Makalah Asesmen Dalam Bimbingan Dan Konseling
Sunday, March 22, 2020
Edit
ASESMEN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
I. DESKRIPSI SINGKAT
Proses pendidikan yang sedang ditempuh seorang mahasiswa seringkali tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Mahasiswa mungkin harus menghadapi dan berupaya untuk menuntaskan banyak sekali permasalahannya, sehingga dikhawatirkan sanggup menghambat penyelesaian studinya. Dibutuhkan layanan bimbingan dan konseling untuk membantu mahasiswa tersebut. Pemahaman terhadap latar belakang permasalahan mahasiswa diharapkan biar efektivitas layanan sanggup dirasakan. Untuk itulah diharapkan kegiatan asesmen dalam layanan bimbingan dan konseling yang merupakan proses mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan data wacana mahasiswa dan lingkungannya. Melalui kegiatan asesmen sanggup diperoleh data yang diharapkan untuk membantu mengenal, melengkapi dan mendalami pemahaman wacana mahasiswa, sehingga layanan bimbingan dan konseling yang akan diberikan sanggup sesuai dengan kebutuhan mahasiswa yang akan tertuang dalam acara bimbingan dan konseling. Kegiatan asesmen tidak hanya dilakukan kepada mahasiswa namun dilakukan pula pada lingkungan. Asesmen pada lingkungan terkait dengan mengetahui keinginan dari forum pendidikan -pendidikan tinggi kesehatan- dan masyarakat, sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan acara bimbingan dan konseling, ketersediaan dan kualifikasi tenaga bimbingan dan konseling serta kebijakan forum pendidikan.
Informasi wacana kondisi mahasiswa dan lingkungan yang diperoleh melalui asesmen akan dipakai sebagai dasar dalam perancangan acara bimbingan dan konseling di perguruan tinggi kesehatan.
Sebagai tenaga pengajar yang berperan sebagai pembimbing akademik di lingkungan pendidikan tinggi kesehatan yang selalu berinteraksi dengan mahasiswa, pengetahuan wacana asesmen dalam Bimbingan dan Konseling sepertinya diharapkan untuk lebih mengenal dan memahami mahasiswa dan lingkungan biar sanggup menawarkan layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dan dalam perancangan acara bimbingan dan konseling.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum ( TPU )
Setelah pembelajaran selesai penerima bisa mengajarkan dan menerapkan asesmen dalam Bimbingan dan Konseling
B. Tujuan Pembelajaran Khusus ( TPK )
Setelah pembelajaran selesai penerima mampu:
- Menjelaskan konsep dasar asesmen dalam Bimbingan dan Konseling.
- Menjelaskan instrumen non tes wawancara
- Menjelaskan instrumen non tes observasi.
I. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN
Pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang dibahas dalam modul ini adalah:
A. Konsep Dasar Asesmen dalam Bimbingan dan Konseling
Sub pokok bahasan :
- Pengertian dan tujuan asesmen.
- Kedudukan asesmen dalam BK.
- Bentuk-bentuk asesmen.
- Perbedaan asesmen teknik nontes dan teknik tes.
- Kode Etik penggunaan asesmen.
Sub pokok bahasan:
- Pengertian dan tujuan wawancara.
- Jenis-jenis wawancara
- Peran pewawancara
- Prosedur pelaksanaan wawancara.
- Kelebihan dan kekurangan wawancara
C. Instrumen non tes observas
Sub Pokok Bahasan:
- Pengertian dan tujuan observasi
- Jenis-jenis observasi
- Peran observer
- Alat pencatat observasi
- Prosedur pelaksanaan observasi
- Kelebihan dan kekurangan observasi
II. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Terdapat 3 ( tiga ) pokok bahasan yang akan dibahas yaitu wacana konsep dasar asesmen dalam Bimbingan dan Konseling, instrumen non tes wawancara dan instrumen non tes observasi. Selanjutnya kepada penerima latih diberikan penugasan berupa latihan menciptakan atau menyusun pedoman wawancara dan pedoman observasi.
Pada pokok bahasan 1 wacana konsep dasar asesmen dalam Bimbingan dan Konseling, pembahasan meliputi: pengertian dan tujuan, kedudukan asesmen dalam Bimbingan dan Konseling, bentuk - bentuk, perbedaan asesmen teknik non tes dan teknik tes, dan isyarat etik penggunaan asesmen.
Pada pokok bahasan 2, wacana instrumen non tes wawancara , pembahasan mencakup : pengertian dan tujuan, jenis, kiprah pewawancara, mekanisme pelaksanaan dan kelebihan dan kekurangan wawancara.
Pada pokok bahasan 3, wacana instrumen non tes observasi, pembahasan mencakup : pengertian dan tujuan, jenis, kiprah observer, alat pencatatan, mekanisme pelaksanaan dan kelebihan dan kekurangan observasi.
Selanjutnya diberikan penugasan sebagai latihan menciptakan pedoman wawancara dan pedoman observasi.
- Membuat pedoman wawancara terstruktur
- Membuat pedoman wawancara tidak terstruktur
- Membuat pedoman observasi dengan catatan anekdot
Langkah 1 :Pengantar, perkenalan dan klarifikasi tujuan pembelajaran.
Fasilitator memperkenalkan diri dan memberikan tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus.
Langkah 2: Pembahasan wacana konsep dasar asesmen dalam Bimbingan dan Konseling
Proses pembelajaran di awali dengan melaksanakan curah pendapat wacana konsep dasar asesmen dalam BK. Selanjutnya fasilitator menjelaskan materi wacana konsep dasar asesmen dalam BK dengan memakai power point dan menawarkan kesempatan tanya jawab kepada penerima latih.
Langkah 3: Pembahasan wacana instrumen non tes wawancara.
Pembahasan diawali dengan curah pendapat wacana konsep dasar instrumen non tes wawancara, dan dilanjutkan dengan klarifikasi wacana materi dengan memakai power point dan menawarkan kesempatan tanya jawab kepada penerima latih.
Langkah 4: Pembahasan wacana instrumen non tes observasi.
Pembahasan diawali dengan curah pendapat wacana konsep dasar instrumen non tes observasi, dan dilanjutkan dengan klarifikasi wacana materi dengan memakai power point dan menawarkan kesempatan tanya jawab kepada penerima latih.
Langkah 5: Latihan menciptakan pedoman wawancara dan pedoman observasi.
Tahapan :
- Peserta dibagi dalam 6 kelompok
- Tiap kelompok mengerjakan kiprah yang diberikan
- Kelompok 1 dan 2 : menciptakan pedoman wawancara terstruktur
Kelompok 3 dan 4 : menciptakan pedoman wawancara tidak terstruktur
Kelompok 5 dan 6 : menciptakan pedoman observasi dengan catatan anekdot
4. Presentasi hasil kerja kelompok dan feedback dari fasilitator
Secara bergantian pasangan-pasangan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok. Salah satu sebagai kelompok penyaji, dan 1 kelompok lainnya sebagai kelompok pendamping. Tugas kelompok pendamping yaitu melengkapi informasi yang kurang atau belum disampaikan oleh kelompok penyaji wacana kiprah yang dikerjakan.
Setelah kelompok penyaji memberikan presentasi, diberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menawarkan tanggapannya, selanjutnya fasilitator menawarkan feedback. Demikian seterusnya hingga semua kelompok memberikan presentasinya.
III. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN : KONSEP DASAR ASESMEN DALAM BK
1. PENGERTIAN ASESMEN
Asesmen merupakan proses mengumpulkan, menganalisis, dan meng-interpretasikan data atau informasi wacana penerima didik dan lingkungannya. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan citra wacana banyak sekali kondisi individu dan lingkungannya sebagai materi dasar untuk memahami individu dan untuk pengembangan acara layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan.
Melalui asesmen yang dilakukan kepada mahasiswa, akan diperoleh data-data yang berkhasiat untuk lebih mengenal dan memahami kondisi mahasiswa. Data-data yang dikumpulkan yaitu : identitas mahasiswa ibarat nama, jenis kelamin, kawasan dan tanggal lahir, alamat kawasan tinggal, pendidikan; latar belakang keluarga; karakteristik mahasiswa, ibarat aspek-aspek fisik terkait dengan kesehatan dan keberfungsiannya, kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, minat-minatnya terkait dengan pilihan studi lanjutan, bidang pekerjaan, olah raga, seni, dan keagamaan, masalah-masalah yang dialami, kepribadian, atau tugas-tugas perkembangannya.
TUJUAN ASESMEN
Tujuan asesmen yaitu untuk mendapatkan data- data wacana mahasiswa secara lebih luas, lengkap, dan mendalam sehingga diperoleh citra wacana mahasiswa tersebut secara komprehensif.
2. KEDUDUKAN ASESMEN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Asesmen mempunyai kedudukan yang strategis dalam kerangka kerja bimbingan dan konseling. Karena mempunyai posisi sebagai dasar dalam perancangan acara bimbingan dan konseling yang sesuai kebutuhan, dimana kesesuaian acara dan citra komprehensif mahasiswa sanggup mendorong pencapaian tujuan pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan. Melalui asesmen yang dilakukan kepada mahasiswa akan diperoleh citra permasalahan yang dihadapi mahasiswa yang mencerminkan adanya kebutuhan yang diperlukan, sehingga sanggup dijadikan pola untuk menyusun suatu acara layanan bimbingan dan konseling yang berorientasi pada kebutuhan mahasiswa. Demikian pula dengan asesmen yang dilakukan terhadap lingkungan pendidikan mahasiswa diharapkan sanggup memperoleh informasi wacana kebutuhan lingkungan mahasiswa terhadap layanan bimbingan dan konseling. Data-data yang sanggup dikumpulkan antara lain tentang: keinginan forum pendidikan dan masyarakat (tenaga pengajar dan orang renta mahasiswa), sarana dan prasarana pendukung acara bimbingan dan konseling, kompetensi yang diharapkan dimiliki mahasiswa melalui layanan bimbingan dan konseling, kualifikasi tenaga bimbingan yang tersedia, dan kebijakan forum pendidikan.
