Teori Generalisasi Ilmu Ekonomi Berdasarkan Para Ahli

Generalisasi-generalisasi Ilmu Ekonomi 
1. Skarsitas
Kelangkaan (skarsitas) akan barang dan jasa timbul apabila kebutuhan (keinginan) sesorang ataupun masyarakat akan lebih besar daripada tersedianya barang dan jasa tersebut. Dengan demikian kelangkaan akan muncul apabila tidak cukup barang dan jasa tersedia untuk memenuhi kebutuhan.

2. Produksi
Dalam sistem perekonomian modern, berlangsung banyak sekali acara produksi yang sangat banyak dan beragam. Dalam masyarakat agraris, acara pertanian menggunakan pupuk, benih, tanah, dan tenaga kerja yang menghasilan beras dan jagung. Dalam masyarakat industri, pabrik-pabrik modern menggunakan bahan mentah, energi, mesin, tenaga kerja untuk menghasilkan televisi, komputer, mobil, telpon dan sebagainya. Begitu juga dalam dunia perjuangan penerbangan, banyak menggunakan pesawat terbang, materi bakar, tenaga kerja, dan sistem reservasi terkomputerisasi sehingga penumpang memungkinkan untuk melaksanakan traveling ke banyak sekali rute penerbangan dengan metode kerja yang cepat dan modern.

Dengan demikian semuanya ini berusaha untuk berproduksi secara efisien atau dengan biaya yang serendah-rendahnya. Dengan kata lain mereka selalu berusaha untuk berproduksi pada tingkat output yang maksimum dengan menggunakan sejumlah input tertentu.

3. Konsumsi 
Konsumsi selalu merupakan satu-satunya unsur GNP yang terbesar dari seluruh pengeluaran. Untuk itu alat pokok dalam analisis ini yakni bagaimana mengaitkn pengeluaran untuk konsumsi dengan tingkat pendapatan disposable konsumen. 

Akan tetapi perbandingan konsumsi dan pendapatan tersebut tidaklah selalu linier, karena ada batas pemanis uang yang dibelanjakan untuk makanan, di mana orang tidak bisa makan makin banyak dan makin yummy terus searah dengan peningkatan pendapatannya. Maka mulai batas tersebut proporsi dari seluruh pengeluaran untuk makanpun mulai menurun atau sebaliknya kecenderungan tabungan semakin menaik.

4. Investasi
Kenaikan investasi sanggup mendorong kenaikan pendapatan. Proses kenaikan pendapatan sebagai jawaban kenaikan investasi sanggup dikemukakan sebagai berikut.

Injeksi dana investasi memungkinkan produsen menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak. Untuk itu ia akan membeli faktor produksi yang lebih banyak lagi. Sebagai jadinya pendapatan yang diterima konsumen meningkat.

Kenaikan pendapatan konsumen tersebut akan mendorong mereka menambah konsumsi, tabungan atau keduanya.

5. Pasar
Dalam sebuah sistem ekonomi pasar, tidak ada individu maupun organisasi yang secara seorang diri bertanggung jawab atas penetapan harga, produksi, konsumsi, dan distribusi, Khusus untuk harga, yang menggambarkan komitmen antara orang dan perusahaan yang dengan sukarela melaksanakan pertukaran berbagai komoditas. Di samping itu harga juga merupakan sinyal bagi produsen dan konsumen. Harga juga mengkoordinasikan keputusan-keputusan para produsen dan konsumen dalam sebuah pasar. Harga-harga yang lebih tinggi cenderung mengurangi pembelian konsumen dan mendorong produksi. Harga-harga yang lebih rendah mendorong konsumsi dan menghambat produksi. Harga yakni roda penyeimbang dari prosedur pasar.

6. Uang
Uang pada hakikatnya yakni segala sesuatu yang sanggup dipakai/diterima untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa, maupun utang. Dengan demikian secara umum uang sanggup didefinisikan sebagai segala sesuatu yang secara umum mempunyai fungsi; (1) sebagai alat tukar-menukar; (2) sebagai alat penyimpan kekayaan; (3) sebagai alat pengukur nilai.

