindakan-tindakannya, perubahan opini akan mengikuti hasil-hasilnya. Proses psikologis ini yang sanggup disebut sebagai dissonance reduction, menunjukan dalam penelaahan sikap orang sebagai justifikasi terhadap tindakan-tindakan…..Apabila dissonance muncul, dissonance reduction berupaya pula muncul” (syarief, 1989:76).
Menurut Cutlip dan Center menyerupai yang dikutip oleh Ali Syarief, perubahan opini ini dilihat dari aspek lain, sehingga terjadi alasannya yaitu dua hal, yaitu :
1. Komunikasi
Suatu kehidupan sosial ditandai oleh ciri-ciri pokok yaitu tindakan-tindakan komunikasi dan pengoperan pesan-pesan antar individual. Adapun aktifitas kelompok tidak akan terjadi tanpa adanya suatu andil pengalaman-pengalaman dari sikap-sikap. Komunikasi dimaksud yaitu termasuk di dalamnya symbol of mind atau lambing pikiran, penyampaian maksud-maksud kepada mereka dan sekaligus pelestarian atas nilai-nilai mereka tersebut.
2. Sensor
Sensor merupakan suatu upaya menghipnotis opini melalui pemilihan apa yang orang lihat, apa yang dibaca atau didengarnya. Kaarena sesungguhnya opini itu terbentuk atas dasar sebagai fakta-fakta atau data-data secara lengkap dan utuh. Tentu saja opini yang didasakan pada sebagian data dengan fakta yang lengkap akan melahirkan opini yang berbeda. (syarief, 1989:76)
Menurut James B Orrick “Opinion Change” harus dititik beratkan pada prinsip-prinsip psikologis. Adapun faktor-faktor yang bermanfaat, yang sanggup dijadikan petunjuk di dalam Humas yaitu sebagai berikut :
1. “Never Argue” (Jangan berbantah-bantahan atau berdebat)
Bagi seorang PRO petunjuk ini penting sekali untuk dipahami dan ditaati alasannya yaitu suatu argumen atau pendapat sanggup membangkitkan emosi dan antagonisme.
2. “Present Facts” (Kemukakan fakta-fakta)
Dapat menghindari perdebatan-perdebatan dan juga lebih efektif dari pada menawarkan analisa-analisa yang abstraktentang suatu hal. Apabila publik mendapatkan fakta-fakta dan perubahan-perubahan yang nyata dan objektif, maka publiknya pun akan bersedia merubah opininya.
3. “Positive Statement” (Pernyataan yang positif)
Pernyataan yang positif lebih efektif dari pada pernyataan-pernyataan yang negatif.
3.7. Pengaruh Opini Publik
Pengaruh opini publik yang dikembangkan oleh andal psikologi Hadley Cantril menyerupai yang telah diterjemahkan elvinaro, berisikan apa yang disebut the 15 “laws of public opinion”, yaitu :
- Opini sangat sensitif terhadap banyak sekali insiden penting.
- Peristiwa-peristiwa yang besar (luar biasa) sanggup mengubah opini publik seketika. Opini publik itu tidak akan stabil sebelum insiden itu memperlihatkan perkembangan yang pasti.
- Opini secara umum lebih banyak ditentukan oleh peristiwa-peristiwa daripada kata-kata, kecuali kata-kata itu merupakan suatu peristiwa.
- Pernyataan verbal dan tindakan penanggulangan hanya bisa dilakukan pada ketika opini terbentuk dan sewaktu orang-orang masih dalam keadaan galau dan mencarai keterangan dari sumber yang kredibel (layak dipercaya)
- Secara umum, opini publik tidak mengantisipasi suatu keadaan darurat, tetapi hanya bereaksi terhadap keadaan.
- Opini intinya ditentukan oleh kepentingan pribadi. Berbagai peristiwa, kata-kata dan hal-hal lain hanya sanggup menghipnotis opini bila ada hubungannya dengan kepentingan pribadi (diri sendiri).
- Opini tidak bisa bertahan pada suatu periode panjang (mudah berubah), kecuali jika orang-orang merasa bahwa kepentingan pribadinya benar-benar tersangkut atau jika opini yang dimunculkan oleh kata-kata diperkuat oleh suatu insiden nyata.
- Jika kepentingan pribadi sudah melekat, tidak gampang mengubah opini.
- Sewaktu kepentingan pribadi sudah tersangkut, opini public dalam suatu negara demokrasi cenderung untuk mendahului atau mengaarahkan kebijakan pemerintah atau pihak lain yang berwenang
- Sewaktu opini didukung secara umum dikuasai yang tidak begitu kuat atau opini dibuat tidak solid, insiden berikutnya gampang sekali untuk mengubah opini.
- Pada ketika krisis, setiap orang menjadi lebih sensitif terhadap kecakapan pemimpin mereka.
- Orang-orang segan untuk menentang banyak sekali keputusan yang diambil oleh pemimpin mereka dalam keadaan kritis, apalagi bila mereka mereka merasa dilibatkan dalam mengambil keputusan.
- Orang-orang mempunyai dan bisa membentuk opini yang ada kaitannya dengan tujuan tertentu akan lebih gampang dibandingkan dengan membentuk opini wacana metode-metode yang diharapkan untuk mencapai tujuan tersebut.
- Opini publik, sama halnya dengan opini individu, mengandung suatu keinginan. Apalagi opini hanya berdasarkan keinginan bukan suatu informasi, maka hak itu cenderung untuk memperlihatkan perhatian yang sangat besar terhadap suatu peristiwa.
- Semakin orang-orang melihat terhadap demokrasi alasannya yaitu diberinya kesempatan mengikuti pendidikan lebih tinggi dan siap mengakses informasi, maka opini publik akan mengacu kepada nalar sehat dan cenderung mengemukakan opini publik yang lebih objektif. (elvinaro, 2003:109)
4. Tinjauan Tanggapan Terhadap Opini Publik
Komunikator yaitu orang yang akan memberikan informasi kepada komunikan untuk selanjutnya ditanggapi. Tanggapan merupakan respon atau umpan balik yang diberikan komunikan kepada komunikator sesudah mendapatkan informasi. Tanggapan yang diberikan komunikan sanggup berupa pernyataan, sikap atau perilaku.
Menurut Kotler dalam bukunya Dasar-dasar Pemasaran mengemukakan bahwa :
“Tanggapan yaitu serangkaian reaksi dari akseptor sesudah melihat atau mendengar wacana pesan yang dikirim oleh pihak pengirim. Pendengar akan menanggapi atau mengambil tindakan sesudah mendengar iklan tersebut.” (Kotler, 1992:107).
Onong Uchjana Effendy beropini bahwa :
“Tanggapan yaitu sikap atau sikap seseorang dalam proses komunikasi ketika mendapatkan pesan yang ditujukan” (Effendy, 1989:30).
Dari beberapa definisi tanggapan di atas, memperlihatkan bahwa tanggapan yaitu pendapat yang diberikan komunikan sesudah mendapatkan pesan, tanggapan tersebut sanggup berupa pernyataan, pandangan gres dan perubahan sikap baik positif maupun negatif.
Bertolak dari pengertian opini publik dan uraian di atas, peneliti sanggup melihat bahwa tanggapan sangat dekat hubungannya dengan opini publik, dimana opini publik merupakan pengintegrasian pendapat seseorang wacana suatu hal kepada seseorang atau suatu forum yang bermaksud untuk mendapatkan tanggapan dari seseorang atau forum yang diberi opini tersebut.