Pengertian, Manfaat Dan Faktor-Faktor Landasan Epistimologi Ilmu
Saturday, March 21, 2020
Edit
LANDASAN EPISTIMOLOGI ILMU
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia hidup didunia tidak hanya memerlukan kebutuhan pokok saja. Akan tetapi insan juga memerlukan informasi untuk mengetahui keadaan di lingkungan sekitar mereka. Dalam upaya untuk memperoleh informasi, insan seringkali melaksanakan komunikasi ataupun cara-cara lain yang bisa digunakan. Salah satu informasi yang didapat dari komunikasi ialah pengetahuan. Pengetahuan sangat dibutuhkan bagi kehidupan insan lantaran sanggup memperlihatkan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan. Dalam mencari pengetahuan, tak jarang insan harus mempelajari Epistemologi. Epistemologi disebut juga sebagai teori pengetahuan lantaran mengkaji seluruh tolok ukur ilmu-ilmu manusia, termasuk ilmu nalar dan ilmu-ilmu insan yang bersifat gamblang, merupakan dasar dan pondasi segala ilmu dan pengetahuan.
Sejak semula, epistemologi merupakan salah satu pecahan dari filsafat sistematik yang paling sulit. Sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang luas, sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya. Selain itu pengetahuan merupakan hal yang sangat abnormal dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja. Oleh alasannya ialah itu, perlu diketahui apa saja yang menjadi dasar-dasar pengetahuan yang sanggup digunakan insan untuk menyebarkan diri dalam mengikuti perkembangan informasi yang pesat.
B. RUMUSAN MASALAH
- Apa yang dimaksud Epistimologi?
- Bagaimana objek dan tujuan epistimologi?
- Apa yang dimaksud landasan Epistimologi Ilmu?
- Bagaimana ruang lingkup landasan Epistimologi
- Bagaimana tugas Epistimologi dalam ruang lingkup pendidikan?
- Apa saja aliran-aliran dalam landasan epistimologi?
- Bagaimana imbas Epistimologi dalam peradaban manusia?
C. TUJUAN
- Mengetahui pengertian dari epistimologi
- Memahami objek dan tujuan epistimologi
- Mengerti ruang lingkup landasan epistimologi
- Mengetahui tugas epistimologi dalam ruang lingkup pendidikan
- Mengetahui aliran-aliran dalam Landasan Epistimologi
- Memahami imbas Epistimologi dalam peradaban manusia
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN EPISTIMOLOGI
Istilah epistemologi didalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “Theory of knowledge”. Epistemologi berasal dari kata “episteme” dan “logos”. Episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori. Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para hebat yang sanggup dijadikan pijakan untuk memahami apa bergotong-royong epistemologi itu. Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti teori.
Menurut Musa Asy’arie, epistemologi ialah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses ialah perjuangan yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu. Menurut Dagobert D.Runes epistemologi ialah cabang filsafat yang membahas sumber, struktur, metode-metode dan validitas pengetahuan. Sementara itu, Azyumardi Azra menambahkan, bahwa epistemologi sebagai “ilmu yang membahas perihal keaslian, pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan”.
Jadi, Epistemologi sanggup didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan.
2. OBJEK DAN TUJUAN EPSITIMOLOGI
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan, sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur. Jika diamati secara cermat, bergotong-royong objek tidak sama dengan tujuan. Objek sama dengan sasaran, sedang tujuan hampir sama dengan harapan. Meskipun berbeda, tetapi objek dan tujuan mempunyai kekerabatan yang berkesinambungan, alasannya ialah objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan
Objek epistemologi ini berdasarkan Jujun S.Suriasumatri berupa “segenap proses yang terlibat dalam perjuangan kita untuk memperoleh pengetahuan.” Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi target teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, alasannya ialah target itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu sasaran, tidak mungkin tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka target menjadi tidak terarah sama sekali.
Jacques Martain mengatakan: “Tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan, apakah saya sanggup tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya sanggup tahu”. Hal ini menunjukkan, bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari, akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi ialah lebih penting dari itu, yaitu ingin mempunyai potensi untuk memperoleh pengetahuan.
3. LANDASAN EPISTIMOLOGI ILMU
Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah; yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan mekanisme dalam mendapat pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, alasannya ialah ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi semoga suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah. Dengan demikian, metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu, sehingga mempunyai fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan. Metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun, membangun dan menyebarkan pengetahuan ilmu.
Menurut Burhanudin Salam Metode ilmiah sanggup dideskripsikan dalam langkah-langkah sebagai berikut :
- Penemuan atau Penentuan masalah. Di sini secara sadar kita menetapkan masalah yang akan kita telaah denga ruang lingkup dan batas-batasanya. Ruang lingkup permasalahan ini harus jelas. Demikian juga batasan-batasannya, alasannya ialah tanpa kejelasan ini kita akan mengalami kesukaran dalam melangkah kepada aktivitas berikutnya, yakni perumusan kerangka masalah;
- Perumusan Kerangka Masalah merupakan perjuangan untuk mendeskrisipakn masalah dengan lebih jelas. Pada langkah ini kita mengidentifikasikan faktor-faktor yang terlibat dalam masalah tersebut. Faktor-faktor tersebut membentuk suatu masalah yang berwujud tanda-tanda yang sedang kita telaah.
- Pengajuan hipotesis merupakan perjuangan kita untuk memperlihatkan klarifikasi sementara menge-nai kekerabatan sebab-akibat yang mengikat faktor-faktor yang membentuk kerangka masalah tersebut di atas. Hipotesis ini pada hakekatnya merupakan hasil suatu daypikir induktif deduktif dengan mempergunakan pengetahuan yang sudah kita ketahui kebenarannya.
- Hipotesis dari Deduksi merupakan merupakan langkah mediator dalam perjuangan kita untuk menguji hipotesis yang diajukan. Secara deduktif kita menjabarkan konsekuensinya secara empiris. Secara sederhana sanggup dikatakan bahwa deduksi hipotesis merupakan identifikasi fakta-fakta apa saja yang sanggup kita lihat dalam dunia fisik yang nyata, dalam hubungannya dengan hipotesis yang kita ajukan.
- Pembuktian hipotesis merupakan perjuangan untuk megunpulkan fakta-fakta sebagaimana telah disebutkan di atas. Kalau fakta-fakta tersebut memag ada dalam dunia empiris kita, maka dinyatakan bahwa hipotesis itu telah terbukti, alasannya ialah didukung oleh fakta-fakta yang nyata. Dalam hal hipotesis itu tidak terbukti, maka hipotesis itu ditolak kebenarannya dan kita kembali mengajukan hipotesis yang lain, hingga kita menemukan hipotesis tertentu yang didukung oleh fakta.
- Penerimaan Hipotesis menjadi teori Ilmiah hipotesis yang telah terbukti kebenarannya dianggap merupakan pengetahuan gres dan diterima sebagai bagain dari ilmu. Atau dengan kata lain hipotesis tersebut kini sanggup kita anggap sebagai (bagian dari) suatu teori ilmiah sanggup diartikan sebagai suatu klarifikasi teoritis megnenai suatu tanda-tanda tertentu. Pengetahuan ini sanggup kita gunakan untuk penelaahan selanjutnya, yakni sebagai premis dalam perjuangan kita untuk menjelaskan banyak sekali tanda-tanda yang lainnya. Dengan demikian maka proses aktivitas ilmiah mulai berputar lagi dalam suatu daur sebagaimana yang telah ditempuh dalam rangka mendapakan teori ilmiah tersebut.
3.1 Beberapa Jenis Metode Ilmiah
Menurut Burhanudin Salam beberapa jenis metode ilmiah yaitu :
1. Observasi
Beberapa ilmu menyerupai astronomi dan botani telah dikembangkan secara cermat dengan metode observasi. Didalam metode observasi melingkupi pengamatan indrawi menyerupai : melihat, mendengar, menyentuh, meraba.
2. Trial and Error
Teknik yang diperoleh lantaran mengulang-ulang pekerjaan baik metode, teknik, materi, parameter-parameter hingga kesudahannya menemukan sesuatu, memerlukan waktu yang usang dan biaya yang tinggi.
3. Metode eksperimen
Kegiatan ekperimen ialah berdasarkan pada prinsip metode inovasi alasannya ialah akhir dan pengajuan hipotesis. Peranan metode ini ialah hanya untuk membedakan satu faktor atau kondisi pada suatu waktu, sedangkan faktor-faktor lainnya diusahakan tidak berubah atau tetap.
4. Metode Statistik
Istilah statistik berarti pengetahuan perihal mengumpulkan, menganalisis dan menggolongkan data sebagai dasar induksi. Metode statistik telah ada semenjak lama, yaitu untuk membantu pemimpin dan penguasa mengumpulkan data perihal penduduk, kematian, kesehatan dan perpajakan. Metode statistik ini telah berkembang dan lebih menarik minat lagi, sehingga metode statistik digunakan dalam kehidupan sehari-hari contohnya perdagangan, peredaran uang dan lain sebagainya. Statistik memungkinkan kita untuk menjelaskan alasannya ialah dan akhir dan pengaruhnya, melukiskan tipe-tipe dari fenomena-fenomena dan kita sanggup membuat perbandingan-perbandingan dengan mempergunakan tabel-tabel dan grafik. Statistik juga sanggup meramalkan kejadian-kejadian yang akan tiba dengan tingkat ketepatan yang tinggi.
5. Metode Sampling
Terjadinya sampling, yaitu apabila kita mengambil beberapa anggota atau bilangan tertentu dari suatu kelas atau kelompok sebagai wakil dari keseluruhan kelompok tersebut sanggup mewakli secara keseluruhan atau tidak. Seandainya materi yang akan kita uji itu memperlihatkan kesamaan jenisnya melalui sebuah sampel dapatlah diperoleh hasil dengan ketepatan yang tinggi.
6. Metode Berpikir Reflective
Metode reflective thinking pada umumnya melalui enam tahap, yaitu :
- Adanya kesadaran kepada sesuatu masalah
- Data yang diperoleh dan relevan yang harus dikumpulkan
- Data yang terorganisasi
- Formulasi Hipotesis
- Deduksi Hipotesis
- Deduksi harus berasal dari hipotesis
- Pembuktian kebenaran verifikasi
3.2 Teori-Teori Kebenaran
Menurut Endang Saifuddin Anshari (dalam H. Mumuh M. Zakaria, 2008) Teori kebenaran sanggup ditentukan dengan :
A. Teori Koherensi/Konsistensi (The Consistence/Coherence Theory of Truth) :
- Kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui sebagai benar.
- Suatu putusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian (pembenaran) oleh putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui,diterima dan diakui benarnya.
Contoh:
- “Semua insan akan mati. Polan ialah seorang manusia. Polan niscaya akan mati.”
- “Romi ialah ayah Mega. Romi mempunyai puteri. Mega ialah puteri Sukarno”.
Teori ini dianut oleh mazhab idealisme. Penggagas teori ini ialah Plato (427-347 S.M.) dan Aristoteles (384-322 S.M.), selanjutnya dikembangkan oleh Hegel dan F.H. Bradley (1864-1924).
B. Teori Korespondensi (The Correspondence Theory of Thruth):
Kebenaran ialah kesesuaian antara pernya-taan perihal sesuatu dengan kenyataan sesuatu itu sendiri.
Contoh: “Ibu kota Republik Indonesia ialah Jakarta”.
Teori ini digagas oleh Aristoteles (384-322 S.M.), selanjutnya dikembangkan oleh Bertrand Russel (1872-1970). Penganut teori ini ialah mazhab realisme dan materialisme.
C. Teori Pragmatis (The Pragmatic Theory of Truth):
“Kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis”; dengan kata lain, “suatu pernyataan ialah benar jika pernyataan itu mempunyai kegunaan mudah dalam kehidupan manusia”.
Kata kunci teori ini adalah: kegunaan (utility), sanggup dikerjakan (workability), akhir atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequencies).
Pencetus teori ini ialah Charles S. Pierce (1839-1914) dan William James.
Kritik: betapa kabur dan samarnya pengertian berkhasiat (usefull) itu.
4. Aliran-Aliran Epistemologi
Ada beberapa anutan yang berbicara perihal ini, diantaranya :
6.1. Empirisme
Kata empiris berasal dari kata yunani empieriskos yang berasal dari kata empiria, yang artinya pengalaman. Menurut anutan ini insan memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi. Manusia tahu es hambar lantaran insan menyentuhnya, gula cantik lantaran insan mencicipinya.
John locke (1632-1704) bapak anutan ini pada zaman modern mengemukakan teori tabula rusa yang secara bahasa berarti meja lilin. Maksudnya ialah bahwa insan itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia mempunyai pengetahuan. Mula- mula tangkapan indera yang masuk itu sederhana, lama-lama sulit, kemudian tersusunlah pengetahuan berarti.berarti, bagaimanapun kompleks (sulit)-nya pengetahuan manusia, ia selalu sanggup dicari ujungnya pada pengalaman indera. Sesuatu yang tidak sanggup diamati dengan indera bukan pengetahuan yang benar. Jadi, pengalaman indera itulah sumber pengetahuan yang benar.
Karena itulah metode penelitian yang menjadi referensi anutan ini ialah metode eksperimen. Kesimpulannya bahwa anutan empirisme lemah lantaran keterbatasan indera manusia. Misalnya benda yang jauh kelihatan kecil, bergotong-royong benda itu kecil dikala dilihat dari jauh sedangkan kalau dilihat dari bersahabat benda itu besar.
6.2. Rasionalisme
Secara singkat anutan ini menyatakan bahwa budi ialah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia, berdasarkan anutan ini, menmperoleh pengetahuan melalui aktivitas budi menangkap objek. Bapak anutan ini ialah Descartes (1596-1650). Descartes seorang filosof yang tidak puas dengan filsafat scholastic yang pandangannya bertentangan, dan tidak ada kepastian disebabkan oleh kurangnya metode berpikir yang tepat. Dan ia juga mengemukakan metode baru, yaitu metode keragu-raguan. Jika orang ragu terhadap segala sesuatu, dalam keragu-raguan itu terang ia sedang berpikir. Sebab, yang sedang berpikir itu tentu ada dan terang ia sedang erang menderang. Cogito Ergo Sun (saya berpikir, maka saya ada).
Rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang sanggup membawa orang kepada kebenaran. Yang benar hanya tindakal budi yang terang benderang yang disebut Ideas Claires el Distictes (pikiran yang terang benderang dan terpilah-pilah). Idea terang benderang inilah santunan yang kuasa seorang dilahirkan ( idea innatae = ilham bawaan). Sebagai santunan tuhan, maka tak mungkin tak benar. Karena rasio saja yang dianggap sebagai sumber kebenaran, anutan ini disebut rasionlisme. Aliran rasionalisme ada dua macam , yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam bidang agama , anutan rasionalisme ialah lawan dari otoritas dan biasanya digunakan untuk mengkritik ajran agama. Adapun dalam bidang filsafat, rasionalisme ialah lawan dari empirisme dan sering berkhasiat dalam menyusun teori pengetahuan
6.3. Positivisme
Tokoh aliaran ini ialah august compte (1798-1857). Ia menganut paham empirisme. Ia beropini bahwa indera itu sangat penting dalam memperoleh pengetahuan. Tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera akan sanggup dikoreksi lewat eksperimen. Eksperimen memerlukan ukuran-ukuran yang jelas. Misalnya untuk mengukur jarak kita harus memakai alat ukur contohnya meteran, untuk mengukur berat memakai neraca atau timbangan contohnya kiloan . Dan dari itulah kemajuan sains benar benar dimulai. Kebenaran diperoleh dengan budi dan didukung oleh bukti empirisnya. Dan alat bantu itulah pecahan dari anutan positivisme. Jadi, intinya positivisme bukanlah suatu anutan yang sanggup berdiri sendiri. Aliran ini menyempurnakan empirisme dan rasionalisme.
6.4. Intuisionisme
Henri Bergson (1859-1941) ialah tokoh anutan ini. Ia menganggap tidak hanya indera yang terbatasa, budi juga terbatas. Objek yang selalu berubah, demikian bargson. Jadi, pengetahuan kita tentangnya tidak pernah tetap. Intelektual atau budi juga terbatas. Akal hanya sanggup memahami suatu objek bila ia mengonsentrasikan dirinya pada objek itu, jadi dalam hal itu insan tidak mengetahui keseluruhan (unique), tidak sanggup memahami sifat-sifat yang tetap pada objek. Misalnya insan menpunyai pemikiran yang berbeda-beda. Dengan menyadari kekurangan dari indera dan budi maka bergson menyebarkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi.
6.5. Kritisme
Aliran ini muncul pada masa ke-18 suatu zaman gres dimana seseorang hebat pemikir yang cerdas mencoba menuntaskan kontradiksi antara rasionalisme dengan empirisme. Seorang hebat pikir jerman Immanuel Kant (1724-18004) mencoba menuntaskan masalah diatas, pada awalnya, kant mengikuti rasionalisme tetapi terpengaruh oleh anutan empirisme. Akhirnya kant mengakui peranan budi harus dan keharusan empiris, kemudian dicoba mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada budi (rasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari pengalaman (empirime).
Jadi, metode berpikirnya disebut metode kiritis. Walaupun ia mendasarkan diri dari nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari bahwa adanya persoalan-persoalan yang melampaui akal.
6.6. Idealisme
Idealisme ialah suatu anutan yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya sanggup dipahami dalam kaitan dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme diambil dari kata idea yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini dimiliki oleh plato dan pada filsafat modern.
Idealisme mempunyai argumen epistemologi tersendiri. Oleh lantaran itu, tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi tergantung pada spirit tidak disebut idealisme lantaran mereka tidak memakai argumen epistemologi yang digunakan oleh idealisme. Idealisme secara umum berafiliasi dengan rasionalisme. Ini ialah mazhab epistemologi yang mengajarkan bahwa pengetahuan apriori atau deduktifdapat diperoleh dari insan denganakalnya
5. PENGARUH EPISTIMOLOGI
Secara global epistemologi besar lengan berkuasa terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban, sudah tentu dibuat oleh teori pengetahuannya. Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia, dari filsafat dan ilmu murni hingga ilmu sosial. Epistemologi dari masyarakatlah yang memperlihatkan kesatuan dan koherensi pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itu suatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmu dipandang dari keyakinan, kepercayaan dan sistem nilai mereka. Epistemologilah yang memilih kemajuan sains dan teknologi. Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara, lantaran didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi. Tidak ada bangsa yang pintar merekayasa fenomena alam, sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian halnya yang terjadi pada teknologi. Meskipun teknologi sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akhir dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi.
Epistemologi senantiasa mendorong insan untuk selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan membuat sesuatu yang baru. Semua bentuk teknologi yang canggih ialah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis, yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar perihal bagaimana cara mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu, dan sebagainya
DAFTAR PUSTAKA;
- Kusumawati, Nyimas Inda. 2011. Filsafat Ilmu (Epistimologi), http://nyimasindakusumawati.blogspot.co.id/p/filsafat-ilmu_31.html
- Arifin, Nurul Mohammad. 2014. Filsafat Epistimologi, https://sewakarya.blogspot.com//search?q=bab-i-pendahuluan-1
- Salahudin, Anas. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia
- Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara.