Pengertian Kinerja Dan Pengukuran Kinerja Keuangan Berdasarkan Para Ahli
Monday, March 23, 2020
Edit
Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja Keuangan
Kinerja berasal dari kata performance, kinerja dinyatakan sebagai prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut.
Pengukuran kinerja yakni penentuan secara periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi, dan karyawan yang berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelummya ( Mulyadi, 1997; 419).
Pengukuran kinerja bisa didasarkan pada informasi keuangan maupun non keuangan, oleh alasannya yakni itu pengukuran kinerja dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Pengukuran kinerja manajerial
Pengukuran kinerja manajerial ini bertujuan untuk:
a. Mengelola kegiatan operasi perusahaan secara efektif dan efisien dengan pemotivasian karyawan secara maksimum.
b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan.
c. Mengidentifikasi kebutuhan training dan pengembangan karyawan.
d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.
e. Pengukuran kinerja sanggup menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
b) Pengukuran kinerja keuangan
Pengukuran kinerja keuangan memiliki arti yang penting bagi pengambilan keputusan baik bagi pihak intern maupun ekstern perusahaan. Laporan keungan merupakan alat yang dijadikan contoh evaluasi untuk meramalkan kondisi keuangan, operasi dan hasil perjuangan perusahaan.
Menurut Mahmud dan Halim, (2003, 75) ukuran kinerja mencakup rasio-rasio berikut :
a. Rasio Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada ketika ditagih.
b. Rasio Aktivitas mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat kegiatan aset.
c. Rasio Solvabilitas mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya.
d. Rasio Profitabilitas mengukur seberapa kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (Profitabilitas).
e. Rasio Pasar mengukur perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai pasar.
Rasio Keuangan sebagai pengukuran kinerja keuangan dalam laporan keuangan perusahaan sanggup digunakan sebagai salah satu dasar untuk memprediksi keuntungan higienis dan dividen pada masa yang akan datang. Cara yang digunakan untuk mendukung prediksi tersebut yakni dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan. Analisis tersebut mengkombinasikan korelasi antara komponen keuangan yang satu dengan komponen keuangan yang lain. Pada umumnya, korelasi tersebut dilihat dari rasio antara komponen-komponen keuangan yang satu dengan yang lain. Dalam konteks administrasi keuangan, analisis tersebut dikenal dengan analisis rasio keuangan. Analisis rasio ini berkhasiat untuk membandingkan kinerja perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain atau membandingkan kinerja satu perusahaan pada tahun ini dengan tahun yang lainnya.
Pada dasarnya analisis rasio keuangan dikelompokkan ke dalam empat macam kategori, yaitu (Hanafi; 2003: 77-88):
a. Rasio Likuiditas
Rasio ini mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Biasanya rasio yang digunakan yakni current ratio, cash ratio, dan net working capital to total asset ratio.
b. Rasio Leverage (Solvabilitas)
Rasio ini untuk digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel yakni perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio Leverage yang bisaanya digunakan ibarat debt to total asset ratio, total debt to total capital asset ratio, total debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, dan lain-lain.
c. Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat beberapa aset kemudian memilih beberapa tingkat kegiatan aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengahkibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Beberapa rasio yang digunakan misalnya: total asset turn over ratio, receivable turn over ratio, inventory turn over ratio, dan sebagainya.
d. Rasio Keuntungan (Profitabilitas)
Rasio ini menawarkan citra wacana kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu pada periode tertentu. Beberapa rasio yang sering digunakan yakni gross profit margin, net profit margin, return on total asset (ROA), dan sebagainya (Sadarachman diambil dari Hanafi; 1995: 262).
2) Kegunaan Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan tidak hanya berkhasiat bagi kepentingan intern dan ekstern perusahaan. Bagi para bankir berkhasiat untuk mempertimbangkan santunan kredit jangka pendek maupun kredit jangka panjang kepada perusahaan, untuk itu para bankir lebih tertarik pada rencana jangka pendek, likuiditas, kemampuan memperoleh laba, tingkat efisiensi operasional dan solvabilitas. Bagi para kreditur jangka panjang lebih tertarik pada kemampuan keuntungan dan tingkat efisiensi operasional. Sedangkan bagi para penanam modal lebih tertarik pada kemampuan memperoleh keuntungan jangka panjang dan tingkat efisiensi perusahaan. Bagi manajer keuangan tentu saja sangat berkepentingan dengan semua aspek rasio keuangan, lantaran harus bisa membayar hutang jangka pendek, bisa membayar hutang jangka panjang, bisa meningkatkan efisiensi perusahaan, bisa memaksimalkan nilai perusahaan dan bisa memperoleh keuntungan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
3) Kelemahan Analisis Rasio Keuangan
Meskipun analisis rasio sanggup menghasilkan informasi yang bermanfaat wacana operasi dan keuangan perusahaan, tetapi memiliki kelemahan berdasarkan Warsono (2003; 25) yaitu :
a. Kadang sulit untuk mengidentifikasi kategori industri dengan perusahaan berada jika perusahaan beroperasi dalam beberapa bidang usaha.
b. Angka rata-rata industri yang diterbitkan hanya merupakan asumsi saja dan hanya menawarkan panduan umum, lantaran bukan merupakan hasil penelitian ilmiah dari seluruh perusahaan dalam industri maupun sampel yang cocok dari beberapa perusahaan dalam industri.
c. Rasio keuangan sanggup terlalu tinggi atau terlalu rendah.
d. Rata-rata industri mungkin tidak menawarkan sasaran rasio atau norma yang diinginkan. Rata-rata industri hanya sanggup menawarkan panduan atas posisi keuangan perusahaan rata-rata dalam industri.
e. Banyak perusahaan mengalami situasi musiman dalam kegiatan operasinya sehingga pos neraca dan rasionya akan berubah sepanjang tahun ketika laporan disiapkan.
4) Analisis Rasio Keuangan atas Laporan Keuangan
Laporan keuangan menjadi penting lantaran menawarkan input informasi yang bisa digunakan untuk pengambilan keputusan. Banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, mulai dari investor atau calon investor hingga dengan administrasi perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan akan menawarkan informasi mengenai likuiditas, profitabilitas, timing ajaran kas, yang kesemuanya akan menghipnotis banyak pihak-pihak yang berkepentingan. Harapan tersebut pada gilirannya akan menghipnotis nilai perusahaan.
Dalam laporan keuangan, angka-angka yang bangkit sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu diharapkan pembanding yang bisa digunakan untuk melihat baik tidaknya angka yang dicapai oleh perusahaan, oleh lantaran itu diharapkan analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Rata-rata industri bisa dan biasa digunakan sebagai pembanding. Meskipun rata-rata industri ini bukan merupakan pembanding yang paling sempurna lantaran beberapa hal, contohnya lantaran perbedaan karakteristik rata-rata perusahaan dalam industri dengan perusahaan tersebut. Tetapi rata-rata industri tetap bisa digunakan untuk perbandingan (Hanafi; 2003:70).