7. Letter of Credit
Sistem pembayaran yang paling kondusif dipandang dari sudut kepentingan eksportir dan importir yakni apa yang disebut “Letter of Credit”. Sebab dengan sistem Letter of Credit tersebut sanggup memudahkan pelunasan pembayaran transaksi ekspor, mengamankan dana yang disediakan importir dalam pembayaran barang impor, dan menjamin kelengkapan dokumen pengapalan.

8. Neraca Pembayaran
Suatu negara dalam mempertimbangkan langkah-langkah guna menyeimbangkan neraca pembayaran, negara yang bersangkutan harus memfokuskan diri pada neraca transaksi berjalan jika ia menginginkan berfungsinya perekonomian riil, dan (jika sedang defisit) ingin menghindari penurunan terus-menerus atas nilai tukar mata uangnya

9. Bank dan Perbankani
Bank sentral pada dasarnya mempunyai kiprah untuk memelihara supaya sistem moneter bekerja secara efisien, sehingga sanggup menjamin tercapainya tingkat pertumbuhan kredit/uang beredar sesuai dengan yang diharapkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut tanpa menimbulkan inflasi yang berarti. Untuk mencapai tujuan tersebut, bank sentral bertanggungjawab atas: (1) perumusan serta pelaksanaan budi moneter; (2) mengatur dan mengawasi serta mengendalikan sistem moneter.

10 .Koperasi
Beberapa kasus yang banyak terjadi kurang majunya sistem ekonomi koperasi di Indonesia, pada umumnya disebabkan masih rendahnya kesadaran berkoperasi serta kurangnya etos yang berdisiplin baik di tingkat pengurus maupun para anggotanya.

11. Kebutuhan Dasar
Kebutuhan-kebutuhan dasar itu tidak cukup lagi didefinisikan hanya dengan mengacu kepada kebutuhan-kebutuhan fisik individunya saja, melainkan harus melibatkan syarat-syarat fisik serta layanan lainnya yang jelas-jelas dibutuhkan oleh komunitas lokal. Penguraian kebutuhan dasar tersebut bergantung pada beberapa perkiraan mengenai berfungsinya dan berkembangnya masyarakat.

12. Kewirausahaan
Suatu hal yang menarik untuk dikaji lebih jauh, banyak wirausahawan yang sukses yakni para pendatang atau imigran yang walaupun dengan semangat kantong kosong, anggota kelompok minoritas keagamaan yang militan jauh lebih berhasil dibanding kelompok lain (Casson, 2000: 298).

13. Perpajakan
Tradisi membayar pajak tepat pada waktunya sebagai belahan integral dalam mentaati perundangan yang berlaku, tidaklah gampang untuk dilaksanakan karena memerlukan suatu tingkat kesadaran yang tinggi dan terjalin berpengaruh rasa saling percaya mempercayai antara rakyat dengan pemerintah yang ada. Namun bagi sejumlah pemerintahan yang tidak transparan, korup, dan tidak accountable akan sulit menumbuhkan kesadaran bagi rakyatnya untuk mematuhi undang-undang perpajakan tersebut.

14. Periklanan
Pengaruh periklanan, tidak lagi terbatas pada efek-efek ekonomi, melainkan meluas ke banyak sekali bidang dan tidak selalu positif tetapi juga negatif. Dalam bidang komunikasi sosial, iklan juga berperan sebagai lokotif komunikasi sosial. 

Ia mencoba menarik para konsumen dengan dimensi-dimensi yang tidak berhubungan eksklusif dengan promosi barang-barang tersebut, menyerupai dimensi identitas individual, kelurga, maupun kelompok, kepuasan/kebahagiaan, gender, dan sebagainya (Leiss: 1990).

15. Perseran Terbatas 
Badan perjuangan perseroan terbatas yang mempunyai ciri-ciri independensi yang tinggi serta sanggup mngabaikan risiko utang bagi pemilik berani berekspansi secara maksimal selama masih ada pihak yang mau memperlihatkan dukungan usahanya (Reekie, 2000: 176).