3. BENTUK - BENTUK ASESMEN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Asesmen dalam bimbingan dan konseling dibedakan menjadi asesmen teknik nontes dan asesmen teknik tes. Asesmen teknik nontes lebih sering dipakai oleh petugas bimbingan dan konseling sebab mekanisme perancangan, pengadministrasi-an, pengolahan, analisis dan penafsirannya relatif lebih sederhana kalau dibandingkan dengan asesmen teknik tes. Bentuk-bentuk asesmen nontes yaitu : Daftar Cek Masalah ( DCM ), Alat Ungkap Masalah ( AUM ), Alat Ungkap Masalah Belajar (AUM PTSDL), Sosiometri, Wawancara, Observasi, dan Inventori Tugas Perkembangan ( ITP ).
Sedangkan asesmen tenik tes dipakai oleh petugas bimbingan dan konseling yang telah mempunyai sertifikat untuk memakai asesmen teknik tes. Kondisi ini bukan berarti petugas bimbingan dan konseling yang belum/tidak mempunyai sertifikat tidak sanggup menggunakannya, upaya yang sanggup dilakukan yaitu dengan cara bekerjasama atau melaksanakan referal kepada forum psikologi yang mempunyai kewenangan tersebut. Lembaga psikologi akan melaksanakan tes psikologis sesuai dengan kebutuhan dan akan menyerahkan hasil analisisnya.
Bentuk-bentuk asesmen tes ibarat tes kecerdasan, tes bakat, tes minat, tes kepribadian, tes kemampuan kerja dan tes kematangan sosial dan lain lain.
4. PERBEDAAN ASESMEN TEKNIK NONTES DAN TEKNIK TES
Asesmen teknik nontes tidak memerlukan mekanisme penyusunan yang terstandar. Dapat dibentuk atau dirancang oleh petugas bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan. Beberapa diantaranya dirancang dengan melalui tahap uji coba untuk mengetahui tingkat kesahihan dan tingkat keterandalannya atau validitas dan reliabilitasnya.
Berbeda dengan asesmen teknik non tes, asesmen teknik tes mempunyai beberapa karakteristik antara lain:
- Standardisasi, instrumen tersebut mempunyai keseragaman cara penyelenggaraan dan penskorannya. Suatu tes yang terstandard mempunyai buku dan manual tes yang berisi petunjuk rinci bagi penyelenggaraan setiap tes.
- Bersifat obyektif, penyelenggaraan, penilaian, dan interpretasi skor berdasarkan hasil yang diperoleh dan tidak dipengaruhi oleh evaluasi subyektif penguji.
- Reliabel atau andal, artinya tes harus mempunyai konsistensi terhadap hasilnya.
- Valid, tes tersebut bisa mengukur apa yang memang hendak diukur, menggambarkan sejauh mana tes tersebut bisa memenuhi fungsinya.
5. KODE ETIK PENGGUNAAN ASESMEN
Pelaksanaan kegiatan asesmen dalam BK hendaknya mengikuti hukum dan ketentuan yang berlaku dalam isyarat etik penggunaan asesmen dalam BK. Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) merupakan isyarat etik testing, yaitu suatu jenis tes hanya diberikan oleh petugas bimbingan dan konseling yang berwenang memakai dan menafsirkan hasilnya.
Kode etik tersebut yaitu :
- Testing dilakukan kalau diharapkan data yang lebih luas wacana sifat atau cirri kepribadian subjek untuk kepentingan pelayanan.
- Konselor wajib menawarkan orientasi yang sempurna kepada konseli dan orangtua mengenai alasan digunakannya tes di samping arti dan kegunaannya.
- Penggunaan suatu jenis tes wajib mengikuti secara ketat pedoman atau petunjuk yang berlaku bagi tes tersebut.
- Data hasiln testing wajib diintegrasikan dengan informasi lain yang telah diperoleh dari hasil konseli sendiri atau dari sumber lain. Dalam hal ini data hasil testing wajib diperlakukan setara denga data dan informasi lain wacana konseli.
- Hasil testing hanya sanggup diberitahukan kepada pihak lain sejauh ada kekerabatan dengan perjuangan derma kepada konseli.
POKOK BAHASAN :
INSTRUMEN NONTES WAWANCARA
1. PENGERTIAN DAN TUJUAN WAWANCARA
Wawancara yaitu salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui komunikasi eksklusif dengan individu yang diwawancara atau sumber data. Agar wawancara sanggup dilaksanakan secara efektif maka perlu direncanakan dan disusun secara sistematis. Pewawancara atau interviewer (pembimbing akademik) mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara eksklusif tanpa mediator kepada individu yang diwawancarai atau interviewee (mahasiswa) dan interwiewee menawarkan balasan eksklusif dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sanggup wacana diri mahasiswa ataupun wacana segala sesuatu yang bekerjasama dengan mahasiswa.
Tujuan dilakukan wawancara yaitu untuk mendapatkan data yang diharapkan wacana diri mahasiswa atau hal lain yang bekerjasama dengan mahasiswa.
Wawancara dalam Bimbingan dan Konseling dilakukan oleh petugas bimbingan dan konseling untuk mendapatkan dan mengumpulkan data wacana mahasiswa terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapi sehingga sanggup memahami banyak sekali potensi, sikap, pikiran, perasaan, pengalaman, keinginan dan masalahnya serta memahami potensi dan kondisi lingkungannya baik lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerjanya secara mendalam sehingga diperoleh informasi yang menyeluruh wacana kondisi mahasiswa.
Wawancara yang dilakukan selain mengumpulkan informasi wacana mahasiswa secara mendalam, wawancara sanggup pula dilakukan untuk mengumpulkan data wacana kondisi lingkungan mahasiswa. Data atau informasi yang diperoleh dipergunakan untuk mengidentifikasi struktur acara bimbingan dan konseling di forum pendidikan. Data atau informasi tersebut seperti: siapa saja petugas yang melaksanakan acara bimbingan dan konseling, fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan, apa kompetensi yang diharapkan sanggup dimiliki mahasiswa sesudah mendapat layanan bimbingan dan konseling, siapa saja sasaran dari program, bagaimana pengaturan atau pengelolaan acara bimbingan dan konseling di forum pendidikan ini.
2. JENIS-JENIS WAWANCARA
Jenis-jenis wawancara sanggup dikelompokkan berdasarkan responden dan berdasarkan prosedur.
a. Wawancara berdasarkan responden
Dapat dibedakan menjadi wawancara eksklusif dan wawancara tidak langsung. Wawancara eksklusif dilakukan dengan berhadapan eksklusif dengan mahasiswa yang ingin diketahui data-datanya.
Wawancara tidak eksklusif dilakukan secara eksklusif tetapi dengan orang lain yang diharapkan sanggup menawarkan data atau informasi wacana mahasiswa yang ingin diketahui data-datanya. Misalkan: sanggup mewawancarai orang tua, teman, tetangga, dan lain lain.
b. Wawancara berdasarkan prosedur
Dapat dibedakan menjadi wawancara terstruktur, tidak terstruktur dan kombinasi keduanya.
Wawancara terstruktur : ketika melaksanakan wawancara, pewawancara telah menyusun pedoman wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan secara terinci.
Wawancara tidak terstruktur : ketika melaksanakan wawancara, pewawancara memakai pedoman wawancara yang berisi pokok-pokok pertanyaan saja, dan menyebarkan sendiri pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan data atau informasi yang diinginkan.
Wawancara kombinasi : pewawancara sanggup memakai sekaligus kedua jenis wawancara dengan tujuan untuk mendapatkan data atau informasi yang maksimal dari individu.
3. PERAN PEWAWANCARA
Keberhasilan melaksanakan wawancara sangat ditentukan oleh kiprah dari pewawancara. Peran dimulai semenjak awal, pertengahan hingga simpulan dari wawancara yang dilakukan. Keberhasilan melaksanakan wawancara akan menghasilkan data atau informasi yang lengkap, mendalam, obyektif dan akurat. Pewawancara hendaknya sanggup membawa suasana wawancara berjalan secara terbuka, bersahabat dan menyenangkan sehingga wawancara sanggup berjalan lancar dan tujuan wawancara tercapai.
Di awal wawancara pewawancara hendaknya bisa membangun kekerabatan baik dengan individu dengan menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari wawancara yang akan dilakukan, usang wawancara, dan menjelaskan adanya asas kerahasiaan terhadap seluruh informasi yang akan diberikan.
Selanjutnya pada cuilan inti wawancara, pewawancara mengajukan pertanyan-pertanyaan yang telah disiapkan melalui pedoman wawancara yang telah disiapkan dengan hati-hati, teliti dan memakai kalimat yang sederhana dan jelas. Agar individu sanggup menangkap dan memahami serta menawarkan informasi sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
Selama proses wawancara berlangsung, sanggup dilakukan pencatatan terhadap hasil wawancara melalui alat rekam yang telah disiapkan dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada individu bahwa alat rekam hanya dipakai untuk kepentingan wawancara dan kepentingan individu biar seluruh informasi yang telah diberikan sanggup secara lengkap diketahui dan dipahami secara menyeluruh. Namun apabila individu menolak maka pencatatan sanggup segera dilakukan sesudah wawancara selesai.
Pada tahap penutupan, pewawancara mengakhiri proses wawancara dengan menciptakan kesimpulan dari wawancara yang dilakukan, dan apabila masih diharapkan wawancara berikutnya sanggup menciptakan kesepakatan bersama dengan individu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pewawancara dalam bidang Bimbingan dan Konseling, yaitu bahwa proses wawancara yang dilakukan selain bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi wacana individu atau mahasiswa secara mendalam sehubungan dengan permasalahan yang sedang dihadapi, sekaligus sanggup dipakai untuk membangun kekerabatan baik atau rapport dengan individu, meningkatkan intensitas hubungan, mendorong kemampuan untuk membuka diri, meningkatkan pemahaman, dan menyebarkan kemampuan dalam menerima, dan menyebarkan kepercayaan antara pewawancara dengan mahasiswanya. Sehingga diharapkan adanya keterbukaan pada diri mahasiswa terhadap permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi dan memudahkan pembimbing akademik untuk mengetahui dan memahami dengan benar permasalahan yang sedang dihadapi mahasiswa yang dibimbingnya.
4. PROSEDUR PELAKSANAAN WAWANCARA
Pelaksanaan wawancara hendaknya memperhatikan mekanisme sebagai berikut:
- Penyusunan Pedoman Wawancara
- Pelaksanaan Wawancara
- Analisis Hasil Wawancara
1. Penyusunan Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara perlu disusun biar proses wawancara sanggup terarah dan data yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Langkah penyusunan pedoman wawancara yaitu:
- Menetapkan tujuan wawancara.
- Menetapkan pertanyaan.
- Membuat butir pertanyaan yang terang biar gampang dipahami individu.
- Pertanyaan harus fokus pada informasi yang diinginkan.
- Pertanyaan jangan mempunyai makna ganda.
- Pertanyaan hendaknya tidak mengandung unsur SARA, dan sugestif.
- Apabila bentuk wawancara terstruktur maka pertanyaan-pertanyaan harus disusun secara rinci, dan kalau tidak terstruktur sanggup dituliskan pokok-pokok pertanyaannya saja.
2. Pelaksanaan Wawancara
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum wawancara dilakukan:
- Menetapkan individu yang akan diwawancarai
- Menetapkan acara dan kawasan wawancara
- Menghubungi individu yang akan diwawancarai
- Melaksanakan wawancara
- Melakukan ekspresi setting sebelum wawancara dilakukan dengan menawarkan klarifikasi wacana tujuan wawancara, informasi apa yang dibutuhkan, usang wawancara dilakukan dan jaminan akan adanya kerahasiaan .
- Selama proses wawancara, pewawancara hendaknya bisa melaksanakan attending skill, bisa bertanya dengan baik, bisa mendengar aktif dan bisa mencatat hasil wawancara dengan lengkap.
- Menutup wawancara dengan menciptakan kesimpulan hasil wawancara.
3. Analisis Hasil Wawancara
Hasil wawancara yang diperoleh segera dianalisis dengan mengikuti beberapa tahap di bawah ini:
- Mengidentifikasi dan mengelompok-kan balasan individu berdasarkan pokok pikiran pada pedoman wawancara dan pencapaian tujuan wawancara.
- Menganalisis dan mensintesakan hasil balasan individu sesuai dengan tujuan wawancara
- Membuat kesimpulan berdasarkan hasil sintesis dari banyak sekali balasan individu.
5. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN WAWANCARA
1. Kelebihan Wawancara
- Pertanyaan-pertanyaan yang belum dipahami sanggup segera diperjelas oleh pewawancara hingga individu sanggup memahami maksud pertanyaan tersebut dan menawarkan balasan yang sesuai dengan pertanyaan.
- Melalui tatap muka langsung, sanggup menawarkan peluang untuk terbinanya kekerabatan baik diantara pewawancara dengan individu yang akan besar pengaruhnya bagi kelancaran wawancara.
2. Kekurangan Wawancara
- Membutuhkan waktu dan tenaga untuk memperoleh data/informasi
- Diperlukan keahlian dan pengalaman untuk sanggup menjadi pewawancara, khususnya pewawancara di bidang Bimbingan dan Konseling.
- Hasil wawancara sanggup bersifat subyektif apabila telah terbentuk prasangka.
- Hasil wawancara sangat tergantung dengan keterampilan pewawancara dalam menggali, mencatat dan menganalisa setiap balasan individu.
POKOK BAHASAN :
C. INSTRUMEN NONTES OBSERVASI
1. PENGERTIAN DAN TUJUAN OBSERVASI
Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja, melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala-gejala yang diselidiki.
Tujuan observasi atau pengamatan yaitu mendapatkan data dari obyek pengamatan yang sesuai dengan tujuan dilakukannya observasi.
Observasi atau pengamatan dalam bimbingan dan konseling perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya :
1. Observasi yang bertujuan untuk melaksanakan analisis individual harus fokus pada satu orang.
2. Observasi hendaknya dilakukan secara intens atau sering dengan terlebih dahulu memutuskan kriteria spesifik terhadap tujuan observasi. Misalnya ingin mengobservasi sikap seorang mahasiswa ketika mengikuti perkuliahan. Maka perlu ditetapkan secara spesifik apa yang dimaksud dengan sikap tersebut, apakah mahasiswa tersebut mengikuti perkuliahan dengan sikap positif atau sikap negatif, dan harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laris yang spesifik. Seperti sikap positif yang ditunjukkan mahasiswa ketika mengikuti perkuliahan ditandai dengan turut serta menawarkan sumbangan pemikiran, mengajukan pertanyaan kepada dosen, dan sikap negatif yang ditunjukkan seperti: membisu menundukkan kepala sambil memainkan pena, mengobrol dengan sahabat sebelah, melamun, dan lain lain.
3. Pengamatan hendaknya dilakukan pada beberapa periode waktu. Meskipun tidak ada ketentuan khusus namun semakin sering dan semakin usang pengamatan dilakukan, maka hasil pengamatan akan lebih baik dan sanggup dipercaya.
4. Pengamatan hendaknya dilakukan dalam situasi-situasi yang berbeda dan natural. Karena pada situasi natural akan tampak tingkah laris yang natural pula. Sedangkan pengamatan yang dilakukan pada situasi berbeda akan diketahui bahwa beberapa tingkah laris tidak akan muncul sebab terhambat oleh situasi atau lingkungan tertentu.
5. Saat pengamatan dilakukan pengamat hendaknya tidak mengabaikan banyak sekali kondisi interaksi dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkah laku.
6. Data yang diperoleh melalui hasil observasi hendaknya diintegrasikan bersama dengan data yang diperoleh melalui instrumen lain biar sanggup dianalisa secara komprehensif.
7. Kondisi pengamatan harus dalam keadaan baik, ibarat kondisi pengamat dan situasi pengamatan biar hasil pengamatan tidak bias.
2. JENIS-JENIS OBSERVASI
Terdapat beberapa jenis observasi berdasarkan pengelompokkannya yaitu:
- Berdasarkan keterlibatan pengamat: observasi partisipasi, observasi non partisipasi dan observasi quasi partisipasi.
- Berdasarkan perencanaan: observasi sistematis/terstruktur,observasi non sistematis/tidak terstruktur
- Berdasarkan situasi: observasi bebas, observasi yang dimanipulasi, observasi yang merupakan perpaduan antara keduanya.
Penjelasan:
1. Observasi partisipasi
Pada observasi ini , observer turut ambil cuilan atau melibatkan diri dalam situasi kehidupan individu yang sedang diamati. Misalkan turut berpartisipasi pada ketika berolah raga, pada ketika kerja kelompok, sehingga sanggup mengamati setiap tanda-tanda yang menjadi obyek pengamatan.
2. Observasi non partisipasi
Pada observasi ini observer tidak turut mengambil cuilan dalam situasi individu yang sedang diamati, dan berperan sebagai penonton. Observer sanggup mengamati secara eksklusif gejala-gejala yang ditampilkan oleh individu yang sedang diamati. Misalnya mengamati sikap seorang mahasiswa ketika sedang mengikuti perkuliahan.
3. Observasi quasi partisipasi
Pada observasi ini observer seakan-akan turut berpartisipasi, namun bahwasanya hanya berpura-pura atau tidak benar-benar berpartisipasi.
4. Observasi sistematis/terstruktur
Pada observasi ini telah ditetapkan kerangka pengamatan secara sistematis, seperti: tujuan pengamatan, individu yang akan diamati, kawasan dan waktu pengamatan, frekuensi pengamatan yang akan dilakukan, metode pencatat pengamatan yang akan digunakan,menentukan siapa yang akan menjadi pengamat, gejala, tingkah laris apa yang akan diamati telah ditetapkan kategorinya, sehingga pengamat tinggal melaksanakan pengecekan .
5. Observasi non sistematis/tidak terstruktur
Pada obervasi ini, perencanaan tetap dilakukan, namun pembatasan kategorisasi tidak ditetapkan, sehingga observer diberikan kebebasan untuk mencatat beberapa hal penting dan menonjol dari gejala-gejala yang tampak.
6. Observasi bebas
Observasi dilakukan pada situasi bebas yang diikuti oleh individu yang sedang diamati. Misalnya mengamati acara individu dalam banyak sekali situasi di dalam kampus.
7. Observasi yang dimanipulasi
517232
Pada observasi ini situasinya sengaja dikondisikan dengan sengaja biar sikap yang diinginkan terjadi.
Jenis pengamatan ini mempunyai beberapa ciri yaitu:
- Situasi dibentuk sedemikian rupa sehingga individu yang diamati tidak mengetahui sedang dilakukan pengamatan.
- Dibuat variasi situasi untuk menimbulkan tingkah laris tertentu.
- Pengamatan dihadapkan pada situasi yang seragam.
- Faktor-faktor yang tidak diinginkan pengaruhnya dikontrol dengan cermat
- Semua reaksi yang muncul dari individu yang diamati dicatat secara teliti.
Misalkan ingin diketahui bagaimana sikap kolaborasi seorang mahasiswa dalam kelompoknya. Maka direncanakan acara kegiatannya, tujuan yang ingin dicapai, siapa saja yang akan dilibatkan dalam kerja kelompok, apa yang harus dilakukan oleh kelompok, berapa usang kegiatan kelompok dilakukan, dimana kegiatan kelompok dilakukan, situasi apa yang perlu diciptakan, apa kiprah observer, dan selama observasi berlangsung dihentikan ada intervensi dari pihak lain.
8. Observasi perpaduan antara observasi bebas dan manipulasi
Pada observasi ini sebagian situasi sengaja dikondisikan biar tetap terkontrol, dan sebagian tetap dalam situasi bebas.
3. PERAN OBSERVER
Pada pelaksanaan observasi, observer mempunyai kiprah penting yang harus dilaksanakan. Beberapa kiprah tersebut adalah:
a. Persiapan, yaitu memutuskan tujuan pengamatan, tingkah laris yang akan diamati, waktu dan kawasan pengamatan, berapa kali pengamatan akan dilakukan, berapa orang pengamat yang akan dilibatkan, menyiapkan alat pencatat pengamatan.
b. Pelaksanaan, perlu diperhatikan biar kehadiran observer tidak diketahui oleh siapapun termasuk oleh subyek pengamatan. Maksudnya yaitu biar tingkah laris yang menjadi tujuan pengamatan sanggup ditimbulkan secara natural dan observer sanggup melaksanakan pengamatan secara bebas,memusatkan perhatian dan mencatat setiap tanda-tanda yang tampak secara cermat.
c. Pencatatan, selama pengamatan berlangsung hasil pengamatan harus segera dicatat sesuai alat pencatat yang dipakai secara cermat dan teliti. Untuk menjaga validitas hasil pencatatan, maka diusahakan biar observer tidak memasukkan pendapat, pandangan dan evaluasi apapun terhadap situasi dan tingkah laris yang diamati. Selanjutnya hasil pengamatan sanggup didokumentasikan untuk menjaga kerahasiaan dan hanya dipakai untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling.
d. Penutup, pada tahap ini observer mengakhiri proses pengamatan dengan melaksanakan pengecekan terhadap pencatatan yang telah dilakukan atau melaksanakan diskusi dengan beberapa pengamat yang terlibat, untuk menghindari faktor lupa dan obyektifitas hasil pencatatan serta menciptakan laporan hasil pengamatan dan mendokumentasikan.
4. ALAT PENCATAT OBSERVASI
Terdapat beberapa alat pencatat observasi, diantaranya yaitu catatan anekdot .
a. Catatan Anekdot
Merupakan alat pencatat pengamatan yang sanggup dipakai untuk menggambarkan atau mendeskripsikan secara obyektif tingkah laris yang ditampilkan dan ucapan yang didengar pada situasi tertentu apa adanya. Deskripsi tersebut seakan-akan merupakan foto dalam bentuk kata-kata. Beberapa laba untuk penggunaan catatan anekdot:
- Deskripsi tingkah laris dari individu yang diamati dalam banyak sekali situasi akan membantu observer memahami individu dengan lebih baik.
- Deskripsi yang akurat wacana tingkah laris individu menghindarkan observer melaksanakan evaluasi dan generalisasi tanpa fakta dan data.
Memperhatikan beberapa laba dari penggunaan catatan anekdot sebagai alat pencatat hasil pengamatan maka pada pelaksanaannya perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
- Hasil pengamatan harus secara terang dideskripsikan sesuai konteks kejadian secara obyektif.
- Saat mendeskripsikan kejadian,perhatian dipusatkan pada tingkah laris atau ucapan individu yang diamati, reaksi orang lain disekitarnya dan konteks kejadiannya. Hindarkan dari prasangka dan pendapat subyektif pribadi.
- Batasi deskripsi tingkah laris hanya pada kejadian tertentu saja, dengan tetap memperhatikan detail penting.
- Lakukan interpretasi dengan memfokuskan pada hal yang mengandung arti psikologis.
- Rekomendasi dibentuk berdasarkan hasil pengamatan dan pengetahuan observer. Rekomendasi berisi tindak lanjut yang perlu dilakukan bertujuan untuk melihat perkembangan tingkah laris individu yang diamati.
- Cantumkan identitas observer dan subyek observasi.
- Pencatatan hasil pengamatan dengan memakai catatan anekdot pelu dilakukan beberapa kali atau beberapa orang observer pada banyak sekali situasi pada jangka waktu tertentu. Hal ini untuk memperoleh citra secara menyeluruh sebagai dasar untuk menciptakan interpretasi secara komprehensif wacana tingkah laris individu yang diobservasi.
- Pencatatan observasi dengan memakai catatan anekdot perlu melaksanakan kerjasama dengan beberapa rekan sejawat untuk memperoleh citra yang menyeluruh wacana subyek yang diobservasi.
Contoh CATATAN ANEKDOT
Nama Mahasiswa : Siska
Pendidikan : Semester III Jurusan Kebidanan
Situasi : Perkuliahan Praktek I
Tempat : Ruang Praktek
Deskripsi :
Pada ketika pelajaran praktek dimulai, ketika dosen pembimbing tengah menawarkan klarifikasi dan memperagakan bagaimana melaksanakan injeksi kepada pasien kepada seluruh mahasiswa praktek yang menjadi bimbingannya, terlihat Siska turut mendengarkan klarifikasi dosen praktek sambil membolak-balik sebuah buku catatan. Sesekali Siska melihat wajah dosen praktek, namun lebih sering Siska membaca buku catatan yang dipegangnya. Tampak satu kali dosen pembimbing menegur Siska biar memperhatikannya, dan Siska merespon dengan menutup buku catatannya. Kemudian terlihat Siska berbisik-bisik dengan sahabat didekatnya, namun sahabat tersebut tampak membisu saja tidak merespon apapun. Secara bergantian dosen pembimbing memberi kesempatan kepada seluruh mahasiswa melaksanakan simulasi melaksanakan injeksi kepada pasien. Pada giliran Siska, ia menolak untuk melaksanakan simulasi dengan berdiam diri saja di kawasan duduknya. Beberapakali dosen praktek menyuruhnya namun Siska tetap menolak dengan berdiam diri.
Interpretasi:
1. Apakah sikap yang ditampilkan tersebut mengindikasikan Siska tidak berani melaksanakan injeksi kepada pasien?
2. Apakah Siska ingin menarik perhatian orang lain?
3. Apakah Siska tidak siap mengikuti perkuliahan praktek I ?
4. ………………………………………………………………………………………………
5. ………………………………………………………………………………………………
Rekomendasi:
Perlu diobservasi kembali pada perkuliahan praktek I dan perkuliahan praktek lainnya.
Jakarta, ……….…… 2012
Observer
5. PROSEDUR PELAKSANAAN OBSERVASI
1. Penyusunan Pedoman Pengamatan
Sebelum melaksanakan observasi, konselor perlu merancang pedoman observasi terlebih dahulu. Tahapannya yaitu sebagai berikut:
- Menetapkan tujuan observasi
- Menetapkan bentuk format pencatat hasil observasi sesuai dengan tujuan.
- Membuat format pencatat hasil observasi, apakah akan dipakai catatan anekdot, daftar cek, dan skala penilaian.
2. Pelaksanaan observasi
Sebelum pelaksanaan dimulai, observer perlu memperhatikan beberapa hal:
- Menetapkan individu yang akan diobservasi
- Menetapkan acara dan kawasan dilakukannya observasi
- Menetapkan jumlah individu yang akan diobservasi
- Menetapkan petugas atau observer sesuai dengan kebutuhan
- Mempersiapkan format pencatat hasil observasi
- Menetapkan posisi yang kondusif tidak terlihat oleh individu yang diobservasi
- Selama proses observasi, hendaknya fokus melaksanakan pengamatan terhadap situasi dan tingkah laris yang diamati. Segera mencatat pada format alat pencatat yang telah disiapkan, semua situasi dan tingkah laris yang terjadi, apa adanya dengan tidak memasukkan pendapat, evaluasi pribadi. Selanjutnya untuk menjaga kerahasiaan semua hasil pengamatan perlu didokumentasikan.
- Menutup pengamatan dengan menciptakan kesimpulan hasil observasi atau melaksanakan diskusi apabila observasi melibatkan beberapa petugas. Selanjutnya untuk menjaga kerahasiaan semua hasil pengamatan perlu didokumentasikan.
6. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN OBSERVAS
1. Kelebihan Observasi
- Memberikan data yang tidak diperoleh dari instrumen lain.
- Melengkapi data yang telah diperoleh melalui instrumen lain.
- Mengetahui tingkah laris positif yang mungkin tak terlihat ketika observasi berlangsung.
2. Kekurangan Observasi
- Observasi tidak sanggup dilakukan pada beberapa situasi atau beberapa individu secara bersamaan.
- Hasil observasi pada suatu kejadian tidak sanggup diulang pada waktu lain.
- Observasi memerlukan waktu panjang , apabila ingin mendapatkan citra yang menyeluruh wacana individu.
- Kesimpulan dan hasil analisis observasi seringkali bersifat subyektif, sehingga memerlukan beberapa petugas.
IV. REFERENSI
- Darnadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Bandung
- Komalasari, Gantina, Eka Wahyuni, dan Karsih. 2011. Assesmen Teknik Nontes dalam Perspektif BK Komprehensif. Jakarta: PT. Indeks
- Lesmana, Jeanette Murad. 2005. Dasar-Dasar Konseling. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta: UI-Press
- Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia Bandung
- Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Prenada Media Group
- Sukmadinata, Syaudih Nana. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
V. LAMPIRAN
Latihan menciptakan pedoman wawancara dan pedoman observasi
Tugas Kelompok
1. Buatlah pedoman wawancara terstruktur dan pedoman wawancara tidak terstruktur untuk mahasiswa. Tentukan terlebih dahulu permasalahan yang sedang dihadapi mahasiswa dan kemudian tentukan tujuan melaksanakan wawancara.
2. Buatlah pedoman observasi dengan memakai catatan anekdot sebagai alat pencatat hasil observasi.
Tahapan :
1. Peserta dibagi dalam 6 kelompok
2. Tiap kelompok mengerjakan kiprah yang diberikan
3. Kelompok 1 dan 2: menciptakan pedoman wawancara terstruktur
- Kelompok 3 dan 4: menciptakan pedoman wawancara tidak terstruktur
- Kelompok 5 dan 6: menciptakan pedoman observasi dengan catatan anekdot
4. Kerjakan kiprah dengan memperhatikan langkah-langkahnya
· Langkah-langkah kiprah wawancara :
- Tetapkan permasalahan yang dihadapi mahasiswa
- Tetapkan faktor-faktor yang mempunyai relevansi dengan permasalahan mahasiswa
- Tentukan tujuan melaksanakan wawancara
- Tentukan individu yang akan diwawancarai
- Susun/buat pokok-pokok pertanyaan, dan butir-butir pertanyaan yang relevan dengan pokok-pokok pertanyaan.
· Langkah-langkah kiprah observasi :
- Tetapkan permasalahan yang dihadapi mahasiswa.
- Tetapkan tujuan observasi.
- Tetapkan situasi dilakukannya observasi.
- Tetapkan individu yang akan diobservasi.
- Tetapkan acara dan kawasan dilakukannya observasi.
5. Presentasi hasil kerja kelompok dan umpan balik dari fasilitator mencakup :
- Secara bergantian pasangan-pasangan kelompok memaparkan hasil kerja kelompoknya.
- Kelompok lain menanggapi dengan mengajukan pertanyaan dan dijawab oleh kedua kelompok penyaji.
- Fasilitator menawarkan umpan balik.
- Demikian berjalan hingga seluruh kelompok tampil.