Pengertian Dan Prinsip Nilai, Norma, Etika, Moral, Dan Karakter
Tuesday, March 24, 2020
Edit
Pengertian Nilai, Norma, Etika, Moral, dan Karakter
Ada 4 (empat) istilah yang mempunyai kemiripan arti, yaitu nilai, norma, etika, dan moral. Nilai diartikan sebagai sifat-sifat atau hal-hal penting/berguna bagi kemanusiaan (KBI, 1990) atau sesuatu yang berharga bagi kehidupan insan (Vembriarto, 1982). Nilai bersifat abstrak, hanya sanggup dipikirkan, dipahami, dan dihayati. Sebagai contoh nilai kejujuran tidak sanggup dikonkretkan dalam bentuk sikap yang baku. Jika ada penerima didik yang ketika ujian tidak mencontek, maka “tidak mencontek” hanyalah salah satu contoh nilai kejujuran, bukan bentuk baku kejujuran.
Ada empat sumber nilai dan empat jenis nilai, yaitu nilai yang bersumber dari:
a. ratio: jenis nilai benar-salah (nilai hukum);
b. kehendak: jenis nilai baik-buruk (nilai moral);
c. perasaan: jenis nilai indah-tidak indah (nilai estetika);
d. agama: jenis nilai religius-tidak religius (nilai agama);
Norma yaitu ukuran, garis pengarah, atau aturan kaidah bagi pertimbangan dan penilaian atau aturan mengenai cara bertingkah laris dalam kehidupan manusia. Norma bersumber dari nilai dan berisi perintah atau larangan.
Etika dan moral sering diartikan sama, namun bergotong-royong ada sedikit perbedaan antara keduanya. Etika (ilmu) mempunyai arti lebih luas daripada moral (ajaran). Etika yaitu ilmu yang mempelajari wacana hal yang baik dan hal yang jelek (KBI, 1990). Moral yaitu fatwa wacana baik-buruk yang diterima umum mengenai tingkah laris atau perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila (KBI, 1990). Moral mengacu pada baik buruknya insan sebagai manusia, bukan insan sebagai pelaku kiprah tertentu dan terbatas. Dapat terjadi seorang guru bermoral jujur, tetapi berperilaku kurang baik dalam mengajar.
Etika dan moral bersumber pada norma, dan norma bersumber pada nilai. Etika bersifat ilmiah (struktur kehidupan), sedang moral bersifat aplikatif (bagaimana insan harus hidup). Nilai-nilai yang dianut seseorang bersumber pada kepribadian orang yang bersangkutan. Kejujuran yaitu suatu nilai, larangan menipu atau larangan berbohong yaitu norma kejujuran, dan tidak menipu atau tidak berbohong yaitu moral kejujuran.
Istilah nilai sama dengan istilah huruf atau tabiat. Nilai terdiri atas sejumlah sikap dan sejumlah nilai menyusun kepribadian seseorang. Nilai luhur artinya nilai yang sangat baik, nilai luhur bangsa Indonesia yaitu kumulasi nilai suku-suku bangsa Indonesia. Nilai luhur suku bangsa Indonesia merupakan kumulasi dari nilai perorangan penduduk Indonesia. Warga negara Indonesia memperoleh pendidikan nilai/karakter melalui pendidikan, pemuka agama, pemuka adat, pemuka pemerintahan, dan sebagainya.
Pendidikan nilai/karakter di pendidikan dasar dan menengah diperoleh dari semua mata pelajaran yang ada, proporsi terbesar didapat dari kelompok mata pelajaran agama dan moral mulia serta kewarganegaraan. Pendidikan sains juga menyumbang pendidikan nilai/karakter melalui pendidikan sikap ilmiah dan kerja ilmiah yang merupakan serpihan metode ilmiah. Pendidikan nilai/karakter yang dikala ini sedang digalakkan tidak berdiri sendiri sebagai mata pelajaran, tetapi harus dipadukan dengan materi pendukung kompetensi dasar yang sesuai.
Pendidikan Karakter
Pendidikan nilai/karakter bagi penerima didik, akhir-akhir ini menerima perhatian khusus dari Kementerian Pendidikan Nasional dan jajarannya, serta ahli-ahli kependi-dikan, dan hingga pada kesimpulan bahwa pendidikan nilai/karakter penerima didik perlu ditingkatkan. Hal tersebut disebabkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 wacana Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) hasilnya belum menyerupai yang diharapkan.