Teori-teori Ilmu Ekonomi
Teori ekonomi makro yakni teori ekonomi yang membahas masalah-masalah ekonomi secara keseluruhan, secara besar-besaran, menyangkut keseluruhan sistem dan organisasi ekonomi. Dalam ekonomi makro dibhas teori-teori yang bersifat umum dari gejala-gejala ekonomi keseluruhan. Hal ini terutama menyangkut peristiwa-peristiwa ekonomi yang berafiliasi dengan tingkat harga umum; keseluruhan permintaan dan penawaran yang berkaitan dengan jumlah penduduk dan jumlah produksi masyarakat keseluruhan. Jumlah kesempatan kerja dan lapangan kerja serta penempatan kerja dari seluruh tenaga kerja yang ada dalam masyarakat. Kaprikornus teori ekonomi makro membahas keseluruhan tanda-tanda dan insiden dalam kehidupan ekonomi, hubungannya satu sama lain baik yang bersifat kekerabatan kausal maupun kekerabatan fungsional.

Berbeda dengan teori mikro, yang merupakan suatu teori yang membahas peristiwa atau hubungan-hubungan kausal dan fungsional antara beberapa peristiwa ekonomi yang bersifat khusus. Pengertian khusus di sini yakni pada kajian-kajian yang lebih terbatas (spesifik) menyerupai pada; orang tertentu, keluarga tertentu, perusahaan tertentu, dan sebagainya. Dengan demikian pokok kajian utama pada teori mikro tersebut terbatas pada kebutuhan, barang dan jasa, harga, upah, pendapatan, dari suatu organisme ekonomi dalam lingkup rumah-tangga, keluarga ataua perusahaan (Chourmain dan Prihatin, 1994: 19).

1. Teori Ekonomi Klasik Adam Smith
Teori ini merupakan karya Adam Smith yang dituangkan dalam buku An Inquiry into Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776). Smith adalah seorang Guru besar Falsafah Moral di Universitas Glasgow yang memusatkan perhatiannya kepada persoaan-persoalan umum, yaitu bagaimana menciptakan kerangka politik dan sosial yang mendorong pertumbuhan ekonomi secara swasembada (Jhingan, 1994: 138; Sastradipoera, 2001). Adapun pokok-pokok pikiran dari teori sebagai berikut:

a. Kebijaksanaan Pasar Bebas: dalam arti tercapainya suatu keterlibatan pemerintah yang minimum untuk mencapai suatu bentuk ‘persaingan yang sempurna’, maka secar otomatis harus bebas atau seminimal mungkin campur tangan pemerintah. Karena itu semboyannya the best government governs the least. Sebab teori berasumsi bahwa yang akan memaksimumkan pendapatan nasional yakni “tangan-tangan yang tak kelihatan”.

b. Keuntungan, Merangang bagi Investasi; Menurut pandangan teori ini bahwa keuntungan itu merangsang investasi. Artinya semakin besar keuntungan, akan semakin besra pula akumulasi modal dan investasi. 

c. Keuntungan Cenderung Menurun: Artinyakeuntungan tidak akan naik secara terus –menerus, namun cendrung menurun apabila persaingan untuk menghimpun modal antarkapitalis meningkat. Alasannya adalah, dengan menaiknya upah sebagai jawaban persaingan antar kapitalis. Sementara upah dan sewa naik lantaran naiknya harga-harga pangan. Hal ini mendapat pembenaran juga dari Ricardo.

d. Keadaan Stationer; Para mahir ekonomi klasik meramalkan akan timbulnya keadaan stationer pada simpulan proses pemupukan modal. Sekali keuntungan mulai menurun, proses ini akan berlangsung terus hingga keuntungan menjadi nol, pertumbuhan enduduk dan pemupukan modal terhenti, dan tingkat upah mencapai tingkat kebutuhan hidup minimal.

