Pengertian Sikap Pemimpin
Sunday, March 22, 2020
Edit
Pengertian Perilaku Pemimpin
Telah ada penelitian perihal kepemimpinan yang meneliti sikap pemimpin. Douglas Mc Gregor (1960) menjelaskan bahwa tindakan pemimpin didasarkan kepada keyakinan dan perkiraan mereka mengenai orang-orang yang ada ditempat kerja mereka. Dia mendeskripsikan kepemimpinan sebagai dua set keyakinan yang berlawanan, yang disebut dengan teori X dan teori Y.
Pemimpin teori X yakin bahwa:
- Setiap insan tidak suka bekerja dan akan menghindari pekerjaan jika memungkinkan.
- Kebanyakan orang perlu dipaksa, dikontrol, diarahkan, dan diancam dengan eksekusi biar mereka mau berusaha utnuk mencapai tujuan organisasi.
- Kebanyakan orang lebih menentukan untuk diatur, ingin menghindari tanggungjawab, mempunyai sedikit ambisi, dan mengharapkan keamanan.
Tindakan yang ada pada pemimpin ber-teori X mencerminkan asumsi-asumsi ini. Pemimpin ber-teori X yakin bahwa mereka harus mengorganisir, memerintah, dan mengontrol pekerjanya melalui bujukan, penghargaan, hukuman, atau paksaan.
Manajemen ber-teori X bias memakai pendekatan keras atau lunak. Pendekatan yang keras bercirikan supervisi tertutup, kontrol ketat terhadap perilaku, pemaksaan, dan bahaya tertutup. Pendekatan yang lunak mencakup memperbolehkan segala hal. Mc Gregor (1960) juga mengidentifikasi adanya pendekatan yang ke tiga, yang merupakan adonan dari ke dua pendekatan tersebut di atas, yang disebut pendekatan “carrot and stick” bagi kepemimpinan (hlm. 41).
Dalam memperkenalkan teori Y, Mc Gregor (1960) mengakui bahwa “sisi keberanian seseorang akan besar lengan berkuasa pada kinerja manajemennya.” Dia mengutip bahwa kebijakan dan praktek yang menekankan lingkungan kerja yang menyenangkan, berekuitas, humanisime, dan aman. Namun, beliau menyimpulkan bahwa hal-hal ini telah dilakukan “tanpa merubah… teori dasar manajemen”. Oleh alasannya yaitu itu, Mc Gregor mendasarkan gagasan yang ada dalam manajamen ber-teori Y pada asumsi-asumsi berikut ini:
- Usaha fisik dan mental dalam pekerjaan sama dengan bermain atau istirahat
- Orang akan berlatih mengarahkan diri sesuai dengan tujuan yang harus mereka patuhi
- Komitmen terhadap tujuan organisasi yaitu fungsi dari penghargaan yang bekerjasama dengan prestasinya, khususnya ego dan aktualisasi diri.
- Kebanyakan orang tidak hanya menerima, namun juga mencari tanggung jawab
- Pada umumnya, orang itu kreatif dan imajinatif, dan mempunyai kecerdikan
- Di lingkungan kerja, potensi intelektual orang hanya sebagian yang digunakan
Teori X dan teori Y penting bagi praktisi di sekolah untuk menjelaskan bagaimana tindakan pemimpinnya sehubungan dengan pemahaman mereka atas sikap manusia. McGregor menyatakan bahwa manajemen teori X tidak akan bekerja “karena perintah dan kontrol hanya terbatas pada memotivasi orang yang membutuhkan nilai sosial dan egoistic.”
Contoh bagaimana teori X dan teori Y jika diimplementasikan pada supervise kepala sekolah di dalam pembelajaran di skeolah. Administrator ber-teori X akan memonitor para guru secara tertutup untuk meyakinkan bahwa planning pembelajaran, pembelajaran, manajemen kelas telah dilakukan sesuai dengan impian organisasi. Guru akan diperbolehkan sedikit atau tidak ada masukan ke dalam kurikulum dan akan dibatasi biar sesuai dengan taktik instruksional khusus. Manajemen teori X bergerak menurut perkiraan bahwa keputusan mengenai operasional sekolah, kurikulum dan filosofi instruksional dibentuk pada level administrative dan kiprah kepala sekolah yaitu untuk meyakinkan bahwa guru bertindak sesuai dengan aturan dan mekanisme operasi termasuk metode instruksional di kelas dan isi planning pembelajaran. Guru yang melenceng dari aturan akan ditegur dan mendapatkan penilaian yang buruk. Mereka sanggup saja dikeluarkan atau dibujuk untuk sanggup melaksanakan segalanya sesuai dengan aturan yang ada. Guru yang melaksanakan tugasnya sesuai dengan norma instruksional akan diberikan penghargaan terhadap penilaian kinerjanya dan tidak tidak dipengaruhi dalam bidang administrasi.
Seorang kepala sekolah ber-teori Y akan memakai pendekatan yang lebih kolaboratif dalam melaksanakan supervise dan akan berdialog eksklusif dengan para guru untuk mengetahui cara membuat pembelajaran yang efektif bagi semua siswa. Yakin bahwa semua guru telah termotivasi secara internal, kepala sekolah yang ber-teori Y akan terlibat dalam refleksi diri dan tujuan peningkatan diri setiap guru. Pendekatan kreatif dan inovatif dalam pembelajaran di kelas akan ditekankan utnuk meningkatkan prestasi siswa dan memperluas pembelajaran. Setiap guru akan dinilai secara individual alasannya yaitu kepala sekolah ber-teori Y bertindak menurut perkiraan bahwa motivasi internal setiap guru berbeda.
Ada dua sudut pandang yang dipakai dalam penelitian yang bekerjasama dengan sikap kepemimpinan. Fokus dari salah satu sudut pandang mencakup identifikasi kiprah dan sifat kepemimpinan. Fokus penelitian yang lain yaitu berusaha membedakan antara sikap pemimpin yang efektif dan yang tidak efektif.
Satu teori yang menonjol yang terbentuk dari penelitian deskriptif mengenai sifat kerja manajerial yaitu taksonomi kiprah manajerial oleh Mintzberg (1979). Dia mengungkapkan 10 kiprah kegiatan manajerial. Kegiatan tertentu termasuk di dalam satu atau lebih dari kiprah manajerial berikut ini:
- Peran Figurehead: mencakup tugas-tugas yang bersifat simbolis, legal, atau sosial, menyerupai hadir di acara-acara seremonial atau menandatangani dokumen.
- Peran pemimpin: mencakup kegiatan-kegiatan yang tujuannya untuk mengintegrasikan organisasi untuk mencapai tujuan utama organisasi, menyerupai mempekerjakan seseorang, melatih, dan mempromosikan.
- Peran hubungan: mencakup kegiatan yang bertujuan untuk membuat dan menjaga kekerabatan dengan individu-individu di luar unit manajerial organisasi.
- Peran monitor: kegiatan yang mencakup pencarian informasi untuk mengidentifikasi dan menganalisa problem dan kesempatan dan memahami kejadian-kejadian dan proses di dalam dan di luar unit organisasi.
- Peran penyebar: kegiatan yang mencakup interpretasi dan pengeluaran informasi yang tidak sanggup diakses secara eksklusif oleh bawahannya.
- Peran juru bicara: kegiatan yang mencakup transmisi informasi di luar unit organisasi
- Peran entrepreneur: kegiatan yang memulai dan mengontrol perubahan menuju peningkatan dalam organisasi
- Peran pengendali gangguan: mencakup kegiatan untuk mengatasi krisi, kegiatan dan konflik yang tidak terlihat
- Peran pengalokasi sumber daya: kegiatan yang mencakup pengalokasian dan penggunaan dana, personil, material, peralatan, fasilitas, dan jasa.
- Peran negosiator: kegiatan yang mencakup tawar menawar dalam transaksi yang membutuhkan kesepakatan dari sumber daya, menyerupai penawaran kolektif, kontrak, keluhan, atau pengankatan personil inti.
Tiga kiprah utama_figurehead, pemimpin, dan hubungan- bekerjasama dengan sikap interpersonal. Tiga kiprah selanjutnya-,onitor, penyebar, dan juru bicara-meliputi kegiatan pemrosesan informasi. Empat kiprah yang terakhir-entepreneur, pengendali gangguan, penalokasi sumber daya, dan negositor-berhubungan dengan sikap pemimpin dalam membuat keputusan. Menurut Mintzberg, kiprah manajer tergantung pada sifat alamiah posisi manajerial, namun manajer mempunyai fleksibilitas dalam memerankna masing-masing kiprah tersebut. Pada dikala tertentu, konflik kiprah sanggup muncul dikarenakan tekanan dari supervisor dan pengikutnya alasannya yaitu pentingnya kiprah yang berbeda atau sikap dari kiprah yang dijalankan.
Penelitian yang lain fikus pada pengidentifikasian dan perbedaan pemimpin yang efektif dan yang tidak efektif. Penelitian yang fundamental dan besar lengan berkuasa diawali di Universitas Ohio pada tahun 1940an oleh john K. Hemphill dan Alvin Coons (1950) dan kemudian dilanjutkan oleh Andrew Halpin dan BJ Winer (1952). Dalam penelitian di Universitas Ohio, bentuk primer pengumpulan data dan penelitian yaitu Kuesioner Deskripsi Perilaku Pemimpin (Leader Behavior Description Quessionaire (LBDQ)) yang dilakukan pada manajer dan atasan serta bawahan mereka. LBDQ ini meminta responden mendeskripsikan sikap pemimpin dan mengukur dua dimensi dasar-pembentukan struktur dan pertimbangan. Pembentukan struktur mengacu pada sikap pemimpin dalam bekerjasama dengan atasan dan bawahannya dan membuat contoh organisasi, channel komunikasi, dan metode procedural. Pertimbangan mengacu pada sikap pemimpin yang memperlihatkan kekerabatan baik, kepercayaan, kehangatan, minat, dan rasa hormat antara pemimpin dan bawahannya.
Pembentukan struktur dan pertimbangan ditemukan sebagai sikap independen. Oleh alasannya yaitu itu, seorang pemimpin mungkin mempunyai tingkat pertimbangan yang tinggi dan pembentukan struktur yang rendah, sedangkan pemimpin yang lain mungkin mempunyai tingkat pertimbangan dan pembentukan struktur yang sama tingginya. Model hasil penelitian Ohio yaitu matriks dua dimensi dengan empat quadran yang mendeskripsikan 4 contoh kepemimpinan yang berbeda, menyerupai yang digambarkan pada gambar 5.1.
Pada penelitian sebelumnya memakai LBDQ untuk melihat sikap pemimpin komandan di sebuah maskapai penerbangan, eksekutif pendidikan yang lebih tinggi, dan pengawas sekolah memperlihatkan bahwa “kepemimpinan yang efektif bercirikan Pembentukan Struktur yang tinggi dan Pertimbangan yang tinggi pula” (Halpin. 1996 hlm. 127). Halpin memperlihatkan bahwa ada kekerabatan antar sikap pemimpin dan nilai organisasi. Dnegan kata lain, pemimpin dalam organisasi yang menekankan dan menempatkan nilai pada pembentukan struktur cenderung memperlihatkan sikap yang berhubunagn dengan pertimbangan dan begitu pula sebaliknya.
Pada waktu yang hampir sama, penelitian yang hampir sama mengenai kepemimpinan di perusahaan asuransi, pabrik, dan perkeretaapian dilakukan oleh Universitas Michigan. Penelitian mereka memperlihatkan ada 2 tipe sikap yang membedakan pemimpin yang efektif dan yang tidak efektif (Yukl, 1994). Yakni, (a) sikap yang berorientasi tugas, (b) sikap yang berorientasi pada kekerabatan dan (c) kepemimpinan partisipatif. Pemimpin yang efektif berkonsentrasi pada kegiatan yang berorientasi pada kiprah menyerupai merencanakan, menjadwalkan, mengkoordinasikan, dan menyediakan sumber daya. Pemimpin yang efektif juga membimbing bawahannya untuk membuat tujuan yang tinggi namun realistis. Namun, pemimpin yang efektif tidak hanya memikirkan sikap yang berorientasi pada tugas. Mereka juga memperlihatkan kekerabatan yang positif dengan bawahannya. Perilaku yang berorientasi pada kekerabatan yang bekerjasama dengan pemimpin yang efektif mencakup ditunjukkannya sikap percaya, bersikap ramah dan penuh pertimbangan, memperlihatkan pemahaman pada maslah yang dihadapi bawahannya, bersikap suportif pada karir bawahannya, berkomunikasi secara terbuka, dan mengetahui hal-hal yang telah dicapai oleh bawahannya. Pemimpin yang efektif juga melaksanakan supervisi umum, bukan melaksanakan inspeksi tertutup terhadap pekerjaan bawahannya. Penemuan yang terakhir oleh penelitian Michigan ini yaitu partisipasi pekerja dalam membuat keputusan memperlihatkan kepuasaan dan prestasi yang lebih tinggi.
Penelitian terhadap para pemimpin menghasilkan banyak sekali model dan teori yang mengkonseptualisasi kepemimpinan menjadi dua dimensi. Hanson (1996) memperlihatkan bahwa sesudah membandingkan dan mengkontraskan banyak sekali model sikap kepemimpinan, Nampak banyak sekali variabel yang bekerjasama dengan pembentukan struktur (perilaku yang berorientasikan tugas) dan pertimbangan (perilaku hubungan). Pendekatan sikap dalam teori kepemimpinan cenderung fokus pada model universal keefektifan kepemimpinan. Robert Blake dan Jane Mouton (1964) menyusun Teori Grid manajerial yang mendeskripsikan pemimpin sehubungan dengan insan dan produksi. Mereka menemukan bahwa pemimpin yang paling efektif yaitu pemimpin yang sangat memikirkan insan dan produksinya. Namun, pemimpin yang menyerupai itu (tinggi dalam segala hal) tidak secara eksklusif memperlihatkan 2 sikap yang berbeda yang merefleksikan insan dan produksi atau salah satu dari sikap yang berorientasi pada insan dan sikap yang berorientasi pada produksi. Pemimpin menyerupai ini memperlihatkan orientasi pada insan dan produksi. Blake dan Mouton (1982) menemukan bahwa sikap yang dipilih oleh para pemimpin harus relevan dengan situasi biar efektif. Perilaku tertentu yang dipilih berbeda dari situasi ke situasi yang lain dan dari satu bawahan ke bawahna yang lain. Konsep kepemimpinan dua dimensi ini memunculkan banyak sekali penelitian menurut banyak sekali kemungkinan dan situasi variabel. Teori kemungkinan akan dibahas lebih mendalam pada pecahan 6.