Dalam UU Sisdiknas Nomor 20/2003 Pasal 3 disebutkan ”Pendidikan nasional (a) berfungsi menyebarkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, (b) bertujuan untuk berkembangnya potensi penerima didik biar menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Tujuan pendidikan nasional tersebut sangat luhur dalam pembentukan penerima didik untuk menjadi anak bangsa yang mempunyai nilai/karakter luhur.
Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu agenda utama Kementerian Pendi-dikan Nasional dalam rangka meningkatkan mutu proses dan output pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yaitu pengembangan pendidikan karakter. Sebenarnya pendidikan huruf bukan hal yang gres dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia. Pada dikala ini, setidak-tidaknya sudah ada dua mata pelajaran yang diberikan untuk membina moral dan budi pekerti penerima didik, yaitu Pendidikan Agama dan PKn. Namun demikian, training watak melalui kedua mata pelajaran tersebut belum membuahkan hasil yang memuaskan lantaran beberapa hal, yaitu:
- kedua mata pelajaran tersebut cenderung gres membekali pengetahuan mengenai nilai-nilai melalui materi/substansi mata pelajaran;
- kegiatan pembelajaran pada kedua mata pelajaran tersebut pada umumnya belum secara memadai mendorong terinternalisasinya nilai-nilai oleh masing-masing penerima didik, sehingga penerima didik belum menampilkan sikap dengan huruf yang diharapkan; dan
- menggantungkan pembentukan watak penerima didik melalui kedua mata pelajaran saja tidak cukup.
Pengembangan huruf penerima didik perlu melibatkan lebih banyak lagi mata pelajaran, bahkan semua mata pelajaran. Selain itu, kegiatan training penerima didik dan pengelolaan sekolah dari hari ke hari perlu dirancang sedemikian rupa secara bersiklus dengan baik dan dilaksanakan untuk mendukung pendidikan huruf yang benar-benar terprogramkan.
Merespons sejumlah kelemahan dalam pelaksanaan pendidikan moral dan budi pekerti yang telah terjadi di lapangan, maka perlu dilakukan upaya penemuan pendidikan karakter. Inovasi tersebut adalah:
- Pendidikan huruf dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran. Integrasi yang dimaksud mencakup pemuatan nilai-nilai ke dalam substansi pada semua mata pelajaran dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi dipraktik-kannya nilai-nilai dalam setiap acara pembelajaran di dalam dan di luar kelas untuk semua mata pelajaran.
- Pendidikan huruf juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan training penerima didik.
- Selain itu, pendidikan huruf dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan semua urusan di sekolah yang melibatkan semua warga sekolah.
Pelaksanaan pendidikan huruf secara terpadu di dalam semua mata pelajaran merupakan hal yang gres bagi sebagian besar sekolah, baik di tingkat SD, SMP, maupun SMA. Terlebih dikala ini ujicoba gres dilaksanakan di tingkat SMP pada beberapa Provinsi, diantaranya DIY, Makasar, Pekan Baru, Jakarta, dan Surabaya. Oleh lantaran itu, dalam rangka membina pelaksanaan pendidikan huruf secara terpadu di dalam seluruh mata pelajaran, perlu disusun panduan pelaksanaan pendidikan huruf yang terintegrasi ke dalam pembelajaran.
Pentingnya Pendidikan Karakter
Sebenarnya selama ini tanpa disadari semua guru SD khususnya telah menanam-an nilai-nilai yang baik dalam pembentukan huruf penerima didiknya. Namun hal itu hanya sebagai sisipan yang tidak termuat dalam silabus maupun RPP. Oleh lantaran itu perlu adanya optimalisasi pendidikan huruf dalam pembelajaran, biar gaung pena-naman huruf melalui pembelajaran sanggup benar-benar dirasakan penerima didik.
Pada kurun globalisasi dikala ini memang bangsa kita telah bisa menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang secara kuantitas sudah memadai, namun dari segi kualitas masih sangat perlu ditingkatkan biar dihasilkan SDM yang bisa berkompetisi dengan negara berkembang, bahkan negara maju. Selain SDM yang demikian, masih ada satu hal penting yang harus ditekankan, yaitu menghasilkan SDM yang beretika, bermoral, sopan santun, dan bisa berinteraksi dengan masyarakat secara baik, dengan tetap memegang teguh kepribadian bangsa. Dengan kata lain, bangsa kita menginginkan terbentuknya generasi penerus bangsa yang berkarakter dan berkualitas akhlaknya sekaligus cerdas intelektualnya. Banyak contoh anak didik yang cerdas, tetapi kualitas akhlaknya kurang baik, maka mereka tidak sanggup diharapkan untuk menjadi generasi penerus yang sanggup membangun bangsa kita.
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika memperlihatkan kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill), tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia sanggup berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan huruf penerima didik sangat penting untuk ditingkatkan, lantaran otak yang hebat tanpa disertai kepribadian yang baik, maka akan sulit diterima di masyarakat nasional maupun internasional.
Karakter merupakan nilai-nilai sikap insan yang berafiliasi dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Pendidikan huruf yaitu suatu sistem penanaman nilai-nilai huruf kepada warga sekolah yang mencakup komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan yang beerkualiatas akhlaknya. Dalam pendidikan huruf di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan acara atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Mata Pelajaran
Terlepas dari banyak sekali kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari Standar Nasional Pendidikan yang menjadi contoh pengembangan kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di tingkat SD, SMP, dan Sekolah Menengan Atas bergotong-royong sanggup dicapai dengan baik. Pembinaan huruf juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh penerima didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan huruf di sekolah selama ini gres menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional menyebarkan grand design pendidikan huruf untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi referensi konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi huruf dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan huruf perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.
Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang sanggup saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya mempunyai kiprah dan bantuan yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), penerima didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan penerima didik.
Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum menawarkan bantuan berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan huruf penerima didik. Hal ini disebabkan oleh banyak sekali hal, diantaranya kesibukan dan acara kerja orang renta yang relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang renta dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, imbas pergaulan di lingkungan sekitar, dan imbas media elektronik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasa-lahan tersebut yaitu melalui pendidikan huruf terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu berguru penerima didik di sekolah perlu dioptimal-kan biar peningkatan mutu hasil belajar, terutama pembentukan huruf penerima didik sesuai tujuan pendidikan sanggup dicapai.
Pendidikan huruf sanggup diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai huruf tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan penerima didik sehari-hari di masyarakat.
Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk training huruf dan peningkatan mutu akademik penerima didik. Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan penerima didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan sanggup menyebarkan kemam-puan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi penerima didik.
Pendidikan huruf di sekolah juga sangat terkait dengan administrasi atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud yaitu bagaimana pendidikan huruf direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut mencakup nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian, administrasi sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan huruf di sekolah.
Pendidikan huruf seharusnya membawa penerima didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan alhasil ke pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan huruf yang selama ini ada di sekolah perlu segera dikaji, dan dicari alternatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga gampang diimplementasikan di sekolah.
Arti pendidikan huruf secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran yaitu pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laris penerima didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran, selain untuk menyebabkan penerima didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dila-kukan untuk menyebabkan penerima didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginter-nalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku.
Strategi Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Integrasi pendidikan huruf di dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga penilaian pembelajaran pada semua mata pelajaran.
a. Perencanaan integrasi pendidikan huruf dalam pembelajaran
Pada tahap perencanaan dilakukan analisis SK/KD, pengembangan silabus, penyusunan RPP, dan penyiapan materi ajar. Analisis SK/KD dilakukan untuk mengidentifikasi nilai-nilai huruf yang secara substansi sanggup diintegrasikan pada SK/KD yang bersangkutan. Perlu dicatat bahwa identifikasi nilai-nilai huruf ini tidak dimaksudkan untuk membatasi nilai-nilai yang sanggup dikembangkan pada pembelajaran SK/KD yang bersangkutan.
Pengembangan silabus sanggup dilakukan dengan merevisi silabus yang telah dikem-bangkan kemudian menambah kolom huruf sempurna di sebelah kanan komponen Kompetensi Dasar. Pada kolom tersebut diisi nilai huruf yang hendak diintegrasikan dalam pembelajaran. Nilai-nilai yang diisikan tidak hanya terbatas pada nilai-nilai yang telah ditentukan melalui analisis SK/KD, tetapi sanggup ditambah dengan nilai-nilai lainnya yang sanggup dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran (bukan lewat substansi pembelajaran). Setelah itu, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan/atau teknik penilaian, diubahsuaikan atau dirumuskan ulang menyesuaikan huruf yang hendak dikembangkan.
Seperti langkah-langkah pengembangan silabus, penyusunan RPP dalam rangka pendidikan huruf yang terintegrasi dalam pembelajaran dilakukan dengan cara merevisi RPP yang telah ada biar selain memfasilitasi penerima didik mencapai pengeta-huan dan keterampilan yang ditargetkan, juga menyebarkan karakter. Adapun cara merevisi RPP sanggup dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1) rumusan tujuan pembelajaran direvisi/diadaptasi, yang sanggup dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) tidak hanya menyebarkan kemampuan kognitif dan psikomotorik, tetapi juga karakter, dan (2) ditambah tujuan pembelajaran yang khusus dirumuskan untuk karakter;
2) pendekatan/metode pembelajaran diubah (bila diperlukan) dan langkah-langkah pem-belajaran yang mencakup pendahuluan, inti, dan epilog direvisi dan/atau ditambah. Prinsip-prinsip pendekatan pembelajaran kontekstual dan PAKEM sangat efektif menyebarkan huruf penerima didik;
3) serpihan penilaian direvisi, dengan cara mengubah dan/atau menambah teknik-teknik penilaian yang telah dirumuskan. Teknik-teknik penilaian dipilih sehingga secara keseluruhan teknik-teknik tersebut mengukur pencapaian penerima didik dalam kompetensi dan karakter. Di antara teknik-teknik penilaian yang sanggup digunakan untuk mengetahui perkembangan huruf yaitu observasi, penilaian antar teman, dan penilaian diri sendiri. Nilai dinyatakan secara kualitatif, misalnya:
Ø BT: Belum Terlihat (apabila penerima didik belum memperlihatkan gejala awal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator).
Ø MT: Mulai Terlihat (apabila penerima didik sudah mulai memperlihatkan adanya gejala awal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten).
Ø MB: Mulai Berkembang (apabila penerima didik sudah memperlihatkan banyak sekali tanda perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten).
Ø MK: Membudaya (apabila penerima didik terus menerus memperlihatkan perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).
4) materi asuh disiapkan. Bahan/buku asuh merupakan komponen pembelajaran yang paling besar lengan berkuasa terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembela-jaran. Guru sanggup melaksanakan pembiasaan terhadap urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar.
b. Pelaksanaan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup, dipilih dan dilaksanakan biar penerima didik mempraktikkan nilai-nilai huruf yang ditargetkan. Perilaku guru sepanjang proses pembelajaran harus merupakan model pelaksanaan nilai-nilai bagi penerima didik, artinya guru harus senantiasa sanggup menjadi tauladan sikap berkarakter bagi penerima didiknya.
Beberapa contoh penerapan penanaman nilai/karakter pada tahap kegiatan inti antara lain: diskusi (bekerja sama), mengerjakan soal ke depan (percaya diri), mende-ngarkan pendapat sobat (menghargai pendapat), bergantian memakai media (tenggang rasa), bertanya (keingintahuan, kritis), mengerjakan kiprah guru (kemandirian), dan melaporkan hasil diskusi (kejujuran, tanggung jawab).
Beberapa contoh penerapan penanaman nilai/karakter pada tahap epilog antara lain: ikut menyimpulkan materi (tanggung jawab, kedisiplinan), mencatat kiprah di perte-muan berikutnya (tanggung jawab, kedisiplinan, kemandirian), kesepakatan pengumpulan kiprah (demokratis), berdoa (kereligiusan), keluar kelas dengan tertib (kedisiplinan), men-dahulukan guru keluar kelas (kesantunan), dan membawa sampah keluar kelas (peduli lingkungan).
Nilai-nilai Karakter Pokok dan Utama
Ada banyak nilai (80 butir) yang sanggup dikembangkan pada penerima didik. Menanamkan semua butir nilai tersebut merupakan kiprah yang sangat berat. Oleh lantaran itu perlu dipilih nilai-nilai tertentu sebagai huruf utama yang penanamannya dipriori-taskan. Untuk tingkat SD/SMP, huruf utama disarikan dari butir-butir SKL, yaitu:
a. Kereligiusan
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau fatwa agamanya.
b. Kejujuran
Perilaku yang didasarkan pada upaya menyebabkan dirinya sebagai orang yang selalu sanggup mengemban amanah dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
c. Kecerdasan
Kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu kiprah secara cermat, cepat, dan tepat.
d. Ketangguhan
Sikap dan sikap pantang mengalah atau tidak gampang frustasi ketika menghadapi banyak sekali kesulitan dalam melaksanakan kegiatan atau kiprah sehingga bisa mengatasi kesulitan dalam meraih tujuan.
e. Kedemokratisan
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
f. Kepedulian
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah dan memperbaiki penyim-pangan dan kerusakan (manusia, alam, dan tatanan) di sekitar dirinya.
g. Kemandirian
Sikap dan sikap yang tidak gampang tergantung pada orang lain dalam menuntaskan tugas-tugas.
h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Berpikir dan melaksanakan sesuatu secara kenyataan atau kebijaksanaan untuk menghasilkan cara atau hasil gres dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
i. Keberanian mengambil risiko
Kesiapan mendapatkan risiko/akibat yang mungkin timbul dari tindakan yang dilakukan.
j. Berorientasi pada tindakan
Kemampuan untuk mewujudkan gagasan menjadi tindakan nyata.
k. Kepemimpinan
Kemampuan mengarahkan dan mengajak individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dengan berpegang pada asas-asas kepemimpinan yang berbudaya.
l. Kerja keras
Perilaku yang memperlihatkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi banyak sekali kendala guna menuntaskan kiprah (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
m. Tanggung jawab
Sikap dan sikap seseorang untuk melaksanakan kiprah dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya ia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.
n. Gaya hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam membuat hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan jelek yang sanggup mengganggu kesehatan.
o. Kedisiplinan
Tindakan yang memperlihatkan sikap tertib dan patuh pada banyak sekali ketentuan dan peraturan.
p. Percaya diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
q. Keingintahuan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
r. Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang memperlihatkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
s. Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.
t. Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial
Sikap berdasarkan dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.
u. Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang mempunyai kegunaan bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
v. Kesantunan
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.
w. Nasionalis
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang memperlihatkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
x. Menghargai keberagaman
Sikap menawarkan respek/hormat terhadap banyak sekali macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
Di antara butir-butir nilai tersebut, enam butir dipilih sebagai nilai-nilai huruf pokok sebagai pangkal tolak pengembangan, yaitu huruf nomor 1 – 6. Keenam butir nilai tersebut ditanamkan melalui semua mata pelajaran dengan intensitas penanaman lebih dibandingkan penanaman nilai-nilai lainnya.
Pemetaan Karakter yang Diintegrasikan dalam Mata Pelajaran
Apabila semua nilai/karakter harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada setiap mata pelajaran, penanaman nilai menjadi sangat berat. Oleh lantaran itu tidak setiap mata pelajaran diberi integrasi semua butir nilai tetapi hanya beberapa nilai utama. Dengan demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai utama tertentu yang paling erat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA;
- Borba, Michele. (2008). Membangun kecerdasan moral: Tujuh kebajikan utama biar anak bermoral tinggi. Terj. oleh Lina Yusuf. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Doni Koesoema A. (2007). Pendidikan karakter: Strategi mendidik anak di zaman global. Jakarta: Grasindo. Cet. I.
- Depdikbud. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
- Depdiknas. (2001). Applied Approach-Mengajar di Perguruan Tinggi, Buku 2.01: Etika dan Moral dalam Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.
- ________ (2003). Undang-undang No. 20 Tahun 2003 wacana Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Bandung: Citra Umbara.
- ________ (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 wacana Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
- Kemendiknas. (2010). Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Kemendiknas
- Kevin Ryan & Karen E. Bohlin. (1999). Building character in schools: Practical ways to bring moral instruction to life. San Francisco: Jossey Bass.
- Olivia, Peter, F.. (1992). Developing the Curriculum. New York: Harper Collins Publishers.
- Paul Suparno, dkk. 2002. Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah, Suatu Tinjauan Umum. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
- Suseno, Franz Magnis. (1989). Etika Dasar, Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius.
- Vembriarto, dkk. (1982). Kamus Pendidikan. Jakarta: Gramedia.