2 Teori Tahap-tahap Pertumbuhan Ekonomi Modernisasi
Menurut Rotow Mungkin teori pertumbuhan Ekonomi Modernisasi yang paling terkenal adalah teori dari ekonom W.W. Rostow yang ditulis dalam bukunya The Stage of Economic Growth : A Non-Communist Manifesto (1960) dan juga dalam The Process of Economic Growth (1953), yang kajiannya secara menggunakan pendekatan sejarah dalam menjelaskan proses perkembangan ekonomi. Menurut Rostow, perkembangan ekonomi suatu masyarakat mencakup lima tahap perkembangan; (1) tahap masyarakat tradisional; (2) tahap prakondisi tinggal landas; (3) tahap tinggal landas; (4) tahap maturity (kematangan):; (5) tahap konsumsi massa tinggi atau besar-besaran.

a. Tahap Teadisional; Masyarakat tradisional diartikan sebagai ‘suatu masyarakat yang strukturnya berkembang disepanjang fungsi produksi berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi pra-Newtonian: zaman dinasti-dinasti Cina, Peradaban Timur Tengah dan tempat Mediterania, dunia Eropa pada abad pertengahan (Rostow, 1960: 5). Dalam masyarakat ini pertanian masih mendominasi acara ekonomi, dan kekuatan politik umumnya masih pada penguasa tanah. Ini tidak berarti pada masyarakat ini tidak ada perubahan ekonomi. Sebenarnya banyak tanah sanggup digarap, skala dan referensi perdagangan dapat diperluas, manufaktur sanggup dibangun dan produktivitas pertanian dapat ditingkatkan sejalan denan pertambahan pendudukk yangnyata. Namun fakta menunjukkan bahwa keinginan untuk menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi modern secara teratur dan sistematis basih bertumbuk dengan suatu batas (pagu) yaitu “tingkat output” perkapita yang sanggup dicapai. Selain itu struktur sosial masyarakat menyerupai itu berjenjang; hubunganb dan keluarga memainkan peranan yang memilih (Jhingan, 1994: 180).

b. Tahap pra-kondisi tinggal landas: Pada tahap ini merupakan masa transisi di mana persyarat-prasyarat pertumbuhan swadaya dibangaun atau diciptakan. Di Eropa Barat semenjak simpulan periode ke 15 dan awal periode ke-16 menempatkan kekuatan “penalaran” (reasoning) dan “ketidakpercayaan” (skepticism) yang merupakan imbas empat kekuatan (Renaissance, Kerajaan Baru, Dunia 

Baru dan Agama Baru atau Protestan), sebagai pengganti “kepercayaan” (faith) dan “kewenangan” (authority) mengakhiri feodalisme dan membawa ke kebangkitan negara kebvangsaan, menanamkan semangat pengembaraan yang yang menghasilkan banyak sekali inovasi dan dominannya kaum borjuasi dalam dunia usaha. Manusia-manusia gres yang mau bekerja keras muncul memasuki sector ekonomi swasta, pemerintah atau dua-duanya, insan baru yang bersemangat menggalakkan tabunbungan dan berani mengambil risiko dalam mngejar keuntungan. Bank dan lembagai lain bermunculan untuk mengerahkan modal, sehingga investasi meningkat di banyak sekali dibidang; pengangkutan, perhubungan dan materi mentah yang mempunyai daya tarik ekonomis bagi bangsa lain. Jangkauan perdagangan dari dalam dan luar negeri menjadi makin luas. Di mana-mana muncul perusahaan manufacturing yang menggunakan metode gres (Rostow, 1960: 6-7).

c. Tahap Tinggal Landas: Merupakan masa awal yang memilih di dalam suatu kehidupan masyarakat ketika pertumbuhan mencapai kondisi normalnya… kekuatan modernisasi berhadapan dengan adat istiadat dan lembagalembaga. 

Nilai-nilai dan kepentingan masyarakat tradisional membuat terobosan yang memilih ; dan kepentingan bersama membentuk struktur masyarakat tersebut. … bahwa pertumbuhan biasanya berjalan berdasarkan deret ukur, seperti rekening tabungan yang bunganya dibiarkan bergabung dengan simapanan pokok,… revulusi industri yang bertalian secara langsung dengan perubahan radikal di dalam metode produksi yang dalam jangka waktu relatif singkat menimbulkan konsekuensi yang memilih (Rostow, 1960: 9-11).

c. Tahap Kematangan (Maturity): Rostow mendefinisikan merupakan tahapan ketika masyarakat telah dengan efektif menerapkan serentetan teknologi modern terhadap keseluruhan sumberdaya mereka. Masa ini juga merupakan suatu tahap pertumbuhan swadaya jangka panjang yang merentang melebihi masa empat dasawarsa. Teknik produksi gres menggantikan teknik yang lama.

Berbagai sektoir penting gres tercipta. Tingkat investasi neto lebih dari 10 % dari pendapatan nasional. Dan, perekonomian bisa menahan segala goncangan yang tak terduga. Dalam hal ini Rostow memperlihatkan bukti-bukti simbolik kematangan teknologi pada negara-negara industri seperti; Inggeris (1850), Amerika Serikat (1900), Jerman (1910), dan Prancis (1910), Swedia (1930), Jepang (1940), Rusia (1950); Kanada (1950) (Jhingan, 1994: 187).

f. Tahap Konsumsi Masa Tinggi atau Besar-besaran: Merupakan suatu masa yang ditandau dengann pencapaian banayk sektoir penting (leading sector) dalam perekonomian berubah menuju produksi barang dan jasa konsumsi. Abad konsumsi besar-besaran juga ditandai dengan migrasi ke pinggiran kota, pemakaian kendaraan beroda empat secara luas, barang-barang konsumen dan peralatan rumah tangga yang tahan lama, Pada tahap ini “keseimbangan perhatian masyarakat beralih dari penawaran ke permintaan, dari masalah produksi ke persoalan konsumsi dan kesejahteraan dalam arti luas”. Tetapi ada tiga kekuatan yang nampak dalam tahap purna berakal balig cukup akal ini, yaitu: Pertama, penerapan kebijaksanaan guna meningkatkan kekuasaan dan imbas melampaui batas-batas nasional; Kedua, ingin mempunyai suatu negara kesejahteraan dengan pemerataan pendapatan nasional yang lebih adil melalui pajak progresif, peningkatan jaminan sosial, dan kemudahan hiburan bagi para pekerja; Ketga, keputusan untuk membangun pusat perdagangan dan sector penting seperti mobil, rumah murah, banyak sekali peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik, dan sebagainya (Jhingan, 1960: 114).

3. Teori Dampak Balik dan Dampak Sebar
Menurut Myrdal Gunnard Myrdal spesialis ekonomi Swedia dan pejabat pada Perserikatan Bangsa-bangsa, populer dengan tulisannya Economic Theory and Underdeveloped Regions (1957), dan Asian Drama: An Inquiry into the Poverty of Nations (1968), beropini bahwa pembangunan ekonomi menghasilkan suatu proses sebab-menyebab sirkuler yang membuat si kaya mendapat keuntungan semakin banyak, dan mereka yang tertinggal di belakang menjadi semakin terhambat. Dampak balik (Blackwash effects) cenderung mengecil. 

Secara kumulatif kecenderungan ini semakin memperburuk ketimpangan internasional dan mengakibatkan ketimpangan regional di antara negara-negara terbelakang. Sebaliknya di negara kolot proses kumulatif dan dsirkuler juga dikenal istilah “lingkaran setan kemiskinan”., berjalan menurun, dan lantaran tidak teratur mengakibatkan meningkatnya ketimpangan Myrdal yakin bahwa bahwa “pendekatan teretis yang kita warisi” tidak cukup menuntaskan problem ketimpangan ekonomi tersebut. Teori perdagangan internasional dan tentu saja teori teori ekonomi secara umum, tidak pernah disusun untuk menjelaskan realitas keterbelakngan dan pembngunan ekonomi (Myrdal; 1957).

Tesis Myrdal, ia membangun dari suatu keterbelakngan dan pembangunan ekonominya di sekitar ketimpangan regional pada taraf nasional dan internasional. 

Untuk itu ia menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
a. ‘Dampak Balik’, yakni semua perubahan yang bersifat merugikan dari ekspansi ekonomi suatu tempat, lantaran sebaba-sebab di luar tempat itu, atau juga bisa disebut dampak migrasi. Yang merupakan perpindahan modal dan perdagangan serta keseluruhan dampak yang timbul dari proses-proses sebab=musebab sirkuler antara faktor-faktor ekonomi dan nonekonomi.

b. Sedangkan ‘Dampak Sebar’ menunjuk pada dampak momentum pembangunan yang menyebar secara sentrifugal dari pusat pengembangan ekonomi ke wilyah-wilayah lainnya. “Sebab utama ketimpangan regional adalah kuatnya dampak balik dan lemahnya dampak sebar di negara-negara terbelakang.

c. Ketimpangan Regional; terjadi lebih banyak berakar pada dasar non-ekonomi yang berkaitan erat dengan sistem kapitalis yang dikendalikan oleh motif laba, di mana terpusat di wilayah-wilayah (negara-negara) yang mempunyai impian laba tinggi. Penyebab tanda-tanda ini oleh peranan bebas kekuatan pasar yang cenderung memperlebar ketimpangan regional. Karena produksi, industry, perdagangan, perbankan, asuransi, perkapalan cenderung mendatangkan keuntungan bagi wilayah maju (Myrdal, 1957: 26).

d. Dampak balik dan dampak sebar ini dalam laju perkembangannya tidak mungkin berjalan seimbang. Karena pertama, ketimpangan regional jauh lebih besar di negara-negara miskin daripada di negara-negara kaya. Kedua, di negara-negara miskin ketmpangan regional semakin mlebar sedangkan di negara maju menyempit. Hal ini disebabkan oleh semakin tinggi tingkat pembangunanekonomi yang sudah dicapai suatu negara, biasanya semakin kuat pula dampak sebar yang akan terjadi. Mengingat pembangunan tersebut disertai oleh transportasi dan komunikasi yang makin baik, tingkat pendidikan makin tinggi dan semakin dinamis antara wangsit dan nilai yang kesemuanya cenderung memperkuat daya-sebar sentrifugal tesebut dan cenderung melunak hambatan-hambatannya. Dengan demikian sekali suatu negara berhasil mencapai tingkat pembangunan yang tinggi, pembangunan ekonomi akan menjadi suatu proses yang berjalan otomatis. Sebaliknya, sebabutama keterbelakangan terletak pada lemahnya dampak sebar, kuatnya dampak balik, sehingga dalam proses yang semakin menggumpal kemiskinan itu adalah penyebab yang berasal dari dirinya sendiri.

e. Peranan pemerintah; Kebijaksanaan nasional sering memperburuk ketimpangan regional, terutama oleh peranan kekuatan pasar bebas dan kebijaksanaan liberalsebagai jawaban lemahnya dampak sebar. Faktor lain yang merupakan penyebab ketimpangan regional di negara miskin yakni “lembaga feudal yang kokoh dan forum lainnya yang tidak egaliterserta struktur kekuasaan yang membantu si kaya menghisap si miskan (Myrdal, 1957: 28).

Oleh lantaran itu pemerintah negra terbelakang, harus menerapkan kebijaksanaan yang adil dan egaliter.

f. Ketimpangan Internasional; Pada umumnya perdagangan internasional menguntungkan negara kaya dan memperlemah negara terbelakang. Sebab negara maju/kaya mempunyai basis industri manufaktur yang berpengaruh dengan dampak sebar yang berpengaruh pula. Denngan mengekspor produk industri mereka yang merah ke negara terbelakang, mereka akan mematikan industri slkala kecil. Ini cenderung mengubah negara kolot menjadi produsen barang0barang primer untuk ekspor. Mengingat permintaan akan barang-barang ekspor inelastic (di pasar ekspor), maka mereka menderita akibat fluktuasi harga menggila. Sebagai konsekuensinya mereka tidak dapat mengambil untung dari naik turunnya harga barang di dunia ekspor.

g. Perpindahan modal; juga gagal menghapuskan ketimpangan internasional.
Karena negara maju lebih menjanjikan keuntungan dan jamninan bagi para investor, maka modal akan semakin menjauhkan diri dari negara terbelakang.

Modal yang mengalir ke negara kolot diarahkan sebagian besar kepada produksi barang primer untuk ekspor, dan ini akan merugukan mereka karena dampak balik yang kuat. Apapun yang diinvestasikan pihak asing, akan meningkatkan dampak balik yang domain serta tidak menjadi pemecah masalah dalam ketimpangan internasional (Jhingan, 1994: 274).

4. Teori Nilai Surplus Karl Marx 
Karl Marx yakni seorang filosof Jerman (1818-1883) yang di mata para ekonom Barat yakni seorang agitator yang telah membangkitkan persatuan kalangan kaum buruh dan intelektual selama lebih dari seabad yang telah merasa dirugikan oleh kapitalisme pasar dan sekaligus sebagai penjerumus ekonomi ke abad kegelapan gres Kemudian ia menghancurkan ikatan kapitalisme dan mengoyak-oyak dasar-dasar sistem kebebasan natural Adam Smith (Skousen, 2005: 163-164).

Sesuai dengan sub-judul di atas, pada kajian teori ”Nilai surplus” di sini tidak akan dibahas ihwal peranan Karl Marx di bidang filsafat sejarah, politik, maupun komunisme, serta alienasi. Adapun pokok pikiran yang dituangkan Marx dalam teori nilai surplus tersebut, sanggup dikemukakn sebagai berikut:
1. Jika tenaga kerja yakni satu-satunya penentu nilai, kemudian ke mana profit dan bunganya? Marx menyebut profit profit dan bungany itu sebagai “nilai surplus”.
2. Oleh lantaran itu ia berkesimpulan bahwa kapitalis dan pemilik tanah adalah pihak yang mengeksploitasi para pekerja.
3. Jika semua nilai yakni produk dan tenaga kerja, maka semua profit yang diterima yakni oleh kapitalis dan pemilik tanah pastilah merupakan “nilai surplus” yang diambil secara tidak adildari pendapatan kelas pekerja.
4. Adapun rumus matematisnya untuk teori nilai surplus tersebut, dapat dikemukakan sebagai berikut: “Bahwa tingkat prpit (p) atau eksploitasi adalah sama dengan nilai surplus (s) dibagi dengan nilai produktif simpulan (r). Dengan demikian:
p = s/r
Misalkan; andaikata pabrik pakaian memperkerjakan buruh untuk membuat baju. Sedangkan kapitalis menjual bajunya serga $ 100 per/buah, tetapi ongkos tenaga kerja yakni $ 70 per / baju. Karena itu tingkat profit atau eksploitasinya adalah:
p = $ 30 / $ 100 = 0,3, atau 30 persen
5. Marxmembagi nilai produk simpulan menjadi dua bentuk kapital (modal) yakni kapital konstan (C) dan kapital varibel (V). Kapital konstan merepresentasikan pabrik dan peralatan. Kapital yakni biaya tenaga kerja.

Jadi, persamaan untk tngkat profit menjadi:
p = s (v c)
5. Teori Monetarisme Pasar Bebas Friedman
Milton Friedman lahir pada 1912 di Brooklyn, satu-satunya anak lelaki dari empat bersaudara imigran Yahudi Eropa Timur bekerja serabutan di New York. Pada tahun 1932 dikala depresi Friedman sanggup beasiswa untuk belajar ekonomi di University of Chicago.. Di samping ia betemu dengan rekannya George Stigler seumur hidupnya, ia juga di Chicago bertemu Rose Director, yang kelak menjadi istrinya. Dan, tahun 1938 Friedman menikah dengan Rose, mereka menjadi rekan dan bahu-membahu menulis beberapa buku, serta dikaruniai dua anak. Friedman menerima gelar master tahun 1933. Kemudian tahun 1946 Friedman memperoleh gelkar Ph.D. dari Columbia, dan ia kembali mengajar di University of Chicago, bahkan melanjutkan tradisinya memperkuat versi terbaru dari teori kuantitas uang Irving Fisher, yang diterapkannya pada kebijakan moneter. Dia menulis banyak topik yang berkaitan dengan ekonomi moneter, dan berpuncak pada riset dan goresan pena empirisnya yang palin terkenal, ”A Monetary History of the United States 1867-1960” yang dipublikasikan oleh National Bureau of Economic Research dan ditulis bersama Anna J.Schwartz (1963). Pada intinya studi monumental ini memperlihatkan kekuatan uang dan kebijakan moneter dalam gejolak perekonomian Amerika Serikat, termasuk Depresi Besar dan era pascaperang, ketika para ekonom arus utama percaya bahwa ”uang tidak penting”.

Kemudian ia juga menulis buku Capitalism and Freedom yang diluncurkan pada ulang tahun perkawinan Friedman dan Rose ke-25.

Inti teorinya sebagai berikut:

  1. Metodologi Positivisme; berdasarkan Friedman validitas suatu teori tidak tergantung pada unsur generalisasinya maupun kekokohan asumsi-asumsi dasarnya, melainkan semata-mata pada kesesuaian implikasi-implikasinya secara relatif terhadap implikasi teori-teori lain, yang diukur berdasarkan statistik primer.
  2. Pasar dianggap sebagai prosedur utama dalam menuntaskan berbagai masalah ekonomi, asalkan didukung kebebasan politik intelktual ; para ekonom fatwa Chicago melihat perekonomian sebagai suatu kondisi perlu , namun bukan ondisi cukup untuk membuat masyarakat bebas; 
  3. Aturan moneter yang ketat lebih disukai untuk pengambilan keputusan yang diskret oleh otoritas pemerintah. ”Setiap sistem yang memberi banyak kekuasaan dan banyak keleluasaan bagi segelintir orang di mana kekeliruan mereka entah itu disengaja atau tidak bisa menimbulkan imbas yang luas adalah sistem yang buruk” (Friedman, 1982: 50).
  4. Ia lebih menekankan pada kebijakan moneter. Q, kuantitas uang jauh lebih penting daripada P. ”Opininya yang segar dan sangat berbeda” dengan opini Fisher dan Simons tiba menyerupai ”kilatan tiba-tiba”, baginya ”aturan dari sudut pandang kuantitas uang jauh lebih unggul, baik itu untuk jangka pendek maupun jangka panjang, ketimbang aturan dari sudut pandang stabilisasi harga” (Friedman, 1969: 84).
  5. e. Pengelolaan administratif dan intervensi kebijakan ekonomi yang bersifat ad hoc hanya akan merusak situasi ekonomi; dalam soal kebijakan moneter dan fiskal, ia menekankan pentingnya kesinambungan;
  6. Ia menolak standar emas sebagai numeraire moneter dengan dua alasan. Pertama, biaya resources-nya yang tinggi, dan kedua implementasinya yang tidak praktis. Selain itu produksi emas jarang sanggup mengimbangi pertumbuhan ekonomi dan lantaran itu bersifat deflasioner. ”Betapa absurdnya menyia-nyiakan sumber daya untuk menggali tanah mencari emas, hanya untuk menguburkannya lagi di kolong Fort Knox, Kentuky”.
  7. Monetarisme jauh lebih baik daripada fiskalisme dalam regulasi makroekonomi.
  8. Kebijakan fiskal baginya diyakini sebagai wahana yang tepat untuk mengentaskan kemiskinan, namun redistribusi pendapatan bagi kalangan di atas garis kemiskinan justru akan lebih banyak menimbulkan kerugian, serta;
  9. Imperialisme disipliner yang menonjolkan penerapan analisis ekonomi oleh para ekonom terhadap semua bidang yang biasanya dianggap sebagai disiplin lain/luar menyerupai sejarah, politik, hukum, dan sosiologi.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel