Defenisi Administrasi Personalia Berdasarkan Ahli

BAB I
PENDAHULUAN
Karyawan merupakan salah satu faktor produksi yang terpenting dalam suatu perusahaan, tanpa mereka betapa sulitnya perusahaan dalam mencapai tujuan, merekalah yg menentukan maju mundurnya suatu perusahaan, dengan mempunyai tenaga-tenaga kerja yg terampil dengan motivasi tinggi perusahaan telah mempunyai asset yang sangat mahal, yang sulit dinilai dgn uang. proses pendirian suatu perusahaan baik itu yang bergerak dalam bidang Industri maupun jasa selalu dilandasi harapan untuk mencapai tujuan dan target tertentu. Setiap perusahaan tentu selalu mempunyai tujuan yang ingin dicapainya, tujuan dan target yang ingin dicapai setiap perusahaan bergotong-royong sama yaitu mereka ingin mencapai keuntungan yang optimal dalam jangka panjang sehingga kelangsungan hidup dari perusahaan tersebut sanggup terjamin.

Karyawan yakni salah satu factor penting untuk kemajuan suatu perusahaan namun selain itu dibutuhkan juga seseorang yang bias merencanakan, mengarahkan, mengendalikan serta pengawasan SDM tersebut. Sehingga, kinerja SDM yang ada diperusahaan benar-benar bisa diandalkan serta bisa melaksanakan pekerjaannya secara optimal.

Secara istilah hal tersebut sering disebut dengan “Manajemen Personalia” yaitu suatu acara yang didalamnya terdapat “perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dan pemutusan kekerabatan kerja dengan sumber daya insan untuk mencapai target perorangan, organisasi, dan masyarakat”.

BAB II
MANAJEMEN PERSONALIA
A. DEFINISI MANAJEMEN PERSONALIA
Menurut Prof. Edwin B. Filippo, manajemen personalia yakni “perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dan pemutusan kekerabatan kerja dengan sumber daya insan untuk mencapai target perorangan, organisasi, dan masyarakat”.

Menurut T. Hani Handoko, manajer personalia yakni “seorang manajer dan sebagai manajer harus melaksanakan fungsi –fungsi dasar manajemen tanpa memperdulikan apapun hakekat fungsi operasional”.

Dalam bentuk kerangka, definisi tersebut akan tampak sebagai berikut:
1. fungsi- fungsi manajemen
  1. Perencanaan (planning)
  2. Pengorganisasian (organizing)
  3. Pengarahan (directing)
  4. Pengendalian (Controling )
2. Fungsi-fungsi operasional
  1. Pengadaan tenaga Kerja (procurement)
  2. Pengembangan (development)
  3. Kompensasi
  4. Integrasi
  5. Pemeliharaan (maintenance)
  6. Pemutusan kekerabatan kerja (separation)
Adapun klarifikasi singkat atas bagian-bagian dari definisi diatas yakni sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan berarti penentuan jadwal personalia yang akan membantu tercapainya target yang telah disusun untuk perusahaan itu. Dengan kata lain proses penentuan akan melibatkan partisipasi aktif dan kesadaran penuh dari Manajer personalia, dengan keahliannya dalam bidang sumber daya manusia.

2. Pengorganisasian (organizing)
Organisasi yakni alat untuk mencapai tujuan, manajer personalia menyusun suatu organisasi dengan merancang struktur kekerabatan antara pekerjaan , personalia, dan faktor-faktor fisik . Apabila serangkaian tindakan telah ditentukan, organisasi harus disusun untuk melaksanakannya.

3. Pengarahan (directing)
Fungsi sederhana dari pengarahan yakni untuk menciptakan atau mendapat karyawan melaksanakan apa yang diinginkan, dan harus mereka lakukan (pemberian perintah)

4. Pengendalian (controlling)
Pengendalian yakni fungsi manajerial yang bekerjasama dengan pengaturan acara semoga sesuai dengan planning personalia yang sebelumnya telah dirumuskan berdasarkan analisis terhadap target dasar organisasi

5. Pengadaan tenaga kerja (procurement)
Fungsi operasional dari manajemen personalia yakni berupa perjuangan untuk memperoleh jenis dan jumlah yang sempurna dari personalia yang dibutuhkan untuk menuntaskan target organisasi. Hal-hal yang dilakukan dalam kaitan ini yakni penentuan sumber daya insan yang dibutuhkan dan perekrutannya, seleksi, dan penempatan . Penentuan sumber daya insan yang dibutuhkan harus bersandar pada tugas-tugas yang tercantum pada rancangan pekerjaan yang ditentukan sebelumnya

6. Pengembangan (development)
Pengembangan merupakan peningkatan keterampilan melalui pembinaan yang perlu untuk prestasi kerja yang tepat. Kegiatan ini amat penting dan terus tumbuh lantaran perubahan-perubahan teknologi, reorganisasi pekerjaan, kiprah manajemen yang semakin rumit.

7. Kompensasi (compensation)
Fungsi ini dirumuskan sebagai balas jasa yang memadai dan layak kepada personalia untuk sumbangan mereka kepada tujuan organisasi

8. Integrasi (integration)
Integrasi merupakan perjuangan untuk menghasilkan suatu rekonsiliasi (kecocokan) yang layak atas kepentingan-kepentingan perorangan (individu), masyarakat , dan organisasi. Definisi ini berpijak atas dasar kepercayaan bahwa masyarakat kita terdapat tumpang tindih kepentingan yang cukup berarti.

9. Pemeliharaan (maintenance)
Pemeliharaan merupakan perjuangan untuk mengabadikan angkatan kerja yang mempunyai kemauan dan bisa untuk bekerja. Terpeliharanya kemauan untuk bekerja sangat dipengaruhi oleh komunikasi dengan para karyawan, keadaan jasmani (fisik) karyawan, dan kesehatan serta keselamatan kerja.

10. Pemutusan Hubungan Kerja (separation)
Jika fungsi pertama manajemen personalia yakni untuk mendapat karyawan, yakni logis bahwa fungsi terakhir yakni menetapkan kekerabatan kerja dan mengembalikan orang-orang tersebut kepada masyarakat. Organisasi bertanggung jawab untuk melaksanakan proses pemutusan kekerabatan kerja sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan, dan menjamin bahwa warga masyarakat yang dikembalikan itu berada dalam keadaan yang sebaik mungkin.

B. KUALITAS PERSONEL
Untuk mengangkat pegawai secara ilmiah, terlebih dahulu orang harus menyusun suatu standar kepegawaian untuk menguji para pelamar. Standar ini harus menetapkan kualitas minimum yang sanggup diterima yang dibutuhkan semoga bisa melaksanakan tugas-tugas jabatan dan tanggung jawab sehingga bisa ditentukan kemampuan insan yang dibutuhkan untuk melaksanakannya. Menurut Dictionary of Occupational Titles, penyusunan pekerjaan yakni “suatu cuilan dari proses pengorganisasian, Studi atas isi pekerjaan untuk menentukan kebutuhan tenaga insan disebut “ analisa pekerjaan”.

Beberapa istilah yang bekerjasama dengan dan seringkali dikacaukan dengan analisa pekerjaan:
Ø Posisi (position)
Posisi yakni sekelompok kiprah yang ditugaskan kepada seseorang Dalam perusahaan terdapat sejumlah posisi yang sama banyaknya dengan jumlah pegawai.

Ø Pekerjaan (job)
Pekerjaan kini sanggup dirumuskan sebagai suatu kelompok posisi yang mempunyai jenis dan tingkat kerja yang sama. Dalam beberapa hal mungkin hanya satu posisi yang dicakup, hanya lantaran tidak ada posisi lain yang sama.

Ø Jabatan (occupation)
Jabatan yakni suatu kelompok pekerjaan yang mempunyai jenis kerja yang sama dan ditemukan dalam seluruh industri atau diseluruh negeri. Suatu jabatan yakni suatu kategori kerja yang ditemukan dibanyak perusahaan. Seseorang selalu harus mempunyai posisi dan pekerjaan, tetapi mungkin bukan jenis kerja yang ditemukan secara umum diseluruh industri dan karenanya mungkin tidak punya jabatan (occupation).

Menurut Summary of National Job Analysis Methode Survey, analisa pekerjaan yakni “proses mempelajari dan mengumpulkan informasi yang bekerjasama dengan operasi dan tanggung jawab suatu pekerjaan tertentu”.

Sedangkan kegunaan dari analisa kerja yakni sebagai berikut:
  1. Pengabsahan (validation) atas prosedur-prosedur pengangkatan, pengabsahan dibenarkan dan dirumuskan sebagai menguji secara sistematik kriteria seleksi atau predikator untuk menentukan apakah hal-hal itu bekerjasama erat dengan kelompok prilaku dari pekerjaan itu.
  2. Pelatihan (training). Uraian tugas-tugas dan peralatan yang dipergunakan sangat membantu dalam membuatkan isi program-program pelatihan.
  3. Evaluasi pekerjaan. Uraian pekerjaan dan rincian persyaratan tenaga kerja yang dibutuhkan dievaluasi kegunaannya, dengan target terakhir untuk penentuan nilai dalam bentuk uang
  4. Penilaian prestasi. Sebagai pengganti penilaian seorang karyawan atas sifat-sifat ibarat ketergantungan dan inisiatif, ini ada kecenderungan untuk menentukan target pekerjaan dan hasil kerja dinilai berdasarkan tercapai tidaknya target tersebut.
  5. Pengembangan karier. Informasi pekerjaan membantu perusahaan untuk merencanakan saluran-saluran promosi, dan menyediakan data mengenai kesempatan dan persyaratan karier didalam organisasi kepada karyawan
  6. Organisasi. Informasi pekerjaan yang diperoleh melalui analisa pekerjaan seringkali mengungkapkan contoh-contoh organisasi yang buruk sehubungan dengan faktor-faktor yang menghipnotis rancangan pekerjaan.
  7. Perkenalan (induction). Untuk petatar (trainee) baru, uraian pekerjaan paling membantu dalam masa orientasi.
  8. Penyuluhan (counseling). Informasi pekerjaan sangat bernilai dalam penyuluhan pekerjaan. Disarankan lebih banyak penyuluhan semacam itu diberikan pada tingkat sekolah menengah, lantaran banyak lulusannya tidak menyadari jenis- jenis pekerjaan yang ada.
  9. Hubungan perburuan (labor relation). Uraian pekerjaan standar fungsi . Jika seorang karyawan mencoba menambah atau mengurangi tugas-tugas yang tercantum disana, maka standar telah dilanggar. Serikat buruh, demikian juga managemen tertarik 
  10. Penataan kembali (reengineering) pekerjaan. Jika para majikan ingin menyesuaikan pekerjaan dengan suatu kelompok khusus, contohnya orang cacat fisik, biasanya mereka harus mengubah isi pekerjaan tertentu. Analisis pekerjaan menyediakan informasi yang akan memudahkan perubahan pekerjaan untuk memungkinkan diisi oleh personalia dengan sifat-sifat khusus.
C. Tantangan terhadap Manajemen Personalia Modern
Menurut Floyd (1971;783) diantara banyak perubahan besar yang terjadi, tiga hal yang berikut akan menjelaskan hakikat dari tantangan personalia:

1. Perubahan bauran dalam angkatan kerja
terang akan membawa perkenalan nilai-nilai gres kepada organisasi. Suatu angkatan kerja dengan perangkat nilai-nilai ini akan sangat cocok digunakan oleh perusahaan dalam perjuangan mereka untuk mengejar nilai-nilai produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. Mengingat makin meningkatnya pemfokusan pada individu dibanding dengan organisasi, sejumlah perubahan jadwal personalia telah dicoba salah satunya yakni :

Waktu luwes (Flexitime)
Menurut Craig Eric Schneir, Flexitime adalah” suatu jadwal yang menawarkan waktu untuk memulai dan mengakhiri secara fleksible bagi karyawan”,.

Jadwal yang dipergunakan oleh suatu perusahaan yakni sebagai berikut :
  1. Jam 7 hingga 9 pagi merupakan selang waktu fleksibel dimana karyawan boleh menentukan waktu untuk memulai kerja.
  2. Jam 9 hingga 11.30 pagi merupakan waktu inti, semua karyawan harus hadir.
  3. Jam 11.30 pagi hingga 1.00 siang merupakan waktu yang fleksibel untuk makan siang selama 30 menit
  4. Jam 1 hingga 4 siang merupakan waktu inti. 
  5. Jam 4 hingga 6 sore merupakan waktu luwes (flexitime) untuk mengakhiri kerja.
Rencana-rencana semacam ini ternyata mempunyai sejumlah manfaat bagi majikan diantaranya yang disarankan yakni sebagai berikut:
a. Mempertinggi produktivitas (enhanced production).
Walaupun terdapat sedikit bukti nyata, namun penelitian- penelitian memperlihatkan kesempatan-kesempatan untuk memperbaiki produktivitas bervariasi mulai dari sepertiga hingga setengah, dengan kemungkinan ukuran keuntungan antara 5 persen hingga 14 persen. 

Penyebab-penyebab untuk hal ini meliputi tabiat yang lebih baik, waktu kerja yang lebih baik, waktu kerja yang sesuai dengan “ jam tubuh” (body clock) karyawan, penanganan yang lebih baik atas fluktuasi beban kerja, meningkatkan pelayanan terhadap lantaran perusahaan buka lebih lama, dan berkurangnya waktu terluang menunggu jam pulang lantaran enggan memulai kiprah baru.

b. Mengurangi keterlambatan dan absensi karyawan (reduced employee tardiness and absenteeism).
Karyawan yang sudah terlambat berdasarkan jadwal yang ketat sering akan bimbang dan hasilnya menetapkan untuk tidak masuk kolaborasi sekali. Jika waktu kedatangan di daerah kerja yang disetujui itu berada didalam rentang dua jam yang luwes, maka keterlambatan dan absensi lantaran hal semacam ini bisa disingkirkan. Keperluan-keperluan pribadi sanggup ditanggulangi tanpa mengabaikan pekerjaan selama setengah atau sepanjang hari.

c. Memperbaiki tabiat dan mengurangi pergantian karyawan (improved morate and reduced turnover).
Dengan sistem Waktu luwes (flexitime), karyawan mengendalikan hari kerjanya secara terbatas sehingga hal ini merupakan suatu jenis dari pemerkayaan pekerjaan (job enrichment). Para karyawan intinya diperlakukan sama ibarat para manajer dan karyawan profesional.

2. Perubahan Harapan Karyawan- Warga masyarakat
Semakin banyak petunjuk bahwa hak-hak warga masyarakat yang eksternal sedang menyusup kedalam perusahaan dengan maksud memperbaiki mutu kehidupan kerja. Dua ilustrasi yang menonjol adalah: (1) kebebasan berbicara (freedom of speech), dan (2) kebebasan pribadi (the right to privacy). Dalam organisasi-organisasi hak untuk “meniup peluit“ ini cukup dilindungi dengan baik . Dow Votaw beropini bahwa kebebasan berbicara didalam organisasi yakni “suatu perkembangan yang mungkin akan terbukti sebagai suatu hal yang mungkin akan terbukti sebagai suatu hal yang perlu untuk menyertai tanggung jawab perusahaan yang efektif”

Para karyawan merasa adanya pelanggaran yang lebih besar atas kebebasan pribadi jika :
  1. informasi yang sifatnya disebarluaskan kepada orang lain tanpa izin mereka
  2. informasi pribadi, sebagaimana halnya dengan data produktivitas perusahaan disebar disiarkan
  3. Informasi yang sifatnya pribadi diberikan kepada orang-orang luar ketimbang kepada mereka yang bekerja di perusahaan itu.
3. Perubahan Tingkat Produktivitas
berdasarkan Dov Votow, kasus paling serius yang cukup umur ini dihadapi oleh manajer personalia, yakni menurunnya produktivitas perekonomian.

Telah banyak alasan yang dikemukakan sebagai penyebab produktivitas akhir-akhir ini:
  1. Berbagai peraturan dan undang-undang pemerintah telah menambah biaya untuk melaksanakan perjuangan tanpa meningkatkan produktivitas dalam jangka pendek, ibarat proteksi lingkungan, kesehatan dan keselamatan, tindakan pencegahan diskriminasi, dan sebagainya.
  2. Undang-undang semacam itu telah menimbulkan meningkatnya jumlah karyawan gres dalam lingkup bisnis arus perempuan dan minoritas mungkin telah menimbulkan menurunnya produktivitas selama perkenalan.
  3. Para manajer umumnya berorientasi pada keuntungan jangka pendek dalam mengambil keputusan- keputusan bisnis. Dengan adanya tekanan-tekanan dari para pemegang saham, pasar surat-surat berharga, dan lembaga-lembaga keuangan, mereka cenderung menunda penelitian, pengembangan, dan investasi pabrik gres demi prestasi jangka pendek. Hal ini menimbulkan penurunan produktivitas terus menerus. Diakui juga banyak sekali macam undang-undang pajak telah menghambat penemuan dan investasi pabrik baru.
  4. Hubungan yang bersifat merugikan dengan serikat-serikat buruh mengurangi perjuangan kerjasama yang akan meningkatkan produktivitas. Banyak hukum kerja yang telah dirundingkan dengan serikat buruh yang dirancang untuk melindungi dan penghasilan jangka pendek mendatangkan malapetaka jika para majikan harus bersaing di pasar dunia.
  5. Aliensi karyawan menimbulkan penolakan kerjasama untuk perbaikan produktivitas. Disebutkan bahwa perilaku karyawan yang buruk disebabkan oleh faktor-faktor ibarat pekerjaan yang sangat berbahaya, pekerjaan-pekerjaan yang rutin dan membosankan, dan para manajer yang autokratis yang mengambil sendiri keputusan yang menghipnotis kerja dan mutu kehidupan kerja, tanpa memperdulikan pentingnya partisipasi karyawan.
Walaupun manajer personalia hanya sanggup berbuat sedikit untuk mengubah susunan perekonomian kita yang berdasarkan persaingan, namun terdapat banyak bidang dimana tantangan-tantangan itu sanggup dipenuhi.

D. SELEKSI PERSONALIA
Menurut Prof. Edwin B Flippo, seleksi yakni “pemilihan seseorang tertentu dari sekelompok karyawan-karyawan potensial untuk melaksanakan suatu jabatan tertentu”. Manajemen menetapkan pekerjaan apa yang terlibat dan kemampuan-kemampuan individu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan secara efektif. Kemudian manajer melihat prestasi para pelamar diwaktu yang kemudian dan menentukan seseorang yang mempunyai kemampuan, pengalaman dan kepribadian yang paling memenuhi persyaratan suatu jabatan.

Prestasi masa kemudian merupakan penunjuk paling baik bagi prestasi dimasa yang akan datang. Apa yang dilakukan seseorang di waktu yang lalu, ibarat ditunjukkan oleh laporan-laporan sekolah, pengalaman kerja dan kegiatan-kegiatan diluar kurikulum, yakni predikator paling baik wacana apa yang kemungkinan akan dilakukan di waktu yang akan datang.

Berbagai mekanisme seleksi untuk membandingkan pelamar dengan spesifikasi jabatan tersedia. Menurut T. Hani Handoko langkah-langkah dalam mekanisme seleksi yang biasa digunakan adalah:
  1. Wawancara pendahuluan
  2. Pengumpulan data pribadi (biografis)
  3. Pengujian (testing)
  4. Wawancara yang lebih mendalam
  5. pemeriksaan referensi-referensi prestasi
  6. Pemeriksaan kesehatan
  7. Keputusan pribadi 
  8. Orientasi jabatan
Ada beberapa faktor yang cenderung menghipnotis prestasi karyawan. Beberapa faktor tersebut adalah:
  1. Latar belakang pribadi, meliputi pendidikan dan pengalaman kerja, untuk memperlihatkan apa yang telah dilakukan seseorang di waktu yang lalu.
  2. Bakat dan Minat (aptitude and interest), untuk memperkirakan minat dan kapasitas / kemampuan seseorang.
  3. Sikap dan kebutuhan (attitudes and need), untuk meramalkan tanggung jawab dan wewenang seseorang.
  4. Kemampuan-kemampuan analitis dan manipulatif, untuk mempelajari kemampuan pedoman dan penganalisaan.
  5. kesehatan, tenaga dan stamina, untuk melihat kemampuan fisik seseorang dalam pelaksanaan pekerjaan.
  6. Ketrampilan dan kemampuan teknik, untuk menilai kemampuan dalam pelaksanaan aspek-aspek teknik pekerjaan.
Setelah diseleksi, Karyawan ditempatkan pada suatu pekerjaan dan diperkenalkan dengan organisasi melalui banyak sekali bentuk orientasi. Tahap orientasi merupakan acara pengenalan dan pembiasaan karyawan gres dengan organisasi. Proses ini merupakan proses penting lantaran suatu pekerjaan gres yakni sulit dan menimbulkan putus asa bagi karyawan baru. Menurut American Society for Personel Administration, situasi gres yakni “berbeda dan asing, serta proses orientasi yang buruk sanggup memadamkan antusiasme dan perjuangan mulai dari permulaan”. Karena banyak sekali perusahaan melaporkan bahwa lebih setengah dari pengunduran diri suka rela terjadi dalam 6 (enam) bulan pertama, Orientasi yang sempurna sanggup berbuat banyak untuk mengurangi kasus ini dan biaya-biaya yang menyertainya.

Semua organisasi mempunyai beberapa jenis jadwal orientasi baik resmi(formal) maupun tidak resmi (informal).

Tahap pertama biasanya diselenggarakan oleh staf unit personalia, hal-hal yang dipertimbangkan mencakup:
  1. Hasil produksi perusahaan itu
  2. Tunjangan kesejahteraan Karyawan
  3. Jadwal gaji
  4. Masa percobaan
  5. Pencatatan waktu dan ketidakhadiran
  6. Hari libur, parkir, mekanisme keluhan.
  7. Program persamaan kesempatan penempatan tenaga kerja
Tahap kedua dari sebagian besar jadwal orientasi yang terorganisasi dilaksanakan oleh penyelia langsung. Karyawan yang gres diangkat itu diperkenalkan kepada sesama karyawan, dibawa keliling departemen dan diberi informasi wacana hal-hal kecil ibarat daerah ganti pakaian dan kamar kecil, mekanisme persediaan, jam kerja, lembur, mekanisme pemanggilan, jam istirahat dan makan siang, dan fasilitas-fasilitas perusahaan. Menurut OC Brenner dan J. Tomkiewcz, “suatu jadwal percobaan khusus atas orientasi direncanakan dengan target khusus untuk meyakinkan karyawan yang gres diangkat bahwa mereka mempunyai kesempatan baik untuk berhasil.

Karyawan tersebut diminta untuk melupakan permainan yang diktatorial dari para karyawan yang lebih tua, dan dianjurkan semoga mendekati para penyelia mereka jika ada pertanyaan dan masalah.

Program orientasi akan lebih lengkap jika meliputi tindak lanjut beberapa ahad kemudian. Wawancara ini bisa dilakukan oleh penyelia atau seorang mahir personalia dan bekerjasama dengan (1) kepuasan karyawan terhadap pekerjaan dan organisasi, dan (2) kepuasan penyelia terhadap karyawan. Ketidakpuasan mungkin dijernihkan dengan penjelasan-penjelasan atau pemindahan konkret ke pekerjaan yang berbeda, bagaimanapun minat terhadap karyawan yang dibuktikan dengan tindakan yang nrimo untuk melaksanakan wawancara tindak lanjut akan membantu meningkatkan tingkat kepuasan karyawan.

Oleh alasannya yakni itu sering digunakan ukuran kepuasan para penyelia dan karyawan usang terhadap masuknya karyawan gres tersebut, disamping kepuasan karyawan baru, untuk menilai keberhasilan proses orientasi. Bila tahap seleksi tidak berbuat kesalahan biasanya proses orientasi juga tidak akan mengalami kesulitan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
manajemen personalia yakni “perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dan pemutusan kekerabatan kerja dengan sumber daya insan untuk mencapai target perorangan, organisasi, dan masyarakat”.

Untuk sanggup membuatkan manajemen personalia maka kita harus sadar bahwa insan bukanlah benda mati alasannya yakni insan mempunyai perasaan, mereka sanggup besar hati dan sakit hati , mereka sanggup senan dan susah , mereka bukan hanya memerlukan kebutuhan materi tetapi juga mereka juga sering mengharapkan penghargaan dan pengakuaan .

Oleh lantaran demikiaan banyak factor yang merupakan asfek dalam kehidupan insan dalam hubungannya antara satu dengan yang lain, maka untuk mengembangkannya perlu pengetahuaan wacana fsikologi, kekerabatan wacana insan agama,adat-istiadat dan sebagainya. Memang harus kita akui bahwa makin kecil suatu perusahaan, maka makin kecillah peranan menajemen personalia. Sebaliknya dengan makin besarnya suatu perusahaan maka makin besarlah peranan manajemen personalia disini. Hal ini sanggup kita mengerti, alasannya yakni makin besar suatu perusahaan maka kecendrungan makin besarlah jumlah personalianya. Dan ini berarti makin dibutuhkan manajemen yang lebih baik, pengurusan yang lebih baik, kebijakan-kebijakan yang lebih baik dan sebagainya. Ini disebabkan lantaran makin besarnya jumlah personalia, bukan hanya makin besar jumlah yang harus diurus tetapi kecendrungan makin kompleks dilema yang harus dihadapi.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel